suluhnusa.com – Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas dengan potensi sumber daya kelautan yang melimpah sehingga perlu dikelola secara optimal dan berkelanjutan. Pengelolaan itu dilakukan dalam rangka mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia serta dalam upaya memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Hal itulah yang menjadi Pertimbangan pemerintah dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No.16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia sebagai pedoman umum kebijakan kelautan. Langkah pelaksanaannya kebijakan itu bisa melalui program dan kegiatan di semua stakeholder termasuk Organisasi Sosial Kemasyarakatan (Ormas) dalam rangka percepatan implementasi Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia.
Tim DPC Geomaritim Kab.Flores Timur beraudience dengan Pemda Flotim dalam hal ini Wakil Bupati, Agustinus Payong Boli, S.H. Organisasi Geomaritim harus ada di Flores Timur sebagai mitra Pemerintah dalam pembangunan khususnya di bidang kemaritiman karena pemerintah bukan agen tunggal pembangunan, masih ada MGO civil sociality, swasta dan elemen lainnya.
Penting ketahui bahwa, Kabupaten Flores Timur adalah Kabupaten kepulauan yang di sela oleh perairan, karena itu laut menjadi masa depan Flores Timur ketika di darat tidak lagi menjanjikan kesejahteraan yang mumpuni.
Bicara laut dan hasilnya tidak hanya bicara tentang nelayan tetapi bicara laut, kita bicara kehidupan manusia karena sumber protein, gizi untuk mempertahankan hidup justrul ada di laut melalui ikan dan lain-lain. Bicara maritim(laut) di Flores Timur berbeda dengan wilayah lain di indonesia bahkan di dunia karena orang Lamaholot (Flores Timur) melihat laut itu dalam konteks budaya yang sangat sakral.
Misalny, Kalau ada ikan besar terdampar di darat, para tetua adat mengangkatnya melalui seremonial adat dan meletakannya dalam Korke( Rumah Adat), misalnya pada ritual “bote Ikan Gere Lewo” karena secara lamaholot laut adalah sumber kesejahteraan.
Hal lain, jika terjadi bencana di darat (bencana alam, hama tikus,dll) orang melepasnya ke laut melalui seremonial adat karena orang lamaholot menyakini laut bisa menghanyutkan segala sesuatu yang jahat, membersihkan yang kotor dan menjadi perentara yang baik untuk menghantar bencana – bencana agar jauh dari wilayah kita, misalnya pada ritual “dopen krome” di Adonara.
Karena itu bicara laut dan pemeliharaannya itu bagian dari upaya menghormati budaya leluhur lamaholot dalam wujud kepercayaan tertinggi “Ama Tuan Rera Wulan, Ina Guna Tanah Ekan”( Nobo Lemha versi Pancasila Lamaholot oleh Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, S.H).
Alkisah, di Pantai Kateki, Tanjung Bunga, Flores Timur pada pada halusnya pasir denga keheningan, di situlah sang naga berkepala tujuh tinggal.
Sang naga Kothom Pito adalah legenda dalam cerita rakyat di Tanjung Bunga. Tempat tinggalnya berupa gua panjang disebut Tanabela. Saban awal tahun, ketika angin muson barat tiba, naga keluar dari sarangnya. Dia memuntahkan rezeki untuk mereka yang mencari sumber penghidupan di laut.
Sang naga berkepala tujuh, naga kotom pito, menjadi mitos yang dituturkan dari mulut ke mulut dan melekat dalam tradisi setempat. Suku Lamaholot di Tanjung Bunga tak memiliki tradisi tulisan. Aneka cerita tentang leluhur dituturkan secara lisan dan diwariskan secara turun-temurun.
Oleh Karena kepercayaan tertinggi orang Lamaholot adalah Lera Wulan Tanah Ekan, yang berarti Tuhan Matahari, Bulan, dan Bumi. Lera Wulan diyakini sebagai penguasa langit dan Tanah Ekan merupakan sosok yang berkuasa atas bumi. Lera Wulan Tanah Ekan merupakan orang tua yang menciptakan mereka. Karena itulah mereka memegang teguh prinsip Lera Wulan Tanah Ekan no-on matan, yang berarti Tuhan mempunyai mata untuk melihat dan akan bertindak adil. Dan semua yang ada di dunia juga bakal kembali kepada sang pencipta. Ketika ada kematian, maka akan ada doa dalam bahasa Lamaholot , “Lera Wulan Tanah Ekan guti na-en“, atau Tuhan mengambil pulang milik-Nya
Artinya kita harus memelihara laut sama dengan memuliakan Tuhan dan terima kasih pada Ibu Bumi. Karena itu tema Festival Nasional Bahari – Geomaritim tahun 2018 adalah Selamatkan Ibu Bumi Laut dengan Penanaman kembali Trumbu Karang, kabupaten Flores Timur sebagai tuan rumah. Geomaritim di Flores Timur hendaknya menjadi organisasi terbuka untuk semua pihak yang peduli maritim dan kesejahteraan Flores Timur. Geomaritim juga sebagai mitra pemerintah bisa menjembatani kebutuhan rakyat Flores Timur dengan pihak kementrian di pusat seperti kebutuhan kapal pemantau perairan agar tidak terjadi lagi pemboman ikan.
Pemda Flores Timur mendukung geomaritim ini, sekalipun tahun ini belum ada dananya karena memang tidak terencana sejak penetapan APBD. Tetapi pemerintah akan mendukung selanjutnya, nanti akan disampaikan kepada bupati Flores Timur, kata Wakil bupati flores timur, karena ini mendukung misi selamatkan laut.
Selamatkan Bumi Laut dengan Trumbu Karang – Menuju festival Geomaritim Nasional 2018.
***
valentinus balak waton