Ternyata Benar, Pulau Surga Itu Ada di Mekko


suluhnusa.com – Rasa letih lantaran didera oleh padatnya kegiatan selama seminggu ini, perlahan berangsur sirna dari wajah dan raga kami, tatkala kapal ketinting yang memuat rombongan Agupena Flotim ini, tiba di Pulau Pasir Putih Mekko. Betapa tidak, embusan angin pantai yang menyeruak sejuk dari arah laut datang, seketika menampar-nampar lembut wajah kami. Di situ, kadang saya merasa sedang memerankan iklan kipas angin rilisan bukalapak.com.

Belum hilang kesejukan sepoi angin menerpa wajah, mata kami disuguhi pemandangan sebuah pulau pasir putih yang elok nan menawan tak terbilang. Pulau itu tidak terlalu luas memang. Lebarnya hanya kisaran tiga meter lebih. Sedang panjangnya barangkali enam sampai tujuh meter. Agak sedikit melengkung di bagian tengahnya. Puluhan camar beterbangan rendah melintas di atas pulau nan eksotis ini.

Namun, ada satu hal yang membuat pulau ini tampak sangat unik dibanding pulau-pulau lainnya. Yakni, benda yang ada di pulau ini cuma pasir putih. Sekali lagi, cuma pasir putih, Bro! Kerikil tak ada. Terumbu karang pula tak tampak. Apalagi pepohonan dan perumahan? Tak bertumbuh naik di tempat ini. Pokoknya, pulau pasir putih toh.

Pulau ini semakin menawan lantaran dikelilingi air laut yang begitu jernih. Saking jernihnya, terumbu karang, landak laut, serta tetumbuhan di dasar laut, yang mengitari pulau mini ini, dapat terlihat begitu jelas dan terang di mata. Sumpah, kemolekan pulau ini semacam surga maritim yang terapung di tengah ganasnya Selat Watowoko ini.

Sekujur kaki terasa begitu sejuk kala kami berlompatan dari kapal berukuran satu kali empat meter ini, ke dalam air laut yang mengelilingi pulau pasir putih ini. Ada semacam sensasi kesejukan kejut yang luar biasa mengalir ke seputar tubuh kami. Kendati ditengarai rintik-rintik gerimis, kami tetap berlari kecil menuju pulau pasir itu.



Saya sempat mempraktikkan beberapa gaya lompat dan koprol yang diajari guru SD saya dulu, sebagai wujud keriangan hati saat tiba di pulau ini. Ama Maksimus Masan Kian, Ketua Agupena Flotim, bahkan berlari ulang alik sekencang roket demi meluapkan kebahagiaannya. Ama Amber, Bang Ary, Bang Azam, Ade Emby, Ade Victor, Kae Saverinus, Ama Alfius juga setali tiga uang dengan Ama Maksi. Mereka berlari sekencang mungkin lalu seketika mencebur di air beriak yang tak dalam.

Dua teman utusan Agupena Wilayah Bangka Belitung, Bang Fauzian dan Bang Bismi, nampak cukup hati-hati berjalan. Maklum, baru pertama datang ke Flores dan menjejalkan kaki di pulau pasir ini. Sementara, kedua kameramen kami, Bang Rimo Segara dan Ama Oktavianus lebih memilih menikmati pemandangan ini dengan mata kamera mereka, sekaligus mengabadikan setiap momen kami. Ayahanda Jamil Bahi lebih memilih mandi menjauh dari kami dan berenang-renang di sekitar kapal ketinting tumpangan kami tadi.

Kedatangan kami ke Pulau Pasir Mekko, di Kecamatan Witihama ini merupakan tujuan dari Tour Literasi Agupena Flotim usai mengadakan aneka workshop dan lomba serta puncak peringatan Hari Lahir ke-12 Agupena Tingkat Nasional di Larantuka, selama sepekan ini. Sebelum tiba di pulau ini, kami bertolak dari Larantuka kisaran jam 11 siang melalui Pelabuhan Asam Baku Tindis (Tobilota).

Melewati jalan dari Koli menggunakan sepeda motor, kami singgah di rumah Bang Rimo Segara di Oringbele sekitar pukul 1, untuk santap siang. Selesai sarapan, kami bertolak dari sana menuju Dusun Mekko. Di pantai inilah, kami menyewa kapal ketinting untuk berlayar menuju pulau pasir. Sebelum ke Pulau Pasir, kami singgah sebentar di pulau kecil Nuha Watanpeni, di sebelah Pulau Pasir Mekko ini.

Alhasil, kami pun mandi dengan sepuas-puasnya. Kadang berenang-renang di tepi. Kadang pula menyelam. Sesekali kami berjalan ke darat lalu melompat dari darat dan mencebur badan ke laut. Tampak, aura suka cita begitu nampak menghiasi wajah kami.

Sebagian besar kami memilih mandi di sekitar pulau yang jaraknya hanya satu dua meter ke tengah. Tapi, Bang Ary lebih memilih mandi agak menjauh ke tengah sekira empat lima meter, yang juga masih dangkal. Ada alasan tersendiri beliau mandi agak menjauh dari kami. Supaya, beliau bebas mengibas-kibaskan celana dan bajunya ke udara. Gaya beliau ini seperti orang yang sedang menonton dangdutan. Apapun lagunya, gaya jogetnya tetap mengibas-kibaskan baju di udara sembari berceracau-ceracau yang tidak jelas.

“Sophia, air matamu, ngalir dalam dompet dan celana dalamku. Semakin seliwer, semakin nikmat!” begitu teriak Bang Ary mendeklamasikan puisi karya saya, dari tengah laut menghadap ke arah kami. Kami hanya bisa mengapresiasinya dengan tawa yang sesungguhnya kurang ikhlas dan sesekali menggoyang-goyangkan badan pertanda senang, sekadar agar membuat dirinya merasa bahagia. Sesungguhnya, kami orang yang baik hati. Menipu demi membahagiakan orang lain, mengapa tidak?

Kami sempat berpose beberapa kali dengan pakaian seadanya, ala turlok (Turis Lokal) yang mandi di laut sendiri. Kami juga sempat merekam dua video di tempat ini. Video ucapan Harlah ke-12 Agupena oleh kami semua dan video ucapan terima kasih kepada Bupati Flores Timur, Antonius Hubertus Gege Hadjon dan Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, yang telah mendukung penuh kegiatan Agupena Flotim selama ini, dari Ketua Agupena Flotim, Maksimus Masan Kian.

Sudah sejam lebih kami berada di tempat ini. Kami pun masih ingin mandi. Rasanya tidak ingin berhenti tubuh ini mandi di sini. Akan tetapi, senja yang kian memerah di ufuk baratlah yang memaksa kami agar sesegera pergi meninggalkan surga ini. Langit yang sebelumnya berawan mendung, perlahan memudar diganti senja yang kian memerah.

Ada seleret kecewa yang mendera batin saya. Sebab, saya masih ingin berlama-lama menikmati sejuknya air laut di sini sembari memandang bebukitan Bani, Pulau Kelelawar, dan Pulau Nuha Watan Peni di depan mata. Tapi, atas nama kebersamaan, saya harus rela menggelar selembar tikar kecewa dalam lapang hati ini. Sumpah, kenangan ini begitu cepat berlalu.


Pion Ratulloly

Pengurus Agupena Flotim

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *