suluhnusa.com –Teater Garasi Yogyakarta, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur, Kahe Maumere, Simpasio Institute, Agupena Flores Timur dan masyarakat Lewolema akan melakukan Pemutaran Draf Video Dokumenter pada Minggu malam 30 Juni 2019, tepat pukul 19.00 WITA di Aula Kantor Desa Bantala, Kecamatan Lewolema, Flores Timur.
Menurut Lusia Neti Cahyani, (Teater Garasi Yogyakarta), Video dokumenter yang akan diputar ini, adalah draft video dokumenter tentang Festival Nubun Tawa, peristiwa budaya yang berlangsung di Lewolema tahun 2018 sebagai satu hasil kontak dan pertemuan dalam program AntarRagam di Flores Timur.
“Tujuan dari pemutaran video ini adalah untuk mendapatkan catatan dan masukan dari semua pihak terkait yang mengetahui, terlibat dan menyaksikan peristiwa ini. Berdasar masukan-masukan dari para pengamat, pelaku dan penonton, video dokumenter ini akan terus kami olah hingga mencapai bentuk finalnya di bulan Oktober 2019 nanti,”kata Lusia.
Dengan kerangka dan tujuan di atas,menurut Lusia, video yang berdurasi kurang lebih 15 menit itu, mencoba memasukinya dari kisah tentang upaya dua tokoh muda warga Lewolema (Silvester Hurit dan Stanley Tukan) mengambil peran dalam perancangan dan pelaksanaan helatan Festival Nubun Tawa (dalam bahasa Lamaholot bermakna “lahirnya tunas/generasi baru”) yang mereka yakini sebagai perayaan atau pesta masyarakat di mana kekuatan tradisi (adat, seni dan budaya) direkonstruksi dan dipertunjukkan ulang.
“Masyarakat adat Lewolema yang hampir setengah abad tidak diakui ruang ekspresi kulturalnya, dan dilemahkan nilai serta sendi-sendi dasar yang merawat bangunan hidup kolektifnya, melalui festival, menemukan kembali kekuatan kebersamaan melalui peristiwa-peristiwa kolektif kesenian yang mempersatukan,”ungkap Lusia.
Hadir sebagai pemantik diiskusi diantaranya, Pater Feri Bulu CSSR (Pastor Paroki Lewotala), Eka Putra Nggalu (Komunitas Kahe Maumere) dan Lusia Neti Cahyani (Teater Garasi/Garasi Performance Institute Yogyakarta). Diskusi ini akan dipandu oleh Annie Hallan (Simpasio Institute).
Maksimus Masan Kian