
Rindu padamu masih bening seperti telaga di hulu sungai
Sejuk menjamah di paruh,lembut mengais di rasa
Ada peluh menitik di kelopak mata
Ada keluh melumat bibir
Bisamu meracuni jiwa, hingga lupa melepas nafas
Pandangan melayang
kabur menatap bisumu
sulit kuraih jemarimu
Lelahku menitih di jalan pulang
Segenggam air kupercik di dada
segarkan sengal nafas perlahan memburu sadar
kusibak pengap suasana
Matiku masih bisa ku tunda
Saat sadar ada guliran air menebar
Basahkan bibir keluh dari takutmu tentang kehilangan permata hatimu
Kuaajak kita sama labuhkan mimpi indah
Namun gelisamu masih melawan kodrat
Kubiarkan kau berdiri lebih lama lagi
agar rasa mu tak lagi panik
Titip salam dari jendela hati
Tuk nyatakan kesetiaanmu yang tak pernah lelah
mengejar harapan di lilit luka
Hingga senyummu tak lagi menawan
Bait kisah itu tak lagi indah terbaca
Disorot percik noda kelabu
Katamu tak lagi menarik terdengar oleh lelah pikirmu tentang bagaimana hari esokmu nanti….
Dengan diam kulepas kesendirianmu
Ku pergi jauh tuk biarkan kau tenang
Tak kutinggalkan bekas bayang
Sampai waktu menjemput tuk pulang
Darah kita dari darah yang sama
Tapi takdir kita tak pernah sama
Jangan pernah ada sesal
Melepas pasrah tuk berjuang hidup
Mari raptkan tekat kita
Bangkit kembali dalam 1000 doa
Langit masih tetap di atas
Dan pijak kita masih di sini
di bumi
di tanah kita
Tanah penuh misteri
Tanah titipan leluhur
Jangan biarkan hembusan angin tetap merapat di uluh hatimu
Agar beku jiwamu segera pulih
Paduhkan ragamu
Rapatkan nafasmu
Tegarkan niatmu
Dan
pergilah jauh
Cari kehangatan tuk semayamkan lelahmu
Rajut kembali mimpimu di sana
Dan
Pulanglah bersama senja di kala purnama
Honihama-Adonara, Maret 2021
Imelda Lambertini Curman