![](https://suluhnusa.com/wp-content/uploads/2018/12/ridwan-1.jpg)
suluhnusa.com – Mentari pagi perlahan mulai menampakan senyumnya di punggung Ile Mandiri Kota Larantuka itu. Dari balik Pulau Adonara, awan berlari berkejaran. Deburan ombak membuih, menggunung tinggi datang dan pergi silih berganti memecah bibir pantai Selat Solor yang sedikit terlihat oleh tatapan mata dari lantai tiga hotel Fortuna. Semburan udara pagi nan dingin menyelimuti tubuh membuat Damsil dan kawan-kawannya tak sanggup mengusir rasa kantuk yang kian semakin menjadi.
Saat itu, jam di dinding telah menunjukan jam 06.30 pagi. Damsil, Ambros, Haris, Vinsen, Helmi Tukan, Ansis, Ledis Sogen, dan Alfis masih tertidur pulas, masih ingin terbang tinggi bersama mimpinya menerobos ke angkasa menggapai semua asa. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh teriakan suara yang melengking terdengar di telingaku.
Di kamar itu, aku terperanjat, terbangun dalam lelapku, ku coba melirik ke semua arah, menatap dengan lekat selekat-lekatnya. Ternyata teriakan suara yang melengking tadi itu adalah panggilan seorang sahabatku yang bernama Frans Berek. Kawan….bangun….! persiapkan segala sesuatu untuk acara nanti!.
Satu persatu teman-teman panitia mulai terbangun dan bergerak beranjak dari tidur lelapnya, menyingkirkan mimpi-mimpi indah yang masih tersisa. Mereka mulai bergegas mengekskusi tugasnya masing-masing sesuai yang diberikan, berharap acara nanti berjalan dengan baik dan lancar.
Waktu terus berjalan dengan begitu derasnya bagai air yang mengalir dari atas lereng gunung Ile Mandiri Kota Reinha itu, terik matahari mulai menyengat tubuh, peserta diklat mulai dari tingkat TK sampai tingkat SMA se-Kabupaten Flores Timur satu persatu mulai berdatangan menyapa hotel Fortuna yang berlantai tiga itu. Mereka adalah para guru, pendidik bangsa yang rela menderma baktikan dirinya untuk mencerdaskan bangsa ini. Mereka datang dengan perasaan sedikit was-was dan mengundang tanda tanya. Mereka bertanya-tanya dalam hati batinnya,” apa gerangan sebenarnya yang terjadi hari ini?”.
Dalam benak mereka yang mereka tahu adalah menghadiri kegiatan pelatihan SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku) yang diselenggarakan oleh Pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Flores Timur yang baru saja dirintis pada tanggal 13 Januari 2018 lalu.
Hari itu, hari Sabtu tanggal 17 Maret 2018, hari yang sangat bersejarah bagi pengurus Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Flores Timur yang tak kan pernah terlupakan oleh sejarah, hotel Fortuna menjadi saksi sejarah karena tempat inilah dipilih sebagai satu-satunya tempat untuk dilantik dan diambil sumpah para pengurus Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Flores timur periode tahun 2018-2023.
Sekitar jam 08.30 para pelatih yang diutus oleh Pengurus Pusat IGI mulai berdatangan menuju hotel Fortuna. Mereka datang ditemani oleh salah seorang utusan Kemendikbud Kabag Umum Bidang Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Panitia sedari tadi yang sudah berjaga-jaga di depan pintu masuk hotel siap dengan tangan terbuka menyambut kedatangan mereka. Mereka adalah ibu Noerbadriyah, ibu Yulismar, pak Guslaini dan pak Sugiarta. Mereka datang dengan penuh semangat dan terlihat bahagia diraut wajahnya, menyapa dengan penuh akrab dan hangat setiap panitia yang dijumpai.
Tak lama kemudian pak Sekretaris Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Flores Timur, yang akrab disapa pak Diston menyambangi hotel Fortuna mengendarai mobil pribadi berwarna hitam ditemani oleh seorang sopir pribadinya.
Kamsudin yang sudah bersigap, siap menyambut kedatangannya dan mempersilahkannya masuk duduk di bagian depan hotel bersama para pelatih yang juga baru saja tiba, mereka berbincang-bincang ringan seputar pendidikan di Flores Timur sambil menanti kehadiran bapak Wakil Bupati Flores Timur yang diundang untuk membuka acara kegiatan pelantikan pengurus dan pelatihan SAGUSAKU IGI Kabupaten Flores Timur.
Kurang lebih selama satu jam lamanya menanti kehadiran orang nomor dua di Flores Timur ini, pak Agustinus Payong Boli, SH akhirnya tiba di pelataran hotel dan langsung disambut oleh panitia, Tim Pelatih IGI Pusat, Sekretaris Dinas PKO, dan utusan dari Kemendikbud. Satu persatu dari mereka diberikan kalung oleh panitia sebagai kenang-kenangan. Prosesi pengalungan berjalan sekitar lima menit kemudian pak Wakil Bupati langsung diarahkan ke ruangan acara aula lantai tiga hotel Fortuna. Acara yang dinanti-nantikan, ratusan peserta pelatihan SAGUSAKU yang berasal dari tiga daratan itu sudah lama menunggu, duduk berjajar dengan rapi dengan penuh gelisah dan rasa sedikit penasaran.
