suluhnusa.com – Bencana bias saja terjadi saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Bencana dapat menyebabkan bangunan sekolah rusak, bahkan menghilangkan nyawa anak-anak dan guru yang berharga. Bencana juga dapat menghentikan akses pendidikan setelahnya
Hal ini disampaikan Kornelia Penate, Sekretaris Eksekutif Yayasan Bina Sejahtera saat bersama Plan International Program Area Lembata membentuk Tim Siaga Bencana (TSB) di beberapa sekolah di Lembata.
Penate mengungkapkan anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap bencana.
“Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap bencana. Bencana bias saja terjadi saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Bencana dapat menyebabkan bangunan sekolah rusak, bahkan menghilangkan nyawa anak-anak dan guru yang berharga. Bencana juga dapat menghentikan akses pendidikan setelahnya,” kata Kornelia Penate, Sekretaris Eksekutif Yayasan Bina Sejahtera, tulis Tari Pujiwati, Communication Specialist Plan International Program Area Lembata kepada media ini, 20 Januari 2016.
Dengan mempelajari risiko bencana di sekolah, dapat membantu anak-anak untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi risiko selama bencana terjadi. Semua informasi tentang bencana, resiko dan tindakan yang akan dilakukan saat terjadi bencana dipaparkan dalam sosialisasi sekaligus pembentukan kelompok tersebut.
Selama dua hari, proses pembentukan tim siaga bencana sekolah ini difasilitasi oleh fasilitator dari BPBD Kabupaten Lembata dan Forum Pengurangan Risiko Bencana yang telah memiliki kapasitas yang baik dibidang ini.
Proses ini diawali dengan sosialisasi kepada peserta kegiatan yang terdiri dari anak-anak sekolah, guru, komite sekolahdan orang tua wali tentang pengurangan resiko bencana (PRB) dan adaptasi perubahan iklim (API). Selain itu, peserta juga diberikan pemahaman tentang manajemen dan konsep-konsep sekolah yang aman bencana.
“Kami ingin menciptakan sekolah sebagai tempat belajar yang aman dan nyaman bagi anak-anak generasi penerus bangsa,” kata Muhammad Thamrin, Program Area Manager Plan International Indonesia Program Area Lembata.
Tim siaga bencana sekolah ini, akan membentuk generasi yang siap siaga terhadap bencana sejak dari usia dini. Anak-anak dapat memiliki pemahaman dasar tentang konsep-konsep dasar pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim.
Mereka juga bias membuat kajian risiko bencana sederhana di sekolah dan menyusun rencana aksisekolah sesuai dengan kajian risiko yang telah dibuat bersama dengan guru dan warga sekolah lainnya.
Harapannya adalah dengan adanya tim siaga bencana di sekolah, sekolah bias melakukan pendidikan PRB bagi warga sekolah, yang selanjutnya sekolah dapat melakukan aksi-aksi sederhana terkait pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan sekitar sekolah.
Sebanyak 10 sekolah di Lembata memiliki tim siaga bencana sekolah melalui proyek Pulau Tangguh (Resilient Island) kerjasama Plan International Indonesia dan Yayasan Bina Sejahtera. Sekolah-sekolah tersebut yaitu SDK Baopukang, SDI Tokojaeng, SDK Atawatung, di Kecamatan Ile Ape Timur, SDK Mawa, SMP Ile Lewotolok di Kecamatan Ile Ape, SMP Sinar Swasembada Hadakewa di Kecamatan Lebatukan, SDN Wailolong, di kecamatan Omesuri, dan SDI Bareng, MIS Leuwohung serta SDI Mulewak di Kecamatan Buyasuri. (sandrowangak)