suluhnusa.com_Menjadi pelabuhan alternative dari Larantuka-Adonara, sudah rusak parah.
Pelabuhan Tanah Merah di Desa Wureh Kecamatan Adonara Barat Kabupaten Flores Timur, sebagai jalur penyebrangan alternatif dari pulau Adonara ke Larantuka dan sebaliknya dari Kota Larantuka menuju ke Pulau Adonara, rusak parah dan sudah tidak layak lagi digunakan sebagai tambatan Perahu untuk naik dan turunnya penumpang.
Badan pelabuhan ini rusak berat. Kapal – kapal Motor ‘ketinting’ (sebutan untuk Perahu yang berukuran Kecil bagi masyarakat setempat) yang biasannya sandar di pelabuhan ini terpaksa harus memanfaatkan pesisir pantai di samping badan pelabuhan sebagai tempat sandarnya kapal untuk menurunkan penumpang.
setiap hari dari pagi hingga malam, pelabuhan ini dimanfaatkan sebagai tempat labuh kapal untuk naiknnya penumpang dari Pulau Adonara yang berurusan ke Larantuka juga sebaliknya dari Pelabuhan Pante Palo di Larantuka menuju Ke Pulau Adonara.
Pemanfaatan Pelabuhan ini, bukan hanya untuk naik turunya penumpang, tetapi juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk menaikan bahan –bahan Komoditi dari Pulau Adonara untuk dijual di Larantuka, Maumere, juga ke luar daerah seperti di Kota Kupang, Makasar, dan Surabaya.
Beberapa Nahkoda kapal motor ketinting yang ditemui oleh suluhnusa.com di Pelabuhan Tanah Merah pada Jumad 11 Juli 2014 mengaku pasrah dengan melihat kondisi pelabuhan yang ada.
Menurut mereka, Pelabuhan Tanah merah mulai rusak sejak Bulan Februari 2014. Awalnnya rusak hanya sedikit pada Badan Pelabuhan tepatnya di bagian depan pelabuhan.
Namun karena tidak ada perbaikan, maka saat hempasan ombak, Pelabuhan inipun semakin hari semakin parah hingga hari ini sudah tidak bisa lagi digunakan.
“Kami hanya bisa memanfaatkan bagian samping pelabuhan untuk menambatkan perahu Motor kami,” ungkapnya
Salah satu Nahkoda Kapal Motor Ketinting yang tidak mau menyebut namanya, saat dikonfirmasi akan kondisi ini mengaku pasrah, karena menurutnya, urusan perbaikan pelabuhan atau Infrastruktur lainnya yang merupakan aset daerah adalah menjadi urusan Pemerintah.
“Kami pasrah saja dengan kondisi ini pa, kami pemilik kapal yang melayani penumpang untuk penyebrangan jalur ini tidak mungkin mampu mengumpulkan uang untuk perbaikan ini pelabuhan. Kami hanya berharap semoga ada uluran tangan dari pemerintah untuk perbaikan pelabuhan ini, sehingga bisa menjamin kenyamanan warga yang memanfaatkan pelabuhan ini,” ungkapnnya.
Ia kembali menegaskan bahwa, dirinya dan teman teman lain yang memiliki kapal motor, pada setiap bulannyapun dikenakan pajak.
“Kami pada setiap bulan juga dikenakan pajak pa, jadi tolong kalau bisa dilakukan perbaikan terhadap rusaknnya pelabuhan ini”, tandasnya. (maksimus masan kian)