suluhnusa.com_Galungan terjadi sekali dari perhitungan siklus 210-hari kalender Bali, dan menandai waktu ketika Sang Hyang Widhi Wasa berserta para Dewa dan Dewi mengunjungi bumi. Umat Hindu melakukan ritual yang dimaksudkan untuk menyambut Dewa Dewi tersebut. Dan berikut hasil wawancara suluhnusa.comdengan Ida Pedanda Gede Telaga, di Grya Telaga, Sanur, 21 Oktober 2013, tentang urutan Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Rumah senyawa dan berjiwa dengan penghuninya. Hal ini membuat Umat Hindu Bali, menjadi hidup dengan devosi yang ditawarkan oleh keluarga yang tinggal di dalam. Keluarga mempersembahkan korban berlimpah makanan dan bunga kepada Dewa-Dewi, leluhur, dan Sang Hyang Widhy Wasa sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan untuk perlindungan. Pengorbanan ini juga ditawarkan di Pura lokal, yang dikemas di dalam bhakta sebagai bhakti persembahan Umat Hindu Bali.
Sejauh mata memandang seluruh pulau ini berjejer tiang bambu tinggi yang disebut Penjor, ini biasanya dihiasi dengan buah, daun kelapa, bunga.
“Penjor biasanya didirikan di sebelah kanan setiap pintu masuk rumah. Pada setiap pintu gerbang, ada juga altar bambu kecil dibentuk khusus setiap satu bantalan tenunan daun palem persembahan untuk Leluhur, Dewa-Dewi dan Sang Hyang Widhi Wasa,” tutur Ida Pedanda Gede Telaga.
Persiapan Galungan, demikian Gede Telaga, dimulai beberapa hari sebelum hari raya yang sebenarnya. Tiga hari sebelum Galungan- Penyekeban, Umat Hindu Bali mulai melakukan persiapan.
Dua hari sebelum Galungan-Penyajahan, menandai waktu introspeksi bagi Umat Hindu Bali, waktu bagi para wanita Bali membuat kue tradisional Bali.
Sehari sebelum Galungan-Penampahan, atau hari pembantaian – pembantaian Bali hewan kurban yang akan dipersembahkan ke Pura. Pada Hari Galungan ditandai dengan berlimpahnya makanan tradisional Bali, seperti lawar (daging babi pedas dan hidangan kelapa saus) dan sate.
Pada hari Galungan itu sendiri, umat Bali berdoa di Pura dan membawa persembahan mereka kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Wanita terlihat membawa persembahan di kepala mereka, sedangkan laki-laki membawa daun palem.
Hari setelah Galungan, Masyarakat Bali akan mengunjungi kerabat mereka dan teman-teman terdekat disebut umanis dan terjadi pada hari kamis.
Hari kesepuluh setelah Galungan, Hari Raya Kuningan menandai akhir dari Galungan, dan diyakini menjadi hari ketika para Dewa-Dewi naik kembali ke surga. Pada hari ini, Umat Bali membuat persembahan khusus berupa nasi kuning.
Perayaan sebenarnya tidak hanya untuk masyarakat Bali, wisatawan yang berkunjung ke Bali selama liburan ini juga mendapatkan pemandangan yang menarik dari budaya Umat Hindu Bali.
Sebab pemadangan tentang penjor, melihat wanita berpakaian kaya menyeberang jalan untuk membuat persembahan makanan ke Pura kemegahan lainnya di Hari Galungan tidak terlihat setiap hari. Kemegahan dan keagungan Bali ini hanya terlihat pada setiap hitungan 210 hari menurut Kalender Bali. (sandro wangak)