suluhnusa.com_satu jepretan lensa kamera dan menghasilkan gambar yang indah akan mewakili seribuh kata. Bayangkan, andaikan ada seribuh jepretan lensa kamera akan mewakili jutaan kata.
Bahkan walau ada sejuta kata tak didukung dengan satu foto maka itu tidaklah menarik. Dan banyak orang merasa tertarik dengan sesuatu hal hanya karena keindahan sebuah foto. Dan ini dilakukan oleh seorang pewarta gambar atau fotografer itu.
Menyadari akan hal itu, di Provinsi NTT dibentuk sebuah wadah untuk mengabadikan apapun yang terlihat indah dan menarik dalam jepretan lensa kamera. NTT sebagai sebuah daerah kepulauan memiliki sekian juta tempat menarik, obyek dan alam yang indah serta hal lain yang tentu layak untuk diabadikan melalui foto.
Nah, tukang jepret lensa kamera ini disebut tukang foto atau istilah kerennya Fotografer. Dewasa ini fotografer atau tukang foto sudah menjadi sebuah profesi.
Setiap bentuk profesi sebaiknya memiliki organisasi atau asosiasi yang menaungi para pekerja dalam profesi tersebut.
Begitupun dengan profesi pekerjaan sebagai fotografer. Karena itulah, kehadiran Organisasi Persatuan Fotografer (OPF) Propinsi NTT sebagai asosiasi yang menaungi para pekerja fotografi harusnya disambut baik bagi para pekerjanya.
Ketua Organisasi Persatuan Fotografer (OPF) Propinsi NTT, Sony Ludoni ketika ditemui di sekretariat Organisasi Persatuan Fotografer (OPF) Propinsi NTT di Jalan Taebenu-Liliba, Sabtu 1 FebruRI 2013 siang, menjelaskn, OPF Propinsi NTT sebenarnya sudah hadir di Propinsi NTT sejak beberapa tahun yang lalu. Namun, organisasi ini sempat dibekukan karena tidak aktif dan baru diaktifkan lagi pada tahun 2013.
Memasuki tahun 2014 ini, kata Ludoni, langkah yang dilakukan OPF Propinsi NTT adalah penertiban anggota. Semua anggota OPF harus mengurus kartu keanggotaan baru karena kartu keanggotaan yang lama sudah habis masa berlakuknya.
“Jumlah fotografer di Kota Kupang dan sekitarnya atau di wilayah NTT terus bertambah dan kini mencapai 40-an orang. Supaya kegiatan fotografer bisa dilaksanakan dengan lebih teratur dan lebih dihargai di masyarakat, maka seorang fotografer perlu dibekali dengan kartu keanggotaan,” kata Ludoni.
Selain menertibkan anggota, kata Ludoni, organisasi juga melakukan berbagai upaya untuk membantu anggota dalam bekerja. Diantaranya, OPF Propinsi NTT telah berupaya menjalin kerja sama dengan kalangan kampus di wilayah Kota Kupang dan sekitarnya.
Langkah yang dilakukan adalah mengajukan surat penawaran kerja sama dengan 12 kampus atau universitas di wilayah Kota Kupang.
“Jika kerja sama dapat dijalin, maka aktifitas fotografi dapat dilakukan secara lebih tertib di kawasan kampus. Kami yakin surat tawaran kerja sama yang kami ajukan akan mendapat sambutan positif dari pihak kampus,” kata Ludoni.
Ludoni menambahkan, keberadaan organisasi ini diharapkan bisa menjadi wadah yang menghimpun dan menaungi para pekerja fotografer yang ada di wilayah Propinsi NTT. OPF adalah organisasi profesi yang penting keberadaannya bagi para pekerja fotografer dan merupakan bagian dari semangat bersama untuk mempersatukan para pekerja fotografer.
Terlepas darin kepentingan anggta profesi yang satu ini, kehadiran organisasi untuk ara pewarta gambar atau fotografer ini akan memberi dampak positif dalam mengexploitasi keindahan alam NTT. (say miliano)