suluhnusa.com – Kasus ambruk dan putusnya Jembatan Wai Ma yang baru dikerjkan dengan nilai Rp. 1.6 Miliar melalui APBD II Lembata tersebut mendapat perhatian serius berbagai pihak.
Jembatan Wai Ma yang menghubungkan 18 desa di Kecamatan Nubatukan dan Kecamatan Ngawutun tersebut putus diterjang banjir 26 Nopember 2018. Kejadian menjadi perbincangan seru banyak pihak dan warga Lembata. Sebab, Jembatan Wai Ma baru selesai dikerjakan awal tahun 2018 dan putus diakhir tahun 2018.
Banyak pihak menduga bahwa putusnya Jembatan Wai Ma yang dikerjakan oleh CV. CPJ ini bukan bencana alam tetapi karena proses pengerjaan mulai dari perencanaan yang kurang matang sampai kualitas kontruksinya dikerjakan asal asalan.
Salah satu pihak yang menaruh perhatian serius terkait kasus putusnya Jembatan Wai Ma adalah Aliansi Mahasiswa Pemuda Peduli Lembata (AMPPERA) Kupang.
Aliansi mahasiswa yang terdiri dari berbagai elemen dan OKP lokal kemahasiswaan di Kupang ini mendatangi Kejaksaan Tinggi NTT dan menuntut agar kasus Jembatan Wai Ma menjadi perhatian serius Kejaksaan Tinggi NTT.
Mereka bukan saja mendatangi Kejaksaan Tinggi Kupang tetapi juga mendatangi BPK RI Perwakilan NTT, 28 Nopember 2018.
Puluhan mahasiswa Lembata ini melakukan orasi dan membentangkan berbagai spanduk dan menyerahkan pernyataan sikap kepada pejabat di Kejaksaan Tinggi Kupang dan BPK Perwakilan NTT 28 Nopember 2018. AMPPERA Kupang menulis pernyataan sikap mereka sebagai berikut :
1.AMPPERA Kupang mendesak Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur agar membentuk Tim Investigasi atas kasus ambruknya Jembatan Waima.
2.AMPPERA Kupang meminta Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur selaku TP4D konsisten dalam pengawasan pembangunan daerah.
3.AMPPERA Kupang mendesak Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur memeriksa semua elemen terkait Jembatan Waima.
4.AMPPERA Kupang meminta Kejaksaan Tinggi dan BPK memeriksa dan mengaudit seluruh proses yang ada dalam kasus ini.
5.AMPPERA Kupang mendesak Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur mengusut berbagai kasus dugaan korupsi yang terjadi di Kabupaten Lembata.
6.Jika tuntutan AMPPERA tidak di indahkan dalam waktu 4x 24 jam maka AMPPERA akan terus melakukan aksi dengan jumlah masa yang lebih besar.
Diberitakan sebelumnya Pemerintah Provinsi NTT dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi NTT, belum mendapatkan laporan resmi dari Pemda Lembata soal kerusakan jembatan Wai Ma di Kabupaten Lembata. Sementara Kadis PU Lembata, Paskalis Tapobali mengakui telah memberikan laporan ke pemerintah provinsi NTT.
“Sampai sekarang juga belum ada laporan resmi dari Pemda Kabupaten Lembata soal kerusakan jembatan itu,” ungkap Kadis PUPR NTT, Ir. Andre W. Koreh MT, Selasa (27/11/2018) malam.
Andre menjelaskan, Jembatan Waima masuk ruas jalan provinsi Waijarang-Wulandoni, berdasarkan SK Gubernur NTT Nomor 256 Tahun 2017 Tentang Status Jalan Provinsi. Dan belum ada penanganan apa pun melalui APBD I Provinsi, kecuali biaya perencanaan yang direncanakan pada tahun 2019.
“Ruas ini baru masuk menjadi ruas jalan provinsi berdasarkan SK Gubernur NTT No 256/2017. Dan belum ada penanganan apa pun melalui APBD 1 Provinsi. Kecuali biaya perencanaan saja. Dan direncanakan pada tahun 2019,” jelas Andre.
Dia mengatakan, saat ini pemprov NTT belum memiliki dana emergency untuk mengatasi rusaknya jembatan Waima. Pasalnya, dana tanggap darurat hanya bisa digunakan apabila ada laporan bencana dari kepala daerah. Dan itu kerusakannya harus jelas akibat bencana, bukan kegagalan bangunan maupun konstruksi.
“Dananya bisa digunakan bila ada laporan bencana dari kepala daerah. Itu pun harus jelas kerusakan akibat bencana. Bukan akibat kegagalan bangunan maupun kegagalan konstruksi,” tegas Andre.
Katanya, proyek pengerjaan jembatan tersebut, menggunakan APBD 2 Kabupaten Lembata, bukan APBD 1 Provinsi. Sehingga kerusakannya kemungkinan besar ditangani dengan dana APBD 2 Lembata.
“Melihat papan nama proyek, maka jembatan ini dikerjakan oleh Pemda Lembata. Kami tidak pernah kerjakan. Jika sekarang mengalami kerusakan, kemungkinan besar ditangani dengan dana APBD 2 Lembata,” pungkas Andre.
Akibat kejadian ini arus transportasi dari dan ke Nubatukan dan Nagawutun putus total. ***
G-Takene