suluhnusa.com – Semangat Gotong royong dan rasa solidaritas antar sesama yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang diwariskan leluhur kita tidak boleh hilang karena uang.
Hal ini karena orang mulai meniru suasana hidup di kota dimana semangat individualnya tinggi, tetangga tidak mengenal tetangga karena setiap orang mengandalkan uang dalam setiap urusannya.
Ada yang membuat rumah tidak lagi memanggil anggota keluarga, sahabat kenalan dan orang-orang yang ada disekitarnya untuk bergotongroyong menyelesaikannya tapi menegosiasi harga dengan para tukang bangunan untuk membuat rumahnya.
Demikian wakil bupati Lembata menggambarkan situasi hidup masyarakat sekarang yang mulai meniru suasana di kota yang tidak lagi bergotong-royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan karena setiap orang bisa mencari uang.
Pada hal menurut Wakil Bupati Lembata bergotong royong itu murah, memupuk suasana persudaraan dan kekerabatan. Namun demikian Wabup Langodai mengakui dan mengapresiasi semangat solidaritas antar umat beragama yang terus tumbuh dan berkembang di Kabupaten Lembata. Saat ini masih terlihat semangat solidaritas yang kental antar umat beragama ditengah masyarakat kita di Lembata ini. Jika ada hajatan pembangunan mesjid yang menjadi panitia melibatkan juga orang-orang kristiani.
Dalam keluarga di mana-mana di Lembata ini ada yang islam tapi ada yang katolik. Ada yang banyak anggota keluarganya agama islam tapi ada saudara-saudara nya yang katolik sukses menjadi Pastor.
Ada juga keluarga kristen namun saudaranya yang islam bisa sampai haji. Kita hidup rukun dari jaman nenek moyang dulu sampai sekarang ini. Dengan demikian Wakil Bupati menegaskan agar generasi sekarang ini tidak boleh menodai semangat solidaritas yang telah diwariskan. Ini suatu pemandangan hidup bersama yang indah sekali, katanya.
Demikian arahan wakil Bupati Lembata Dr. Thomas Ola ,SE, ,M,Si saat kegiatan Pencanangan Bulan Bakti Gotongroyong Masyarakat (BGRM) tingkat kabupaten Lembata yang dipadukan dengan Hari Kesatuan Gerak PKK ke 46 dan Hari Keluarga ke 5 yang diselenggarakan di desa Roho Sabtu, 19 Mei 2018.
Terkait kegiatan Hari Kelurga Nasional yang penyelenggaraannya di Padukan dengan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat tersebut Wabup Langodai menyatakan dirinya merasa sedih dalam mengikuti Hari Keluarga Nasional. Hal itu karena Yang datang ke acara hari keluarga itu tidak utuh sebagai anggota keluarga. Yang bapak bapak tidak membawah serta ibu ibu, ibu ibu yang hadir tidak membawah serta bapak bapak dan jika bapak dan ibunya hadir, tidak membawa serta anak anak.
Hal ini menurut wakil Bupati Langodai kehadiran dalam Hari Keluarga Nasional hanyalah seremonial saja tanpa menghayati makna tentang keluarga yang sesungguhnya karena keluarga yang utuh itu ada bapak, ibu dan anak-anak.
Pekerjaan di desa jangan jadi proyek
Wakil Ketua I DPRD Lembata Yohanes Derosari,SE yang ikut memberikan sambutan pada kegiatan Pencanangan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BGRM) itu menegaskan agar semangat gotong royong masyarakat tetap tumbuh ditengah masyarakat maka seluruh pekerjaan di desa jangan diproyekkan. Jika di Proyekn maka begitu dana desa di cairkan lurus-lurus uangnya lari ke pihak ketiga dan masyarakat hanya menjadi penonton di desanya.
Menurut De Rosari masyarakat yang ada di desa harus diberdayakan dengan menghidupkan pola padat karya di mana masyarakat bergotong royong bekerja membangun desa. Masyarakat harus menjadi bagian penting dalam pembangunan di desa dengan terlibat secara langsung.
Menurut de Rosari Alokasi Dana Desa harus memberi kontribusi ekonomi kepada masyarakat jika pemerintah berusaha meningkatkan kesejahteraan. Dengan demikian masyarakat harus bekerja karena tanpa bekerja dan memperoleh penghasilan dari pembangunan di desa itu kesejahteraan bagi masyarakat tidak akan tercapai, tegasnya.
Sebagaimana diliput diloksi kegiatan Wakil Bupati Lembata saat tiba di desa Roho di terima secara meriah dengan tradisi masyarakat setempat diiringi tarian dari siswa siswi SMPN 2 Buyasuri langsung berarak menuju lapangan sepak bola Roho untuk seremonial peletakan batu pelebaran lapangan bola desa tersebut.
Suasana penyelenggaraaan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BGRM) tahun 2018 berlangsung meriah dengan melibatkan seluruh komponen pemerintahan desa, kecamatan dan kabupaten. Masyarakat desa Roho memeriahkan Bulan Bakti Gotong Royong yang diselenggarakan di desanya secara spesial dengan bertandak sole oha semalam suntuk sebagai wujud pelestarian budaya yang diwariskan nenek moyang yang terjaga sampai sekarang.
m.molan
Dinas Kominfo Lembata