SULUH NUSA, LEMBATA – KEJADIAN memalukan terjadi pada penutupan Festival Lamaholot tahun 2024 di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, 19 Oktober 2024.
Para pegiat UMKM yang terhimpun dalam komunitas Titik Kumpul “diusir” oleh Vendor saat festival belum berakhir dan para pengunjung masih ramai membeli produk mereka.
Amina, perempuan muda yang memiliki usaha minuman kekinian Boba dari Kabupaten Flores Timur terpaksa bersuara tinggi. Dia tidak menerima perlakuan dari vendor yang mengambil kursi di stand mereka lantaran pengunjung masih banyak.
Kejadian itu memang sangat memalukan, jauh dari adab Lamaholot yang menjunjung tinggi etika.
Amina, mengungkapkan, mereka menghadiri Festival Lamaholot di Kota Lewoleba lantaran diundang oleh Pemerintah Kabupaten Lembata melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Lembata.
Naifnya, saat vendor mengambil kursi seolah olah mengusir pegiat UMKM dari Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka yang tergabung dalam komunitas Titik Kumpul itu disaksikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lembata, Jack Wuwur.
Suasana festival Lamaholot di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, 19 Oktober 2024 di warnai kejadian perampasan kursi oleh orang yang mengaku sebagai vendor Festival yang digelar pantai Harnus, Kota Lewoleba.
Padahal, kursi tersebut sedang dipergunakan oleh peserta pameran dan pengunjung stand. Sontak saja, peserta pameran UMKM dari Kabupaten tetangga sangat kecewa. Mereka mempersalahkan panitia festival yang dinilai tidak siap sebagai penyelenggara.
Pasalnya, meski kegiatan pameran masih berlangsung dan pengunjung masih ramai mendatangi sejumlah stand pameran, tiba-tiba datang sekelompok orang yang mengaku sebagai vendor kemudian mengambil seluruh kursi yang sedang digunakan peserta pameran maupun pengunjung stand pameran.
Orang yang mengaku sebagai vendor dalam kegiatan festival Lamaholot itu mengaku akan mengemas seluruh perlengkapan yang disediakan. Padahal kegiatan pameran masih berlangsung.
Pace Flo, salah satu peserta UMKM Kopi asal kabupaten Flores Timur menyesalkan tindakan vendor yang dinilainya berlebihan. Bahkan peserta pameran itu menyayangkan staf Dinas Pariwisata Kabupaten Lembata yang tidak berdaya menghadapi vendor.
“Kenapa hanya pengunjung kami yang diambil kursinya, coba ambil kursi yamg sedang di pakai wisatawan mancanegara juga. Inikah yang di bilang sukses penyelenggaraan? Kalau panitia tidak siap jangan undang kami,” ujar salah seorang peserta Festival Lamaholot kesal.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Jack Wuwur saat dikonfirmasi wartawan belum mengonfirmasi mengapa vendor nekat merusak suasana festival dan pameran itu.
Pace Flo, pemilik UMKM Kopling asal Adonara Flores Timur, menyesalkan perlakuan ini. Dia bersama pegiat UMKM dari Kabupaten Sikka dan Flotim mengaku kecewa.
“Iya abang kami rombongan Titik Kumpul Flotim dan Sikka sudah dari semalam nginap di kapal. Kursi kami di.angkat, padahal kami masih banyak yg melayani tamu. Kami rencananya kan menginap di tenda sampai pagi baru geser. Semua kursi diangkat padahal saat itu masih banyak skali yg duduk ngopi dan istirahat! Lampu di buka juga le. Pengunjung masih banyak juga. Teman teman sempat protes dan minta untuk jangan diambil dulu tapi tetap tidak digubris, padahal abang tau tidak, di sebelah kami ada bule dan tamu disparbud yang duduk memakai kursi yang sama tetapi mereka tidak ambil kursinya, malahan disapa baik baik, hal itu yang membuat teman teman merasakan ada perlakuan yg berbeda dan memicu sedikit keributan dari kami semalam. Kami betul betul kecewa dengan kejadian ini abang dan abang tau tidak kalau saat itu ada pak Sekretaris Dinas Pariwisata juga ditenda tetapi seolah-olah tidak tau. Masa bodoh saja”, urai Flo kepada SuluhNusa.com, 20 Oktober 2024.+++sandro.wangak