suluhnusa.com – Seorang siswa SMP Negeri 2 Satu Atap Waiwaru, Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Lembata merasa hidupnya tertekan karena malu.
Rasa malu yang dialami oleh siswa Kelas III Sekolah tersebut disebabkan, Guru yang mengasuh mata pelajaran bahasa Indonesia itu menghina siswa tersebut selama jam mata pelajaran. Penghinaan ini yang dilontarkan guru dalam kelas sepanjang jam mata pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
Fabianus Keko, 16 tahun terpaksa dilarikan ke UGD Rumah Sakit Umum Daerah Lewoleba, 31 Agustus 2017, karena meneguk obat cairan racun rumput gramoson. Ari demikian siswa SMP Negeri 2 satap Waiwaru ini, terpaksa meneguk racun karena merasa malu dihina oleh gurunya selama pelajaran bahasa indonesia berlangsung. Naifnya, tindakan penghinaan terhadap Ari dilakukan di dalam kelas dihadapan siswa/i lainnya.
“Sudah dua kali dia menghina saya. Pertama waktu saya bawah HP ke sekolah. Kejadian ini dilakukan juga di depan kelas dihadapan teman teman,” ungkap Ari, saat ditemui wartawan di RSUD Lewoleba, 1 September 2017.
31 Agustus 2017, guru bahasa Indonesia tersebut kembali melakukan penghinaan. Sasarannya tetap pada Ari. Dia mengeluarkan kalima hinaan yang sungguh membuat siswa kelas III SMP Satap Waiwaru tersebut merasa malu dihadapan siswa/i lainnya.
Dia mencap dan mengatakan bahwa Fabianus Keko memiliki orang tua tidak jelas. Bukan hanya itu, Guru tersebut mendiskreditkan kehidupan Fabianus Keko dengan menilai rumah milik Fabianus alias Ari seperti kandang babi.
“Dia bilang saya punya rumah seperti kandang babi. Lalu, saya keturunan atau anak dari orang tua tidak jelas. Makanan yang saya makan tidak sama dengan yang dia makan. Makanan saya seperti makanan babi. Dia hina saya di depan murid lainnya dalam kelas. Selama pelajaran bahasa Indonesia berlangsung,” ungkap Ari.
Bahkan saat pelajaran bahasa Indonesia pada hari naas tersebut, guru itu tidak menjelaskan tentang materi pelajaran tetapi sepanjang pelajaran materinya adalah ‘penghinaan terhadap Fabianus Keko’.
Akibatnya, saat jam pelajaran usai, Ari langsung pulang ke rumah dan mengambil obat cairan racun rumput dan meneguk sebanyak satu sloki. Merasa mula, kerongkongan kering dan langsung dilarikan ke UGD RSUD Lewoleba.
Beberapa siswi yang datang menjenguk Ari di RSUD Lewoleba, 1 September 2017, kepada wartawan mengaku, saat guru tersebut menghina Ari mereka semua menangis dalam kelas.
“Waktu ibu hina ari kami perempuan semua malu. Dan kami menangis dalam kelas. Tapi ibu tetap hina,” ungkap salah seorang siswi yang meminta namanya tidak ditulis.
Bahkan perlakukan kasar baik secara fisik maupun psikis sudah berulang kali dilakukan oleh ibu ini. Sebut saja misalnya, pernah beberapa anak di SMP tersebut dipukul menggunakan ekor pari pada betis hingga berdarah.
Tabiat kasar guru Bahasa Indonesia yang bernama Barbara Barek ini diakui oleh Kepala SMP Negeri 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan. Bahkan Bernadus sudah pernah menegur perlakukan kasar Barbara Barek itu terhada siswa/i tetapi tidak diindahkan oleh yang bersangkutan. Buktinya Ari salah satu siswanya dirawat rumah sakit karena dihina Barbara Barek. Padahal Ibu Ina, Demikian Guru Bahasa Indonesia iru kerap disapa, masih berstatus guru honor di sekolah tersebut. Menghina = membully.
[sandrowangak]