Indonesia Butuh 7.000 Ahli Keamanan IT

Beranda » Humaniora » Indonesia Butuh 7.000 Ahli Keamanan IT
Suluhnusa.com

Bantu kami berkembang sekaligus memasarkan usaha Anda. Sekecil apapun bantuan Anda, sangat kami hargai.

WEEKYLINE.NET_Aptikom memiliki 1.500 program studi komputer hanya menghasilkan 1.000 orang ahli per tahun. Artinya, kita butuh waktu 7 tahun memenuhi tenaga ahli keamanan bidang TIK.

Ketua Aptikom pusat, Prof. Dr. Zainal Abidin Hasibuan, pada acara adu pintar dalam ajang Indonesian Cyber Army (ICA) ke-4 tahun 2015 yang digelar di Stikom Bali,mengatakan, Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 7000 orang tenaga ahli bidang teknologi informasi dan komputer.

Abidin Hasinuan lebih lanjut menjelaskan berdasarkan perhitungan Aptikom, Indonesia  kekurangan tenaga ahli keamanan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sekitar 7.000 orang.

Padahal, demikian Prof. Ucok-akrab dipanggil begitu-di Aptikom sendiri ada 1.500 program studi komputer hanya menghasilkan 1.000 orang ahli per tahun.

“Artinya, kita butuh waktu 7 tahun barulah terpenuhi tenaga ahli keamanan bidang TIK,” kata Prof. Ucok yang juga Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini.

Menurut Prof. Ucok,  dewasa ini yang namanya bela negara tidak lagi mengangkat senjata, tidak lagi menggunakan bambu runcing melainkan menciptakan generasi muda Indonesia sebagai ahli di bidang keamanan TIK agar mampu berperang melawan kejahatan melalui teknologi informasi dari luar negeri.

Hal senada juga disampaikan Kasubdit Informasi dan Keamanan Teknologi Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemkominfo RI Ricky Arif Gunawan. Menurutnya, dewasa ini  keamanan segala informasi yang dimiliki negara   menjadi hal yang sangat penting dan menjadi program Kemkominfo.

“Semoga event ICA ini mampu melahirkan ahli-ahli keamanan IT kita,” kata Ricky.

Rilis Humas STIKOM Bali, Rahman Sabon Nama kepada suluhnusa.com, menjelaskan, pada kesempatan itu Ketua Indonesian Cyber Army, Agus Setiawan, mengatakan ajang ICA ini merupakan wadah yang tepat untuk mencari bibit-bibit ahli keamanan komputer guna menghadapi  ancaman serangan terhadap system informasi dan komunikasi milik Indonesia.

Disebutkan Agus, grafik peserta terus meningkat. Sejak ICA pertama diigelar  di Medan tahun 2012 pesertanya hanya 30 mahasiswa,  ICA kedua 2013 di Samarinda meningkat manjadi 80 mahasiwa, ICA ketiga 2014 di Makassar  100 mahasiswa dan ICA keempat 2015 di Stikom Bali ini diikuti 150 peserta atau 50 tim utusan dari 32 kampus di 18 kota di seluruh Indonesia, minus Aceh dan Papua.

“Para peserta ini sebelumnya sudah diadu di kampus masing-masing sebelum dikirim ke ajang ICA. Antara lain dari UI dan Binus Jakarta, Amikom Jogjakarta, Bandung, dan lainnya,” kata Agus.

Sementara itu Ketua Stikom Bali Dr. Dadang Hermawan mengatakan sangat berterima kasih kepada panitia pusat dan Kementerian Kominfo karena dipercayakan sebagai tuan rumah ICA 2015. “Pada prinsipnya kami kami selalu mendukung kegiatan yang bersifat kompetisi. Itulah makanya kami selalu siap, siap menang maupun siap kalah,” tegasnya.

Acara ini dibuka oleh Kepala Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kota Denpasar  I Dewa Made Agung, SE, M.Si mewakil penjabat walikota Denpasar.

Dan diikuti 150 mahasiswa komputer dari seluruh Indonesia  selama dua hari , 1-2 Oktober 2015 adu pintar dalam ajang Indonesian Cyber Army (ICA) ke-4 tahun 2015 yang digelar di Stikom Bali. Kegiatan adu pintar ICA IV 2015 ini digelar atas kerja sama Multimatics, Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer (Aptikom) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, tulis Rahman Sabon Nama diakhir rilisnya. (*/sandrowangak)

Share your love
Suluh Nusa
Suluh Nusa

bagaimana engkau bisa belajar berenang dan menyelam, sementara engkau masih berada di atas tempat tidur.?

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *