Barek pun Menangis Di Hadapan Saka Paun

suluhnusa.com – Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Olaraga Kabupaten Lembata, Zakarias Paun akhirnya memanggil Barbara Barek untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Saat diminta untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya, Barek pu  menangis di hadapan Zakarias Paun.

Luruh air mata Barek di hadapan Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Olaraga ini ketika Barek dipanggil menghadap ke kantor Dinas PKO, 7 September 2017.

Zakarias Paun yang ditemui suluhnusa.com di ruangan kerjanya, 7 September 2017, menuturkan dirinya sudah memanggil guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Satap Waiwaru yang melakukan penghinaan terhadap Fabianus Keko bersama kepala sekolah, Bernadus Atawadan.

“Tadi saya sudah panggil mereka setelah saya pulang dari Adonara. Ibu Barbara sudah datang menghadap. Tetapi kepala sekolahnya sudah pulang karena saya belum tiba,” ungkap Saka Paun.

Paun lebih jauh mengungkapkan saat dirinya meminta Barbara Barek menceritakan, secara kronologis kejadian itu, Barbara Barek bercerita sambil menangis.

“Saya memberi perinagatan keras untuk tidak lagi melakukan tindakan itu. Dan saya juga meminta ibu itu untuk melakukan pendekatan terhadap keluarga Fabianus Keko,” tegas Saka Paun.

Selain itu, Paun mengatakan walau Barbara Barek adalah guru Honor tetapi Dinas Pendidikan memiliki kewenangan dan tanggungjawab atas kejadian tersebut.

Untuk itu, pihaknya meminta ketegasan Komite Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru untuk secepatnya mengmbil langkah konkrit agar kejadianya ini tidak membias.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan, ketika dditemui suluhnusa.com, 8 September 2017 di halaman sekolah membenarkan Barbara Barek sudah menghadap Kadis PKO Lembata.

“Ya ade. Ibu Barbara Barek sudah menghadap ke Dinas. Kani dua dipanggil, tapi saat kami ke sana, pa Kadis belum pulag dari Adonara jadi saya pulang. Hanya ibu Barbara yang meghadap sore hari sekitar jam tiga, setela ibu Barbara memenuhi panggilan kepolisian Polres Lembata. Waktu ibu Barbara telp menginformasikan dirinya bahwa pa kadis sudah tiba dari Adonara, saya sudah di kebun jadi tidak balik lagi ke Lewoleba,” jelas Nadus Atawadan.

Berdasarkan informasi yang didapat media ini, Komite Sekolah sejauh ini belum mengambil langkah konkrit terkait masalah ini.

Seorang siswa SMP Negeri 2 Satu Atap Waiwaru, Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Lembata merasa hidupnya tertekan karena malu.

Rasa malu yang dialami oleh siswa Kelas III Sekolah tersebut disebabkan, Guru yang mengasuh mata pelajaran bahasa Indonesia itu menghina siswa tersebut selama jam mata pelajaran. Penghinaan ini yang dilontarkan guru dalam kelas sepanjang jam mata pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

Fabianus Keko, 16 tahun terpaksa dilarikan ke UGD Rumah Sakit Umum Daerah Lewoleba, 31 Agustus 2017, karena meneguk obat cairan racun rumput gramoson. Ari demikian siswa SMP Negeri 2 satap Waiwaru ini, terpaksa meneguk racun karena merasa malu dihina oleh gurunya selama pelajaran bahasa indonesia berlangsung. Naifnya, tindakan penghinaan terhadap Ari dilakukan di dalam kelas dihadapan siswa/i lainnya.

“Sudah dua kali dia menghina saya. Pertama waktu saya bawah HP ke sekolah. Kejadian ini dilakukan juga di depan kelas dihadapan teman teman,” ungkap Ari, saat ditemui wartawan di RSUD Lewoleba, 1 September 2017.

31 Agustus 2017, guru bahasa Indonesia tersebut kembali melakukan penghinaan. Sasarannya tetap pada Ari. Dia mengeluarkan kalima hinaan yang sungguh membuat siswa kelas III SMP Satap Waiwaru tersebut merasa malu dihadapan siswa/i lainnya.

Dia mencap dan mengatakan bahwa Fabianus Keko memiliki orang tua tidak jelas. Bukan hanya itu, Guru tersebut mendiskreditkan kehidupan Fabianus Keko dengan menilai rumah milik Fabianus alias Ari seperti kandang babi.

“Dia bilang saya punya rumah seperti kandang babi. Lalu, saya keturunan atau anak dari orang tua tidak jelas. Makanan yang saya makan tidak sama dengan yang dia makan. Makanan saya seperti makanan babi. Dia hina saya di depan murid lainnya dalam kelas. Selama pelajaran bahasa Indonesia berlangsung,” ungkap Ari.

Bahkan saat pelajaran bahasa Indonesia pada hari naas tersebut, guru itu tidak menjelaskan tentang materi pelajaran tetapi sepanjang pelajaran materinya adalah ‘penghinaan terhadap Fabianus Keko’.

Akibatnya, saat jam pelajaran usai, Ari langsung pulang ke rumah dan mengambil obat cairan racun rumput dan meneguk sebanyak satu sloki. Merasa mula, kerongkongan kering dan langsung dilarikan ke UGD RSUD Lewoleba dan Dan dirujuk ke RSU W.Z.Johanes Kupang.

[sandrowangak]

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *