suluhnusa.com – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Lewolema selalu memiliki kreasi – kreasi baru dalam menghidupkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Sekolah yang berlokasi di Dusun Welo, Desa Painapang Kecamatan Lewolema ini, aktif melakukan pelatihan jurnalistik di sekolah, pembuatan Majalah Dinding (Mading) sekolah, Buletin, dan menggiatkan jam membaca yang dikenal dengan ‘Sabtu Membaca”.
Tidak saja di sekolah, siswa di sekolah ini juga mengkampanyekan gerakan literasi di luar sekolah. Ini dapat terlihat selama dua tahun berturut – turut dalam ajang karnaval di Kota Larantuka menyongsong Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) SMPN 1 Lewolema selalu mengusung tema gerakan literasi.
Pekan ini, muncul lagi satu kreasi anak – anak di SMPN 1 Lewolema, mendukung dan terus menghidupkan gerakan literasi sekolah yakni, siswa menuliskan pengetahuan – pengetahuan umum di kertas, kemudian digunting dan dirangkai, ditempelkan, dan digantung pada sudut- sudut sekolah sebagai media baca siswa pada saat jam istirahat.
Pengetahuan dan informasi, yang terpampang bervariasi mencangkup pengetahuan umum.
Kepala SMPN 1 Lewolema, Solirus Soda, S.Pd memberi apresiasi terhadap karya anak – anak dibawah bimbingan para guru.
“Sebagai pimpinan di lembaga, segala kreasi anak dan guru selalu kami apresiasi. Sekolah menjadi ruang kreasi, tempat guru dan siswa berproses di dalamnya.
Tentang GLS di SMPN 1 Lewolema, sejak sekolah berdiri tahun 2015, telah digiatkan dan dari hari ke hari terus ditingkatkan kualitasnnya.
Solirus Soda mengatakan, dampak dari gerakan literasi dengan menggiatkan siswa membaca dan menulis sangat besar manfaatnya dalam pembentukan mental dan karakter anak.
Membaca menambah pengetahuan, menulis membuat anak mampu mengolah pikirannya secara kreatif. Jika siswa tekun dalam proses ini, maka harapan akan adanya peningkatan hasil belajar siswa dapat tercapai.
Maksimus Masan Kian, guru pendamping siswa dalam menghidupkan gerakan literasi di sekolah, turut berbangga dengan kreasi anak anak SMPN 1 Lewolema, bagi Maksi yang juga adalah Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Flotim, karya anak akan lahir jika ruang kreasi dibuka dan disiapkan.
“Anak – anak Flotim memiliki potensi. Saatnya guru di sekolah memberi motivasi dan memberi pendampingan untuk anak berkarya. Setelah berkarya berilah pujian dan hadiah. Cara – cara apresiasi yang dilakukan akan memacu anak untuk berani berkarya dan mengeksplorasi bakat dan kemampuannya.
Yohanes Ruron, Maria Lebuan dan Tendi Ruron, siswa kelas VII A yang karyanya ditempelkan, 31 Agustus 2017 mengaku senang.
“Ini menjadi pengalaman pertama, dimana karya kami yang sederhana ini dipilih untuk ditempelkan di sekolah menjadi bahan bacaan menambah pengetahuan dan mendapatkan informasi. Kami senang dan akan menghasilkan karya tulis berikutnya yang lebih baik.
[maksimus masan kian]