SULUH NUSA, LARANTUKA –
“Jangan Takut Mati. Mati ditembak lebih baik dari pada mati konyol. Yang kami pertahankan cuma satu. Negara Republik Indonesia”.
Kalimat Sakral yang dengan gagah berani digaungkan oleh Herman Yoseph Fernandez beberapa menit sebelum akhirnya ia ditembak mati oleh salah satu opsir Belanda.
Kesakralan kalimat itu juga keberaniannya melawan opsir Belanda ketika berusaha menyelamatkan sahabatnya La Sinrang adalah sebagai wujud cinta Tanah Air yang begitu besar sehingga ditembak mati demi untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Herman Yoseph Fernandez mati tidak sia sia.
Kemasan Teatrikal Perjuangan Herman Fernandez yang diperankan oleh komunitas pewARTa berhasil menyedot perhatian para penonton di Taman Kota Larantuka pada momentum Tos Kenegaraan.
Naskah Kemasan kisah Perjuangan Herman Fernandez ditulis oleh Silvester Petara Hurit dan dikembangkan oleh Sutradaranya Maria Natalia Ana Yusti.
Herman Yoseph Fernandez adalah salah satu Pahlawan yang tumbuh dari tanah Lamaholot. Tanah Flores.
Perjuangan-perjuangannya kala itu, ketika ia terlibat perlawanan dengan para Penjajah dibeberapa wilayah dan berakhir di Penjara Benteng Gobang, sepantasnya Ia di sematkan penghargaan sebagai Pahlawan Nasional.
Ikon di tengah kota Larantuka, berdiri kokoh patung Herman Yoseph Fernandez saat menolong Alex Rumambi merupakan wujud rasa Terima kasih Pemerintah Flores Timur kala itu kepada Herman Fernandez juga sebagai pengingat bagi Masyarakat Flores Timur bahwa ada satu Pahlawan dari tanah Lamaholot yang telah berjuang mati-matian bagi Negara Indonesia. Dan yang Masyarakat Flores Timur pahami saat melihat ikon itu adalah Herman Fernandez merupakan Pahlawan Nasional yang lahir dari tanah Flores Timur.
Grace Siahaan Njo, salah satu keluarga Herman Yoseph Fernandez yang dihubungi via telpon sangat mendukung ketika Kisah Herman Fernandez ini disosialisasikan kepada Masyarakat Flores Timur dengan cara yang sedikit berbeda, agar Masyarakat paham betul bagaimana perjuangan Herman Fernandez kala itu.
“Kami sebagai keluarga Herman Fernandez sangat mendukung Kisah Om Herman Yoseph Fernandez ini disosialisasikan ke Masyarakat Flores Timur dengan kemasan yang terlihat lebih nyata. Banyak Masyarakat Flores Timur terkhusus para kaum Muda tidak mengenal secara utuh siapa itu Herman Yoseph Fernandez. Kita berharap bahwa kisah perjuangannya dapat memotivasi, mendorong orang muda Flores Timur agar memiliki semangat yang sama dalam mempertahankan Negara Republik Indonesia dengan cara yang lebih modern”. Ungkapnya, 17 Agustus 2024.
Maria Natalia Ana Yusti, Marselina Ina Doken, Irra Da Costa Founder komunitas pewART mengaku sangat terharu dengan respon Masyarakat yang sungguh terlarut dalam suasana Teatrikal Perjuangan Herman Fernandez.
“Kami sangat terharu dengan respon masyarakat. Banyak masyarakat yang menyampaikan apresiasi secara langsung kepada anak-anak pemeran Teatrikal, juga kami sebagai pelatih. Dengan keterbatasan waktu latihan yang hanya lima kali latihan plus pengenalan panggung. Dengan drama kesibukan kami dan anak-anak dalam keterlibatan sebagai panitia tujuhbelasan ditingkat Kelurahan juga banyak anak yang sibuk terlibat dalam gerak jalan, karnaval, paduan suara di Misa Kenegaraan, pawai obor membuat kami mesti terpaksa mencuri-curi waktu disiang bolong. Di jam 12.00-14.30. Dan semangat mereka untuk tampil menyalurkan bakatnya yang membuat kami lebih semangat melatih”. Jelas Maria dalam rilis yang diterima suluhnusa.com, 18 Agustus 2024.+++*/sandro.wangak