“Pemerintah harus menerapkan program dana abadi dari masyarakat dalam bentuk regulasi atau Pergub untuk investasi pendidikan. Pemerintah daerah harus menyampaikan kepada pemerintah pusat untuk meninggkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan dari 20% menjadi 35%, ” kata Prof Abdul.
suluhnusa.com – GEMA NTT YPUP Makassar Gelar Dialog Akbar Bahas Berbagai Isu dan persoalan sekaligus menawarkan solusi untuk Pemerintah Provinsi NTT.
Apa saja solusi yang ditawarkan ?
Gerakan Mahasiswa Nusa Tenggara Timur (GEMA NTT) YPUP Makassar menggelar dialog akbar dengan teman ” NTT Mencari Solusi”.
Kegiatan dialog akbar berlangsung di Baruga Angin Mamiri Kota Makassar, Sabtu (09/03/2019) dan dikuti 200an mahasiswa asal NTT dan juga warga masyarakat NTT yang tinggal di kota Makassar.
Hadir menjadi pembicara dalam kegiatan ini adalah Asisten II Gubernur NTT, Ir. Semeul Rebo mewakili Gubernur Provinsi NTT. Selain Asisten hadir juga pembicara lainnya yakni Guru Besar Fakultas Hukum UMI Prof. Dr. Abd. Rahman, S.H., MH dari sisi akademisi, Dr. Antonius Ali Wutun, S.Pd. M.Hum sebagai pembina GEMA NTT YPUP Makassar, Ir Swardi Hiong dari sisi politik.
Sementara itu mewakili Pemerintah Kota Makassar terut hadir Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Dr. Abd. Rahman Bando SP., M.Si. Dialog akbar ini di pandu oleh Hardyanto.K. Ndopo SPd yang juga merupakan alumni GEMA NTT YPUP Makassar.
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Prof. Dr. H. Abdul Rahman dalam dialog tersebut mengatakan bahwa pendidikan harus menjadi perhatian kusus dan serius oleh pemerintah Provinsi NTT .
“Pada dasarnya mutu pendidikan di NTT sangatlah dibutuhkan perhatian secara khusus oleh pemerintah pusat sampai pada pemerintah daerah. Harapan dari pemerintah pusat sesuai dengan Undang Undang nomor 20 tahun 2013 tentang pendidikan, ternyata sanggat jauh dari harapan yang terjadi di NTT. Begitu pun standar nasional pendidikan diatur dalam PP Nomor 19 tahun 2005.” kata Prof Abdul yang juga merupakan salah satu putra terbaik NTT kelahiran Kabupaten Lembata.
Prof Abdul yang juga mantan rektor di beberapa universitas di Makassar ini mengatakan Alokasi anggaran untuk pendidikan juga sangat mempengaruhi mutu pendidikan yang ada di NTT.
Hal itu di karenakan alokasi anggaran untuk pendididkan hanya 20% dari APBN, sedangkan alokasi anggaran untuk pendidikan di NTT hanya mendapat jata sebesar 2,7%.
“Pemerintah harus menerapkan program dana abadi dari masyarakat dalam bentuk regulasi atau Pergub untuk investasi pendidikan. Pemerintah daerah harus menyampaikan kepada pemerintah pusat untuk meninggkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan dari 20% menjadi 35%, ” kata Prof Abdul.
Sementara itu Dr. Antonius Ali Wutun, S.Pd. M.Hum sebagai pembina GEMA NTT YPUP Makassar menegaskan transformasi budaya lokal NTT dalam etos kerja sangat membangun NTT menjadi lebih maju. Potensi sosial budaya di NTT melibatkan bahasa daerah, etos kerja, nilai kejujuran, nilai ketaatan, nilai kedisiplinan, nilai bekerja keras dan gotong royong dan jika potensi-potensi sosial budaya ditumbuhkembangkan dengan baik, maka akan menjunjung tinggi nilai sosial budaya secara kolektif.
“Solusi yang ditawarkan dalam dialog tersebut yakni Peningkatan pendidikan melalui bahasa daerah, penerapan pendidikan berkaraktek, pemerintah dan masyarakat harus berakselerasi demi konektifitas dari sosial budaya serta menyekolahkan anak-anak di luar NTT untuk memperoleh ilmu pendidikan berkualitas yang nantinya diimplementasikan kembali di NTT”, urai Dr Anton yang juga seorang putra NTT kelahiran Kabupaten Lembata NTT.
Ir Stephanus Swardi Hiong sebagai salah satu narasumber di aspek ekonomi politik mengatakan di Nusa Tenggara Timur mengatakan kesejatraan rakyat dibutuhkan kolaborasi timbal balik antara ekonomi dan politik. Pemerintahan yang baik seharusnya diukur dari, transparansi, partisipasi publik, memahami regulasi dan potensi jumlah penduduk.
“Dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pemerintah tidak boleh mengalihfungsikan sektor-sektor lain menjadi ladang pariwisata. solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan perekonomian di NTT adalah, tingkatkan etos kerja, pemberdayaan sumber daya manusia, social of control untuk pemerintah, meningkatkan ekonomi kreatif, pengembangan teknologi harus diprioritaskan, pemerintah harus bersikap adil, jujur dan tidak provokatif,” kata Swardi.
Ir. Semeul Rebo dalam dialog tersebut mengatakan bahwa problem yang saat ini dihadapi dan terjadi di NTT adalah pembanguan infrastruktur yang belum merata, masalah gizi buruk dan masalah kemiskinan.
” Yang masih terjadi di NTT mencakupi gizi buruk angka kemiskinan, infrastruktur yang belum merata dan pengganguran.” kata Samuel.
Dibawa kepemimpinan Gubernur Provinis Nusa Tenggara Timur yang baru, pemerintah Provinsi NTT terus bergerak melakukan pembangunan demi mendorong NTT terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik disegala sektor kehidupan.
” NTT mulai bangkit menuju masyarakat sejahtera. Mengedepankan pembangunan di sektor pariwisata, kesejahteraan rakyat, pemberdayaan sumber daya manusia, pembangunan infrrastruktur dan reformasi birokrasi.” kata Samuel
Dirinya menegaskan masa depan NTT juga ada ditangan anak anak muda NTT yang saat ini sedang menempu pendidikan dimanapun berada. Dirinya berharap agar mahasiswa NTT yang sedang menempu pendidikan dapat belajar dengan baik dan ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan di NTT.
“Dan masa depan NTT akan menjadi lebih baik apabila adik adik mahasiswa turut serta berperan dalam segala aspek di bidang pembangunan di NTT.” kata Samuel.***
m.b.wangak