suluhnusa.com – Sedikitnya 144 Desa di Kabupaten Lembata, NTT mengalami Kekeringan hidrologis. Kekeringan hidrologis itu ditandai kekurangan air bersih disertai mengeringnya sejumlah tanaman komoditi milik warga. Sayangnya, ancaman kekeringan yang meluas di wilayah Lembata itu tidak disusul kesiapan pemerintah setempat untuk mengatasi kekeringan yang terjadi setiap hari itu.
Sekretaris Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, NTT, Albertus Leu, kepada wartawan, Senin, 19 Agustus 2019 mengatakan, kekeringan di wilayah Kabupaten Lembata, NTT didominasi kekeringan hidrologis.
“Rata-rata seluruh Desa Di wilayah Lembata mengalami kekurangan air bersih. Total kekurangan terjadi di 144 Desa DI Lembata. Saat ini rat-rata seluruh Desa mengalami kekurangan air bersih. Kondisi ini disebabkan banyak mata air kekurangan debit air,” ujar Sekretaris BPBD Kabupaten Lembata, Albertus Leu.
Disebutkan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga di daerah pegunungan Lembata, harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk mencari air bersih.
“Di Kecamatan Atadei, warga biasanya mencari air bersih dengan cara berjalan kaki menuju ke Desa yang masih memiliki debit air bersih. Kondisi ini memang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya. Banyak juga Desa-Desa di Lembata yang letaknya lebih tinggi dari mata air, sehingga hingga saat ini Desa-desa tersebut tidak dapat dipasok kebutuhan air bersihnya,” ujar Sekretaris BPBD, Albertus Leu.
Sedangkan Desa-Desa yang berada di dataran rendah, terpaksa harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupten Lembata, Yohanes Kopong Boli menjelaskan, Kabupaten Lembata menjadi salah satu dari Dua Kabupaten Di NTT yang mengalami Hari Tanpa Hujan Terpanjang yakni 105 Hari, disusul Kabupaten Sumba Timur, 116 hari tanpa hujan. Sedangkan daerah lain di NTT mengalami kekeringan ektsrim lebih dari 60 hari saja.
“Kita sedang mengumpulkan data dampak kekeringan di lapangan, namun laporan sementara, terdapat 144 Desa di Lembata mengalami kekeringan hidrologis. Pada tahun 2018 lalu, kita mendapat bantuan dari BNPB untuk menangani kekurangan air bersih di Lembata. Kita belum dapat bergantung pada dana APBD II untuk mengatasi kekeringan ini,” ujar Yohanes Kopong Boli.
Sementara itu, tanaman komoditi warga yang layu dan mati di musim ini adalah rumput gajah yang biasa digunakan untuk pakan ternak. Tanaman rumput gajah ini ditanam di kebun milik kelompok ternak. Kondisi ini menyebabkan peternak kesulitan pakan ternak terutama ternak sapi. ***
hosea/sandrowangak