suluhnusa.com – Tekait pelaksanaan Pesparani tingkat Provinsi NTT 2018, Ketua MUI Nusa Tenggara Timur Abdul Kadir Makarim selaku Wakil Ketua FKUB mengatakan, MUI, NU dan FKUB mendukung sepunuhnya pelaksanaan Pesparani Katolik yang akan berlangsung di Kota Kupang mulai tanggal 24-27 Mei 2018.
Salah satu bentuk dukungannyata adalah, MUI dan NU akan mengirim Banser NU dan Remaja Mesjid ikut mengawal jalannya Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik pertama tingkat Provinsi NTT Tahun 2018.
“Sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Roi Suryah Nahdatul Ulama Nusa Tenggara Timur kami sangat mendukung kegiatan ini. Mari kita bersama-sama mendukung kegiatan ini. Dengan berbagai cara dan kemampuan, kita membantu dengan cara kita masing-masing. Dari kami dari MUI dan NU akan mengirim Banser N.U dan Remaja Mesjid lainnya ikut mengawal kegiatan ini. Tentunya mereka akan berbaur dengan pihak Polri dan TNI, Pemuda Gereja dan OMK dan remaja lintas agama di NTT,” ungkap Wakil Ketua FKUB NTT ini.
Sebanyak 1.170 peserta Paduan Suara (PS) dan Mazmur dari 18 Kabupaten di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur akan mengikuti Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) tingkat Provinsi Pertama di Kota Kupang. Pesparani sendiri merupakan suatu kegiatan yang lazim dan rutin dilakukan dalam kehidupan gereja Katolik berupa pegelaran lagu dan musik liturgi gerejani.
Sementara, Vikjen Keuskupan Agung Kupang Romo Gerardus Duka, Pr. dalam arahannya mengatakan, napas atau semangat Konsili Vatikan kedua memberikan peluang sebesar-besarnya kepada Umat Katolik untuk berperan dalam ajaran iman katolik, salah satunya adalah liturgi.
Pesparani merupakan salah satu unsur yang terkait didalamnya selain Pesta Paskah, Pesta Natal, Bulan Kitab Suci, Bulan Maria dan pesta Liturgi Gereja Katolik lainnya.
“Pasparni yang dilakukan saat ini bukan sesuatu yang tidak memiliki dasar teologis dan pastoral namun secara gerejani telah diatur dalam Konsili Vatikan Kedua,” jelas Vikjen.
Oleh karena itu, Pesparani bagi Umat Katolik bukan sesuatu hal baru akan tetapi sudah lasim dilakukan pada skala paroki-paroki atau tingkat Dekenat dan Keuskupan.
Ketua Panitia Pelaksana Pesparani Provinsi NTT 2018 Sinun Petrus Manuk mengatakan, Pesparani akan diikuti 5.000 umat Katolik yang terdiri dari Paduan Suara sebanyak 2.300 orang, undangan lainnya serta para Keluarga-Keluarga Katolik yang ada di Wilayah Keuskupan Agung Kupang.
Pembukaan direncanakan berlangsung pada Kamis 24 Mei 2018 diawali dengan Devile Kebangsaan Bhineka Tunggal Ika dari Gedung Sasando Menuju GOR Oepoi Kupang pada pukul 14.00 Waktu Indonesia Tengah, dilanjutkan dengan Misa dipimpin Konselebran Utama Mgr. Petrus Turang, Pr. di dampingi 100 Imam Katolik. Sementara materi perlombaan ada dua Jenis yakni Kategori Mazmur dan Paduan Suara.
Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Provinsi Nusa Tenggara Timur akan mendapat pengawasan secara ketat dari Kepolisian Resort Kupang Kota/ dibantu secara penuh dari personil Polda Nusa Tenggara Timur. Pihak Kepolisian juga menjadi keamanan selama berlangsungnya event tahunan perdana ini di Kota Kupang.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik atau LP3K Daerah Nusa Tenggara Timur Fransiskus Salem dalam keterangan perss di Kota Kupang, Selasa (22/5/2018) mengatakan, pagelaran musik dan lagu liturgi gerejani Katolik merupakan suatu kegiatan yang sudah lama dan rutin dilaksanakan dalam gereja seperti pada perayaan Natal, Paskah, Bulan Kitab Suci, Bulan Maria dan berbagai event liturgi Gereja Katolik.
Namun secara nasional, aktivitas Paduan Suara Gerejeni baru diangkat menjadi kegiatan nasional oleh Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2016, mulai dari tingkat Paroki atau Kecamatan, Keuskupan atau Provinsi, dan KWI atau Nasional.
Menurut Frans Salem, sebelum pelaksanaan Pesparani tingkat Nasional pada Oktober 2018 di Ambon, Maluku, Uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turang, Pr. secara tegas meminta ada seleksi ditingkat Provinsi.
“Provinsi lain untuk mengikuti Pesparani tingkat Nasional hanya dilakukan audisi. Tetapi untuk hal ini, kita di NTT harus memberi warna lain dari Provinsi lainnya. Dan ketika audiens kami dengan Uskup Agung Kupang, dia meminta agar yang mewakili NTT ketingkat nasional tidak ditunjuk begitu saja. Akan tetapi supaya hasilnya maksimal, maka kita perlu ada seleksi bersama melalui lomba ditingkat Provinsi. Oleh karena itu LP3K Daerah NTT memutuskan melakukan hal ini, sehingga hasilnya maksimal dan meraih juara di tingkat nasional pada Oktober nanti,” ujar Fransiskus Salem. ***
g-takene