SULUH NUSA, LEMBATA – HAMPIR satu dekade lebih terakhir yayasan PLAN Indonesia menjadi satu satunya Lembaga yang konsen terhadap masalah remaja, ibu dan anak di Kabupaten Lembata. Masalah pengangguran, kurangnya akses ke pendidikan, kehamilan dini, dan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi adalah persoalan persoalan yang sudah menjadi momok menahun bagi masyarakat provinsi Nusa Tenggara Timur termasuk Lembata.
Masalah ini berdampak pada mayoritas populasi masyarakat, termasuk remaja, khususnya remaja perempuan. Fakta itu melatarbelakangi inisiasi Proyek Better Life Options and Opportunities Model (BLOOM) sampai 2020 dan dilanjutkan dengan program Adolence Health Agency (AHA) tahun 2022 di bawah koordinasi PLAN Internasional Indonesia sebagai upaya menyiapkan generasi muda yang lebih siap secara sumber daya manusia ke depan, sehingga harapannya akan dapat turut serta berkontribusi dalam menyelesaikan kehamilan anak remaja, perkawinan usia dini, persoalan keterbalakangan dalam pendidikan dan kemiskinan di NTT.
Dikutip dari Jurnal Pusat Penelitian Pepustakaan Nasonal, dengan menggabungkan praktik baik dari proyek GERAK SEREMPAK, proyek BIAAG 1.0 (Because I Am A Girl/Karena Aku Anak Perempuan) yang telah dilaksanakan sebelumnya di Provinsi NTT dari Juni 2012-September 2016, Proyek BLOOM Indonesia telah terlaksana mulai 1 Januari 2017 hingga 30 November 2020.
Tahun 2022, Yayasan Plan Internasional Indonesia melihat persoalan kehamilan anak remaja, pernikahan usia dini dan masalah remaja lainnya masih rentan dan menempati urutan tinggi di Lembata. program BLOOM yang sebelumnya menjadi basis program sudah berakhir dan dilanjutkan dengan Program Adolence Health Agency (AHA) di Lembata.
Erlina Dangu, Program Implementasi Area Manager Yayasan Plan Indonesia Program Area Lembata, menjelaskan, program AHA mencakup sepuluh desa yang tersebar di seluruh Lembata.
Desa Desa di Lembata yang mendapat Program AHA disebut sebagai Desa Mapan, yakni Desa Todanara dan Aulesa di Kecamatan Ile Ape Timur. Desa Kolipadan dan Dulitukan di Kecamatan Ile Ape.
Sementara Kecamatan Lebatukan Program AHA menyentuh remaja di Desa Seranggorang dan Desa Tapobaran. Desa Dolulolong dan Meluwiting di Kecamatan Omesuri, sedangkan di Kecamatan Buyasuri berada di Desa Leuburi dan Desa Roho.
Program AHA ini menurut Dangu, dilakukan dengan membentuk kelas di desa desa Mapan dengan fasilitator yang sudah disiapkan oleh Yayasan PLAN Indonesia.
“Program AHA ini lahir karena keprihatinan Yayasan Plan Internasional Indonesia akan tingginya kasus Pernikaahan anak usia dini, Kehamilan remaja dan persoalan remaja lainnya di Lembata. Tahun 2021 saja tingkat kehamilan anak usia remaja meningkat dengan pelakunya adalah anak laki laki di bawah usia 19 tahun,”
Program AHA ini hadir dengan memberikan pilihan atau menuntun remaja Lembata menjadi Mapan, Pilihlah masa depan atau dunia kerja.
Para remaja di sepuluh Desa aan dibentuk Kelas Mapan yang terdiri dari remaja laki laki dan perempuan. Mereka diberikan pelajaran sebanyak 69 sesi yang berlangsung selama 7-8 bulan.
“Dengan fasilitator di desa melibatkan orang muda di desa, Guru relawan dan karangtaruna desa setempat yang sudah mendapat pelatihan sebelumya oleh Yayasan PLAN Internasional Indonesia. Selain itu di Desa Mapan juga dibebtuk Komite pendukung program yang terdiri dari orangtua, toko adat toko agama dan Pemerintah Desa agar bisa melakukan monitoring setiap bulan selama kegiatan ini berjalan. Jika ditemukan masalah Komite Pendukung ini bertugas untuk menyelesaikan,” ungkap Erlina.
Kelas mapan juga melibatkan dengan orang tua yang anakya terlibat dalam Kelas Mapan agar mereka bisa melihat semua persoalan sekaligus mengikuti perkembangan anak selama kegiatan kelas mapan ini berlagsung.
Dari 69 sesi pelajaran itu dapat para remaja diberikan Enam tingkat materi tersebut meliputi tingkat Pertama Tingkat mengingat yakni pembelajaran yang paling mendasar Pada tingkat ini, peserta didik mungkin mengetahui terminology kunci untuk subjek tertentu, fakta dan angka yang relevan, sistem atau teori yang telah dikembangkan orang lain. Tingkat Kedua Memahami, para remaja dibentuk dengan karakter mengetahui lebih banyak tentang apa sebenarnya arti dari informasi itu. Lalu pada Tingkat Ketiga Menerapkan, pada tingkatan ini, pengetahuan remaja digunakan dengan cara baru dan diterapkan untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Tingkat Keempat Menganalisis, para remaja dilibatkan dalam pemecahan informasi menjadi beberapa bagian kemudian memeriksa secara individu untuk melihat bagaimana informasi tersebut berhubungan satu dengan lain. Tingkat Kelima Mengevaluasi, remaja membuat penilaian tentang apa yang telah mereka temukan sejauh ini. Pada tingkatan ini memungkinkan remaja membuat rekomendasi atau menyarankan ide-ide inovatif. dan Tingkat Keenam Membuat, ini tingkat terakhir, para remaja mengatur ulang informasi yang dimiliki kemudian menggabungkan dengan informasi yang didapatkan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Setelah menyelesaikan pelajaran dengan metode tatap muka bersama fasiltator, remaja AHA atau Kelas Mapan Lembata diwisuda sebagai tanda berakhirnya program ini untuk tahun 2022.
“Ya. Wisuda sudah dijadwalkan sejak tanggal 23 Mei 2022,” ungkap Dangu. Untuk Lembata program AHA ini menyasar 250 anak remaja yan terdiri dari 175 anak perempuan dan 75 remaja laki laki.
“Program AHA ini menyasar remaja dengan pembagian 75 persen anak perepuan dan 25 persen anak laki laki,” tutur Erlina.
Dan wisuda untuk Desa Kolipadan Kecmatan Ile Ape, terjadi pada Minggu, 29 Mei 2022, di Kantor Desa oleh Camat Ile Ape, Laurens Manuk dihadiri pimpinan Yayasan PLAN Indonesia Area Lembata, BPD Desa Kolipadan, Kepala Puskesmas ILe Ape, Bidan Desa dan toko masyarakat Desa Kolipadan. Kegiatan wisuda remaja Kelas Mapan ini akan disiarkan secara langsung oleh : SULUHNUSA WEEKLYLINE MEDIA NETWORK ,Pkl. 10.00 WITA. +++sandrowangak