Suasana menjadi hening seketika pak Wakil Bupati memasuki ruangan acara. Acara seremoni siap dimulai, panitia yang ditugaskan sebagai pembawa acara mulai menjalankan tugasnya. Satu persatu rangkaian acara telah dilalui, sampai pada saatnya acara pelantikan dan pengambilan sumpah pengurus Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Flores Timur periode tahun 2018-2023 oleh pengurus IGI Pusat yang diwakili oleh bidang humas dan sosial, yakni ibu Noerbadriyah.
Pada saat pembacaan SK kepengurusan, satu persatu badan pengurus IGI Kabupaten Flores Timur dipersilahkan maju ke depan, mereka melangkah ke depan dengan penuh keyakinan diri, di wajah mereka yang polos terlukis niat nan tulus untuk memajukan pendidikan di Kabupaten yang mereka cintai. Di pundak mereka terdapat amanah besar untuk memperjuangkan kesejahteraan para pahlawan tanpa tanda jasa.
Sesaat setelah pelantikan dan pengambilan sumpah pengurus IGI Kabupaten Flores Timur, giliran ibu Noerbadriyah untuk menyampaikan ceramahnya tentang IGI overview. Founder Sagusaku ini dengan semangat yang berapi-api, suaranya lantang dan riuh gemuruh membakar jiwa yang selama ini padam, teriakannya bagaikan suara petir yang menyambar pertanda saat hujan akan turun. Hentakan kaki dan ayunan tangannya kesana kemari mencoba mengusik seorang pria yang berparas tampan itu yang sedari tadi duduk diam seribu bahasa.
Rayuan demi rayuan terus dicoba membujuk sang malaikat yang masih bujang ini. Namun sang pria tampan ini masih tetap saja, sedikitpun tak mau mengeluarkan senyumannya. “Apa gerangan dengannya?, mengapa kok dia menyembunyikan senyumannya?. Sang Purnama mulai bertanya-tanya dalam hati kecilnya. Mungkinkah dia murka dengan hadirnya IGI di ujung timur tanah Flores ini?. Ah….sudahlah, buat apa kupikirkan, “batin purnama”. Mungkin ini hanya skenario dan kejutan yang sengaja dibuat-buat olehnya.
Acara selanjutnya, sambutan Wakil Bupati Flores Timur dan sekaligus membuka acara pelatihan sagusaku Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Flores Timur, tutur pembawa acara dengan nada hormat. Kini saatnya para hadirin harus bersabar mendengarkan sambutan yang disampaikan oleh Wakil Btupati Flores Timur, meskipun waktu telah menunjukan jam makan siang.
Dalam sambutannya putra asli dari pulau Adonara ini menyoroti beberapa hal terkait adanya organisasi profesi guru yang berkembang di Indonesia khususnya di kabupaten Flores Timur.
Dengan panjang lebar beliau menyampaikan pandangannya terkait organisasi profesi guru ini. Satu persatu organisasi profesi guru mulai disebutkan. Yang pertama-tama organisasi profesi yang disoroti adalah PGRI. PGRI berdiri semenjak Indonesia merdeka dan berkembang sampai sekarang,”tuturnya dengan nada serius”.
Yang kedua yang disorotinya adalah AGUPENA yang merupakan kepanjangan dari Asosiasi Guru Penulis Indonesia yang merupakan kumpulan para guru yang melibatkan diri dalam tulis menulis. Dan selanjutnya disentil tentang IGI yang baru saja dibentuk di kabupaten Flotim ini, organisasi yang masih berusia setahun jagung. Dengan nada berharap beliau menegaskan apapun organisasi profesi guru yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan, sebagai Pemerintah Daerah pasti kami dukung dan memberikan apresiasi karena itu merupakan bagian dari aset daerah sebagai mitra pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia khususnya di bidang pendidikan.
Acara seremoni telah usai, pak Wakil Bupati dan pak Sekdis PKO menyapa dan bersalam-salaman dengan panitia dan peserta pelatihan Sagusaku sesaat sebelum meninggalkan ruangan acara. Jarum jam telah menunjukan jam 01.00 siang saatnya peserta diklat istirahat, shalat, dan makan, melepaskan kepenatan, mengisi kekosongan perut yang sudah mengempes, dan yang muslim segera bermunajat kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, memohon petunjuk agar diberikan kefahaman ilmu oleh Tuhannya.
Selepas ISOMA, peserta diklat mulai berbondong-bondong memasuki ruangan kembali. Saatnya mereka mengisi pikiran mereka dengan ilmu melalui pembelajaran yang diberikan langsung oleh tim pelatih nasional IGI Pusat. Mereka dengan penuh semangat dan khidmat mengikuti setiap materi yang diberikan. Tidak ada satu peserta diklat pun yang ingin beranjak dari tempat duduknya karena saking antusiasnya menikmati setiap materi yang diberikan.
Giliran pertama Sang Bulan Purnama dan sekaligus Founder Sagusaku ini mulai menyapa peserta diklat. Dengan nadanya penuh semangat yang membara, menggebu-gebu laksana kobaran api yang tak kan ingin padam walau sesaat, membakar setiap jiwa yang selama ini hampir mati. Tutur katanya, bait demi bait deretan wasiat yang disajikannya menggugah hati dan pikiran membawa peserta diklat larut dalam imajinasi.
Sentuhan motivasi yang diberikannya mampu menginspirasi setiap insan dan membekas dalam relung hati. Tidak banyak materi yang disampaikannya namun motivasi dan semangat yang disuguhkannya sebagai pembuka di awal kegiatan mampu menghadirkan warna baru dan memberikan pencerahan bagi peserta diklat untuk terus berkarya menjadi penulis hebat.
Tak terasa waktu terus berlalu, senja pun tiba namun tidak menyulutkan semangat dan perhatian peserta diklat yang sedari tadi asyik menikmati suguhan-suguhan materi yang sampaikan oleh ibu Noerbadriyah dan kawan-kawannya. Kini, gilirannya bunda Yulismar yang siap menyuguhkan materi ajarnya. Ketua IGI wilayah Riau ini juga tak mau kalah. Meski usianya sudah mendekati usia tua namun semangatnya begitu luar biasa.
“Usia jangan dijadikan sebagai suatu alasan untuk terus berkarya”, tuturnya di sela-sela kegiatan”. Suntikan pikiran dan siraman nasihat yang diberikannya mampu menghidupkan kembali jiwa-jiwa yang layu. Pernyataan demi pernyataan yang dilontarkannya mampu memberikan harapan baru untuk terus berpacu dalam mengasah kemampuan dan potensi diri.
Alfis dan kawan-kawannya masih teringat dengan sebuah pernyataannya “teruslah menulis, walaupun tulisan anda hanya dibaca oleh anda sendiri”. Menurut Kamsudin bahwa makna dibalik ungkapan bunda Yulismar ini, mengandung motivasi yang sangat dahsyat. Kamsudin mengungkapkan bahwa “menulislah, walau hanya untuk sendiri”. Ini artinya bahwa untuk menjadi seorang penulis, motivasi awal yang harus dibangun adalah menulis bukan karena ingin dipuji orang, bukan pula karena materi, dan lain sebagainya, “tutur Haris dengan nada meyakinkan”.
Senja mulai menghilang, sinar surya mulai tenggelam ditutupi oleh gelapnya malam. Malam pun kini datang menghampiri ratusan peserta diklat yang memadati lantai dua hotel Fortuna, mereka enggan bergerak dari tempat duduknya, inspirasi mereka terbawa hanyut dan terbang melayang jauh bersama harapan-harapan baru. Harapan-harapan itu seakan-akan hadir di depan mata.
Harapan ingin mengubah kondisi menjadi lebih baik, harapan untuk segera keluar dari zona nyaman yang selama ini membuat mereka enggan mencoba hal-hal yang baru, harapan untuk keluar dari penjara mental yang selama ini mengekang hati, pikiran, dan perasaan mereka sehingga membuat kreatifitas mereka terhenti dan bahkan nyaris hilang. Suasana malam semakin dingin membakar tubuh, saat itu jam telah menunjukan jam 07.00 waktu Larantuka dan sekitarnya, peserta diklat semakin asyik menikmati suguhan materi tentang desain cover, layout, dan proses editing naskah yang disampaikan langsung oleh Pak Guslaini yang biasa disapa BHP Riau.
Anak muda berasal dari Riau ini, dengan tangan kreatifnya mampu membius perhatian peserta diklat untuk siap menjadi desainer-desainer yang handal.
Jam dinding berdering pertanda jam telah menunjukan jam 08.00 malam, saatnya peserta diklat bergegas meninggalkan hotel Fortuna setelah tujuh jam bersama Sagusaku. Mereka pulang dengan segudang asa. Api semangat yang telah tertanam dalam diri mereka, menjadi modal dan kekuatan untuk memulai mencoba menulis. Kurang lebih selama tujuh jam Sagusaku hadir dan menyapa para guru di ujung Timur Flores Lamaholot ini.
Meski hanya tujuh jam, namun momentum Sagusaku setidaknya mampu menghadirkan semangat baru bagi para pendidik di Nusabunga ini untuk terus mengasah kemampuan, bakat, dan talenta menjadi penulis hebat. Menulis berarti mengungkapkan pikiran dan perasaan lewat bahasa tulisan. Sungguh begitu mudah menjadi seorang penulis namun hal ini yang jarang kita lakukan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu memiliki segudang pengalaman yang jika ditulis maka akan menghasilkan sebuah buku. Terima kasih buat Tim Pelatih IGI Pusat yang telah menghadirkan Sagusaku di bumi Lamaholot. Salam Satu Guru Satu Buku (Sagusaku).
Kamsudin Ridwan, M.Pd.
Staf Pengajar SMPN Satap Tapobali Kec. Adonara Timur Kab. Flores Timur