suluhnusa.com – Seminar Nasional, Guru Diknas Berprestasi Tahun 2018, resmi dibuka oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Hamid Muhammad, Ph.D, di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Mei 2018.
Hadir pada kesempatan ini, Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Drs. Anas M. Adam, M.Pd, Kepala Bidang Kesharlindung Dikdas, Narasumber, Panitia Seminar Nasional dan 179 peserta seminar.
Ketua Panitia Kegiatan Seminar Nasional, Anas M. Adam dalam laporan pembukaan mengatakan, tujuan dilaksanakan seminar adalah untuk memotivasi guru dalam berkarier, membiasakan guru menulis karya ilmiah, memfasilitasi guru untuk mendiseminasikan gagasan, pengalaman terbaik dan hasil penelitian yang aktual dan memberi kesempatan kepada guru untuk berbagi (sharing) dan peduli (caring) terhadap peningkatan keterampilan abad ke-21.
Dalam laporannya, Ketua Panitia menyampaikan bahwa peserta yang dilibatkan dalam kegiatan seminar adalah guru pendidikan dasar di Indonesia yang memiliki NUPTK. yang telah terdaftar secara online melalui laman kesharlindungdikdas.id dan lolos seleksi administrasi, similarity dan penilaian makalah.
“Ada 862 guru se Indonesia yang mendaftar, minus Maluku Utara. Dari tulisan yang masuk Tim menyeleksi dan melakukan pembobotan. Hasilnya 180 orang yang dinayatakan lolos. Dari 180, 1 orang menyatakan mengundurkan diri. Seleksi yang kami lakukan sangat transparan dan benar benar berdasarkan kualitas karya, tidak berdasarkan unsur nepotisme. 189 adalah guru dari Sabang sampai Merauke, minus Riau, Kalimantan Timur, dan Bangka Belitung, yang memang karya mereka tidak lolos satupun. Yang tidak berdasarkan penilaian tim seleksi karena sistem copy paste. Mengambil tulisan orang lain dan mengirimnya. Maka mereka mereka itu dinyatakan tidak lolos,” kata Anas.
Sementara itu, Hamid Muhammad, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mengatakan, forum seminar nasional seperti ini adalah forum yang ditunggu tunggu oleh guru karena sistem seleksinya berdasarkan kompetensi dan bukan penunjukan langsung. Baginya, masyarakat Indonesia saat ini, sudah sangat kritis. Dan kekritisan mereka itu salah satunya berkaitan dengan mutu pendidikan.Sebab dari 2000an triliuan anggaran negara, 20% atau sekitar 445 triliun diplotkan pada bidang pendidikan.
“Ada pertanyaan yang berkembang di masyarakat, anggaran besar untuk pendidikan tapi tidak memberikan tanda tanda perubahan atau perbaikan mutu pendidikan. Ini menjadi persoalan kita bersama,”katanya.
Bagi Hamid Muhammad, sudah banyak dilakuan dalam upaya perbaik mutu pendidikan, baik dengan cara mengganti kurikulum, peningkatan fasilitas sekolah, hingga perbaikan kesehjateraan guru.
“Sudah saatnya guru guru setanah air berefleksi, apa yang dapat kita kontribusikan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Setiap tahun, 70 triliun digelnotorkan untuk membayar sertifikasi guru,kita berharap anggaran sebanyak itu, perlahan mendorong guru untuk mampu berkarya secara profesional yang dapat mendongrak mutu pendidikan. Sudah saatnya,kita berkolaborasi dan jangan menyalahkan satu dengan yang lain untuk mengambil peran sebagai pioner perubahan,” ungkap Hamid.
Pada kesempatan itu, beliau juga menyampaikan hal terkait mutu sekolah yang sangat bergantung dari mutu guru dan mutu kepala sekolah.Baginya,dua hal ini cukup penting
“Kita bicara mutu pendidika. maka tidak terlepas dari bagaimana kita bicara juga soal mutu guru dan Kepala Sekolah. Jangan sampai guru yang kreatif yang profesional tidak didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah. Jika ini yang terjadi maka kita tidak bisa berharap banyak. Kita berharap, Kepala Sekolah harus mensuport guru guru di sekolah yang memiliki kemampuan plus dalam meningkatkan kreativitas anak,” tandasnya.
Ada tiga hal yang menjadi penekanan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan terkait apa yang menjadi fokus guru ke depan yakni, penguatan pendidikan karakter, gerakan literasi dan pengembangan keterampilan Abad ke 21.
“Tentang karakter mesti mendapat fokus perhatian yang serius karena saat ini ancamannya luar biasa. Kekerasan dilakukan secara masif, saling membuli,pornografi, narkoba, radikalisme dan lain – lain. Sementara pada bidang literasi, saat ini kita tidak mengenal literasi itu sebatas membaca, menulis dan berhitung tetapi bagaimana mengakses informasi, memilih,memilah dan menggunakan untuk menyelesaikan persoalan hidup sehari – hari. Literasi yang cerdas mampu menumoas informasi hoax yang saat ini sudah mewabah dan dilakukan secara masif ini. Juga soal pengembangakan keterampilan, penting dalam menciptakan generasi muda yang kritis, kreatif dan mampu berkomunikasi dengan baik. Ke depan, kita mesti banyak menciptakan kerja kerja kolaboratif,”kata Hamid Muhammad.
Kegiatan yang pembiayaannya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini, berlangsung dari tanggal 22 s.d 25 Mei 2018.***
maksimus masan kian