suluhnusa.com – Keluarga Guru Barbara Barek mengancam melaporkan Fabianus Keko ke pihak kepolisian apabila upaya damai yang ditempuh pihakya ditolak oleh keluarg korban.
Barbara Barek, guru Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengancam melapor balik keluarga Fabianus Keko (16), siswa yang menjadi korban bullyng.
“Saya akan lapor balik jika upaya damai kami ditolak keluarga korban,” tegas suami Barbara Barek, Aloysous Sola kepada wartawan, Kamis, 14 September 2017.
Menurutnya, alasan melapor balik korban, karena anak kandungnya, Natalia Sola yang juga teman kelas Fabianus juga menjadi korban pelecehan kakak kandung korban, Lori.
“Rencananya kami keluarga bertemu keluarga korban pada Sabtu, 16 September 2017 mendatang. Jika dalam upaya damai itu ditolak, maka kami akan lapor balik,l. Semua pihak hanya berpikir soal Fabianus, lantas anak saya apa dibiarkan,” kata Aloysius.
Dia meminta pihak sekolah sebelum memberi sanksi kepada BB harus mendengar penjelasan kedua belah pihak.
“Isteri saya siap diberi sanksi apapun, bagaiamanapun tetap salah, namun pihak sekolah juga harus netral,” jelas Aloysius.
Dia mengaku, isterinya sudah dipanggil Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata.
Diberitakan motif penghinaan guru terhadap seorang siswa sekolah menengah pertama negeri (SMPN) di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), akhirnya terkuak.
Siswa berinisial Fabianus itu mencoba bunuh diri dengan minum racun rumput setelah diduga mengalami bullying atau perisakan dari sang guru Barbara Barek pada 31 Agustus 2017.
Ayah kandung korban, Yosep Lango (61), mengaku anaknya yang berumur 16 tahun tersebut dihina lantaran sang guru tak terima kakak korban berpacaran dengan anak pelaku.
Pada 28 Agustus 2017, kakak Fabianus ke mes guru tersebut dan bertemu dengan anak pelaku bernama Natalia Sola, yang juga merupakan teman kelas Fabianus. Hal inilah yang menyebabkan kemarahan BB.
“Kenapa Fabianus yang dihina, apalagi sampai keluarkan kata-kata sadis di depan kelas dan itu dilakukan berulang-ulang,” ucap Yosep Lango kepada wartawan di RSUD WZ Johannes, Kupang, beberapa hari lalu.
Menurut Yosep, racun yang ditelan anaknya tidak banyak karena sebagian disembur keluar. Proses pengobatan anaknya sudah menelan banyak biaya dan ditanggung sendiri. Dia meminta guru yang menghina anaknya turut bertanggung jawab.
“Saya minta dipecat karena tidak pantas jadi guru. Dia juga harus kembalikan seluruh biaya pengobatan anak saya,” Yosep menambahkan.
Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan, mengatakan pihak sekolah akan menggelar rapat dengan Komite Sekolah guna menentukan nasib BB. “Intinya pihak sekolah tetap memberi sanksi, yang paling berat dipecat,” Bernadus menegaskan.
Guru yang diduga mengakibatkan sang murid mencoba bunuh diri dengan minum racun itu berstatus honorer. Bernadus pun pernah menegur guru itu lantaran kerap berperilaku kasar terhadap siswa.
“Yang bersangkutan pernah saya tegur, tetapi tidak diindahkan. Buktinya, salah satu siswa dirawat rumah sakit karena ulah dia,” kata Barnabas.
Kasus penghinaan yang nyaris merenggut nyawa seorang siswa SMP Negeri 2 Satu Atap Waiwaru, Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Fabianus itu dilarikan ke rumah sakit setelah mencoba bunuh diri dengan minum racun.
Fabianus nekat menenggak cairan racun rumput karena merasa malu dihina oleh gurunya Barbara Barek selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
“Sudah dua kali dia menghina saya. Pertama waktu saya bawa handphone ke sekolah. Kejadian ini dilakukan juga di depan kelas, di hadapan teman-teman,” ucap Fabianus kepada wartawan, Sabtu, 2 September 2017.
Puncaknya pada 31 Agustus 2017, guru Bahasa Indonesia tersebut kembali menghina FK. Sang guru mengeluarkan kalimat hinaan yang membuat siswa kelas III SMP Satap Waiwaru tersebut merasa malu.
“Dia bilang saya punya rumah seperti kandang babi. Lalu, saya keturunan atau anak dari orangtua tidak jelas,” tutur korban.
Tak hanya itu, sang guru juga menghina makanan yang dikonsumsi muridnya tersebut.
“Makanan saya seperti makanan babi. Dia hina saya di depan murid lainnya dalam kelas. Selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung,” beber Fabianus.
Bahkan, saat pelajaran Bahasa Indonesia, guru itu bukan menjelaskan tentang materi pelajaran, melainkan terus menghina Fabianus. Akibatnya, saat jam pelajaran usai, Fabianus langsung kembali ke rumah dan nekat menenggak racun.
Beberapa siswi yang datang menjenguk Fabianus di rumah sakit mengatakan, saat guru tersebut menghina korban, mereka semua ikut menangis.
“Penghinaan itu terlalu sadis. Karena kasihan, kami ikut menangis dalam kelas,” tutur salah seorang siswi yang meminta namanya tidak ditulis.
Terkait kasus perisakan yang berujung siswa nekat minum racun rumput, Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan mengatakan, guru tersebut berstatus honorer. Dia pun pernah menegur guru itu karena kerap berperilaku kasar terhadap siswa.
“Yang bersangkutan pernah saya tegur, tetapi tidak diindahkan. Buktinya, salah satu siswa dirawat rumah sakit karena ulah dia,” ujar Bernadus.
Sementara Fabianus setelah dirujuk ke Kupang sudah kembali sehat dan masuk sekolah seperti biasa.
Terkait upaya damai dari keluarga Barbara, belum bisa dikonfirmasi dengan ayah Fabianus, Yoseph Lango. Karen ketika hendak di konfirmasi, Yoseph Lango sedang tidak berada di kediamannya di Desa Todanara.
[sandrowangak]