SULUH NUSA, LEMBATA – ALIRAN lava Gunung Api Ili Lewotolok yang meluber keluar di Sektor Timur dan Timur Laut menjadi tontonan ratusan warga Desa Lamatokan.
Mereka menonton karena terlihat indah. Alam menyuguhkan keindahan dibalik bahaya.
Kesaksian ini diakui oleh Maria Bota Benidau (54), warga Lamatokan yang menyaksikan aliran lava yang meluber keluar dari puncak Ili Lewotolok 31 Mei 2022 bersama ibu ibu lainnya bertepatan dengan penutupan Bulan Rosario bagi umat katolik.
Maria Bota memberikan kesaksian ini saat mengikuti sosialisasi Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Api Ili Lewotolok dari PVMBG Ili Lewotolok dan BPBD Lembata di Kantor Desa Lamatokan, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, NTT, Kamis, 16 Juni 2022.
“Saya sejak tanggal 31 Mei 2022 bertanya tanya dalam hati karena malam itu kami menyaksikan keindahan alam yang luar biasa. Saya bersama beberapa ibu ibu saat sedang mengikuti penutupan bulan rosario kami menyaksikan seperti jutaan lilin yang menyalah di puncak gunung, ” Ungkap Maria Bota.
Saat menyaksikan aliran lava seperti ribuan lilin itu mereka pun takjub. Indah memang menurut Maria Bota Benidau.
“Saya sampai bilang, begini alam menyuguhkan keindahannya. Beginilah keindahan yang disuguhkan semesta alam. Anugerah Tuhan yang begitu indah, ” Ungkap Maria Bota Benidau tanpa menyadari bahwa keindahan yang disaksikan itu ternyata berbahaya.
Bota mengaku kaget ketika keesokan harinya, 1 Juni 2022 dirinya melihat kembali ke Puncak Gunung ternyata nyala ribuan lilin pada malam sebelumnya berubah menjadi warna hitam pekat.
Stanislaus Arakian dalam penjelasannya mengungkapkan, sejak kejadian erupsi 29 November 2020, Gunung Api Ili Lewotolok sampai tanggal 15 Juni 2022 memiliki karakter erupsi hembusan dan strombolian.
“Erupsi strombolian itu terlihat seperti bunga bunga api yang keluar dari puncak gunung. Dan saat kawah penuh dia akan meluber keluar atau mengalir dari puncak ke lereng gunung dan terlihat seperti ribuan lolon yang menyalah. Itu berbahaya, ” Ungkap Arakian.
Lebih jauh Arakian mengingatkan untuk tetap waspada tetapi tidak boleh takut karena karakteristik magma yang ada dalam kawah gunung api sudah menemukan jalan keluar melalui aliran.
“Informasi yang kami sampaikan dalam sosialisasi ini bukan bertujuan untuk menakut nakuti warga. Tetapi sebahai informasi mitigasi agar warga meningkatkan kewaspadaan seiring meningkatnya anomali magma dalam kawah gunung api Ili Lewotolok, ” Jelas Arakian.
Lebih jauh Arakian menjelaskan, kesaksian Ibu Maria Bota Benidau pada malam penutupa bulan rosario, 31 Juni 2022, se informasi dengan pantauan pihak PVMBG melalui citra satelit yang merekam pergerakan lava di Sektor Timur dan Timur Laut sejak 31 Mei sampai 5 Juni 2022.
Pergerakan aliran lava itu mengandung material vulkanik dengan volume 250 meter kubik, mengalir sejauh 1.500 meter, tinggi 10 meter dan melebar sejauh 50 meter.
Arakian menjelaskan dalam simulasi PVMBG Bandung dipastikan tumpukan material dapat bertambah seiring gempa guguran erupsi yang masih terjadi.
“Saat ini tumpukan material mencapai 250 meter kubik, dan disimulasikan jika terjadi guguran awan panas maka kecepatannya mencapai 600 km per jam. Dan dalam waktu 15 detik dapat luncuran awan panas bisa mencapai radius 4 km, “Jelas Arakian.
Untuk itu, Arakian meminta warga Ile Ape dan Ile Ape Timur diminta untuk waspada karena Gunung Api Ili Lewotolok, masih status level III Siaga.
Kepala Desa Lamatokan, Yohanes Esmudo Emi dalam sambutan pembukaan mengucapkan terimakasih kepada pihak PVMBG dan BPBD Lembata karena sudah memberikan informasi mitigasi kepada warga Desa Lamatokan.
Esmundo Emi, lalu meminta penjelasan pihak PVMBG terkait informasi material awan panas agar warga Lamatokan dapat memahami dan meningkatkan kewaspasaan.
Arakian menjelaskan, awan panas atau aliran piroklastik, dalam letusan gunung berapi, merupakan campuran terfluidasi dari fragmen batuan panas, gas panas, dan udara yang terperangkap dan bergerak dengan kecepatan tinggi.
“Awan panas terbentuk dalam berbagai cara. Penyebab umumnya adalah ketika kolom lava, abu, dan gas yang dikeluarkan dari gunung berapi selama erupsi kehilangan momentum ke atas dan jatuh kembali ke tanah. Penyebab lainnya adalah ketika material vulkanik yang dikeluarkan saat letusan segera mulai bergerak menuruni sisi gunung berapi. Awan panas juga dapat terbentuk ketika kubah lava atau aliran lava menjadi terlalu curam dan runtuh. Ini yang berbahaya dan warga harus meningkatkan kewaspadaan, ” Tutur Arakian. +++sandrowangak