suluhnusa.com – Lembata, memiliki keunikan sendiri yang tidak dimiliki oleh wilayah lain di Indonesia. Salah satunya adalah Gunung Api.
Memiliki beberapa gunung api yang sampai dengan saat ini masih aktif. Sebut saja misalnya, Gunung Ile Ape atau lebih dikenal dengan Gunug Ile Lewotolok dibagian Utara Lembata.
Gunung Batu Tara yang mengapung ditengah laut juga merupakan gunung api aktif yang meletus setiap 20 menit secara terus menerus.
Dan juga Gunung Api Ile Werung Kecamatan Atadei, Bagian Selatan Lembata. Pemandangan ketiga gunung api ini sangat indah. Masih alami. Surga bagi para petualang.
Lalu karena seperti surga, Pemerintah Lembata pun mempromosikan ketiga Gunung Api unik ini melalui Festival Tiga Gunung. Ibarat Surga Diatas Tungku Neraka. Pemerintah Lembata gencar mempromosikan menjadi keunggulan Destinasi Wisata di Lembata.
Festival 3 Gunung ini digadang gadang menjadi ikon Pariwisata Lembata. Untuk kepentingan ini Pemerintah Lembata melalui Dinas Pariwisata bertekad menyukseskan kegiatan ini yang rencanakan akan di laksanakan sejak 22-29 September 2018 dengan lokasi perayaan puncak di Bukit Cinta, Waijarang.
Sayangnya pantauan media ini, ada beberapa fakta menarik yang terjadi di Kota Lewoleba beberapa hari menjelang Festival 3 Gunung ini digelar. Fakta menarik yang menggambarkan wajah kota Lewoleba sebagai ibukota Kabupaten Lembata.
1. Lewoleba Kota Gelap
Festival 3 Gunung yang dalam jadwal akan digelar dua hari lagi, 22 s/d 29 September 2018 menyimpan beberapa persoalan miris. Sejak beberapa hari belakangan, Kota Lewoleba menjadi kota gelap.
PLN (Persero) sebagai perusahaan yang memasok kebutuhan penerangan listrik di Lembata termasuk Kota Lewoleba, diduga mengalami gangguan mesin dan butuh perbaikan. Sebab, baik siang hari maupun malam hari Listrik senantias padam. Dan Lewoleba menjadi Kota Gelap. Pemadaman listrik ini, dilakukan oleh PLN tanpa ada pemberitahauan atau pengumuman kepada publik sebagai konsumen. Bahkan rumah Jabatan Wakil Bupati Lembata, juga gelap gulita.
Sebut saja, 15 – 17 September 2018, Jalur Lamahora yang melayani Kepala PLN Ranting Lewoleba, Darius Uren Saban, ketika hendak dikonfirmasi suluhnusa.com terkait persoalan ini mengaku sedang sibuk dan tidak bisa menjawab pertanyaan wartawan.
“Maaf adik, saya sedang sibuk. Lagi banyak kegiatan,” ungkap Darius melalui pesan Whats App, 18 September 2018.
2. Lewoleba Kota Kotor
Fakta kedua tentang wajah Kota Lewoleba menjelang Festival 3 Gunung adalah kotor. Ini bukan sekedar kesan tetapi sebuah fakta. Saluran air dalam Kota Lewoleba, disekitaran Taman Kota, pasar lama dan saluran air dari Wangatoa menuju ke Kota Baru, sampah plastik dan rumah tangga menumpuk.
Bahkan Taman Kota yang terletak dipusat Kota pun semrawut tidak terurus. Soal sampah ini, bukan hanya terlihat dalam kota tetapi juga di Pantai Waijarang.
Agar terkesan bersih, semua Pegawai Negeri Sipil di Kota Lewoleba, dikerahkan untuk kerja bakti membersihkan kota, memungut sampah dalam kota dan dipantai Waijarang. Beberapa Kepala Dinas yang dikonfirmasi media ini membenarkan kerja bakti ini.
“Kami sedang kerja bakti bersihkan pantai waijarang ama,” ungkap salah seorang Kepala Dinas yang meminta namanya tidak ditulis.
Oleh karena, semua PNS dikerahkan untuk kerja bakti saat jam kantor,akibatnya pelayanan publik di hampir semua kantor dinas lumpuh. Kantor Bupati sepih semua ruangan lengang. Bahkan ada beberapa bagian tidak ada pegawai sama sekali. Kantor Dinas Pendidikan, Sekretariat DPRD Lembata, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan BKD, Badan Penanaman Modal bahkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil pun hanya beberapa pegawai yang melakukan pelayanan kepada masyarakat.
3. Lewoleba Kota Jalan Berlubang
Fakta ketiga soal jalan. Fakta Ruas jalan dalam Kota Lewoleba sebagian besar rusak dan berlubang. Ruas jalan jalur tengah sepanjang Pertigaan Wangatoa menuju ke Perempatan Olimpic Baru rusak dan berlubang.
Padahal jalur itu merupakan jalur alternatif, ketika ruas jalan Trans Lembata padat karena arus lalulintas pengunjung Fesitval 3 Gunung dari Lewoleba menuju Bukti Cinta dan sebaliknya.
Selain itu, ruas jalan menuju Ile Ape, sebagai salah satu destinasi wisata, Festival 3Gunung bukan saja berlubang tetapi berdebu.
Ruas ini akan diakses pengunjung Festival 3 Gunung pada tanggal 26 September 2018, dengan kegiatan trecking Ile Lewotolok melalui jalur Pendakian Desa Waowala.
4. Lewoleba Kota Antrian Bensin
Fakta keempat adalah antrian Bahan Bakar Minyak. Antrian BBM di SPBU Lamahora seperti menjadi sebuah momok Kabupaten ini. Sebab, jauh sebelum Festval 3 Gunung dilaksanakan antrian panjang BBM sudah terjadi. Pemerintah Kabupaten Lembata bersama Polres Lembata pun melakukan Rekayasa pengisian BBM dengan metode genap ganjil. Metode pengisian BBM genap ganjil ini ternyata tidak berdampak positip.
Pasalnya, sampai dengan saat ini antrian kendaraan masih terlihat panjang menjelang Festival 3 Gunung di Lembata.
5. Lewoleba Kota Api
Lembata dapat disebut Kabupaten Api. Kabupaten yang setiap tahun pada musim kemarau terjadi kebakaran lahan dan hutan. Ini menjadi sebuah kebiasaan. Sebuah fakta. Bahkan perilaku ini sudah pantas disebut sebagai budaya. Bahkan tahun 2018, satu minggu menjelang Festival
3Gunung, terjadi kebakaran di Kota Lewoleba, persis digugusan Bukit Cinta dan Bukit Susu yang menjadi tempat perayaan puncak Festival 3Gunung. Kawasan gunung Ile ape pun dilanda kebakaran.
Salah seorang pungunjung Festival 3Gunung dari Jakarta, Fransiska Wuring yang ditemui suluhnusa.com di Lewoleba, 19 September 2018, mengaku biasa biasa ketika disinggung terkait gaung Festval 3 Gunung di Lembata.
“Saya ke Lembata karena ingin ikut Festival ini. Gaung terlalu wow, dari pemberitaan media. Tapi ketika tiba di Lembata terkesan bias saja,” ungkapnya. Disinggung apakah dirinya menyesal datang ke Lembata, Fransiska mengaku tidak.
sandro wangak