Desa Wowong dan Sekolah Rawat Pangan Lokal

 

SULUH NUSA, LEMBATA –.Belakangan ini desa wowong menjadi bahan perbincangan publik khususnya Masyarakat kedang yang datang melepas penat di Pantai Nusantara wowong. Apakah kita pernah berpikir bahwa wowong menjadi desa pilihan pariwisata dan ekosistem laut yang masih terjaga sampai saat ini?, kenapa wowong begitu eksotis dan menarik semua mata pengunjung untuk datang mengenal lebih dekat Pantai Nusantara wowong.

Tentunya untuk mengenal lebih jauh dan lebih dekat potensi desa ini, kita perlu melakukan semacam riset atau temu kenali potensi persebaran pangan, potensi pariwisata dan apa saja yang ada di dalamnya. Hal ini sebagai satu jalan komitmen kami untuk mengarusutama pemajuan kebudayaan dan langkah strategis membangun kembali kedaulatan pangan lokal desa wowong.

Awal dari Gerakan ini, kami bersepakat bahwa saatnya kita harus memulai segala sesuatu yang menurut orang lain menjadi hal yang berbeda, kami Bersama Crew Lembaga Abdi Masyarakat Indonesia (LAM) berdiskusi Panjang sambil ngopi membahas apa saja cerita yang menarik terkait wowong yang nantinya akan kami lakukan riset potensi pangan dan ekowisatanya.

Hasil diskusi dan cerita itu kami bawa untuk bertemu dengan kepala desa, kemudian kami lanjutkan diskusi santai di rumahnya, ini adalah perjalanan cerita kami yang nantinya akan mengabadi di telinga banyak orang yang mendengar, di mata orang orang yang suatu ketika nanti akan datang di desa ini dan memanjakan matanya melihat dan melepas penat di tengah pekerjaan yang begitu banyak.

Riset awal kami ternyata menemukan banyak sekali informasi terkait dengan obyek pemajuan kebudayaan di desa tersebut, salah satu yang kami temukan adalah potensi persebaran pangan dan obyek wisata yang menjadi salah satu liding sektor pembangunan ekonomi masyarakat desa wowong.

Ternyata di tempat ini masih ada beberapa orang tua yang tidak hanya merawat dan melestarikan pangannya akan tetapi ada juga yang masih menjaga ritus ritus terkait dengan pangan, beberapa obyek yang bisa dijadikan bukti adalah ebang, ebang ini selain sebagai rumah untuk membicarakan persoalan adat, disisi lain juga sebagai tempat (lumbung) untuk menyimpan benih pangan mereka dan ada ritual ritual tertentu pada saat membuka lahan, menanam dan juga saat panen.

Sebagai pemerhati dan pemberdaya pangan lokal, kami mendukung sepenuhnya program Sekolah Rawat Pangan di Desa Wowong sebagai langkah strategis dalam mewujudkan kedaulatan pangan, pariwisata yang berbasiskan kearifan lokal dalam upaya perawatan pangan untuk melestarikan pangan lokal dan menjaga kearifan budaya untuk pengembangan potensi desa secara holistik.

Mengapa Desa Wowong?

Kami memilih Desa Wowong sebagai lokus kegiatan ini karena desa ini memiliki potensi luar biasa yang perlu diberdayakan dan dikenal luas. Desa Wowong adalah representasi dari kekayaan alam lokal yang khas, mulai dari hasil pangan tradisional, sumber daya hayati yang melimpah, hingga akses strategis ke ekosistem laut. Dengan mengintegrasikan aspek pertanian, kelautan, dan pariwisata, Desa Wowong dapat menjadi model desa mandiri yang berbasis pada kearifan lokal.

Potensi Desa Wowong
Pangan Lokal
Desa Wowong kaya akan keanekaragaman hayati dan tradisi agraris yang mendukung ketahanan pangan. Hasil tani dan laut yang melimpah memberikan peluang besar untuk menciptakan produk pangan lokal unggulan.

Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal
Keindahan alam Desa Wowong, mulai dari pantai hingga area pedesaannya, menawarkan peluang besar untuk pengembangan wisata edukasi dan ekowisata. Melalui program ini, kami ingin mendorong publik untuk melihat Wowong sebagai destinasi wisata berkelanjutan.

Ekosistem Laut
Sebagai desa dengan akses ke ekosistem laut, Wowong memiliki peluang untuk mengelola dan melestarikan sumber daya laut. Ini penting tidak hanya untuk mendukung ekonomi lokal, tetapi juga untuk memastikan keseimbangan ekologi.

Perspektif Kedaulatan Pangan
Program ini sejalan dengan upaya mewujudkan kedaulatan pangan, yang menempatkan masyarakat lokal sebagai aktor utama dalam mengelola sumber daya pangan mereka. Desa Wowong akan menjadi contoh bagaimana integrasi pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan sumber daya berbasis kearifan lokal dapat mendukung kemandirian pangan sekaligus keberlanjutan ekologi.

Kami percaya, Sekolah Rawat Pangan adalah jembatan yang memperkuat koneksi masyarakat dengan tanah, laut, dan tradisi mereka. Program ini tidak hanya bertujuan untuk menghidupkan kembali keanekaragaman hayati lokal, tetapi juga untuk menciptakan kesadaran global akan pentingnya pangan lokal dalam mendukung ekosistem yang lebih luas.

Mari bersama-sama menjadikan Desa Wowong sebagai pusat inovasi pangan lokal, wisata berkelanjutan, dan kedaulatan ekosistem. Dengan langkah kecil ini, kita menuju masa depan yang lebih lestari dan mandiri. Rawat pangan, rawat alam dan rawat budaya. +++

Midun Husein Ratuloli: Ketua LAM

Ramli Leuwayan: Aktivis LAM

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *