suluhnusa.com – Di Tomohon Sulawesi, ada Danau Linow yang airnya berubah warna dari hijau Toska, Biru dan Coklat Susu. Di Lampung, ada Danau Ulu Belu yang berwarna Hijau Toska pula. Waibelen, di Ujung Timur, Flores Timur tak kalah indahnya dengan Danau Linow dan Ulu Belu.
Danau Waibelen atau sering dikenal dengan Danau Asmara saat ini telah berubah wajah. Danau yang berwarna Hijau Toska ini sungguh eksotik membuat pengunjung betah berlama lama di sana. Danau Waibelen dan menjadi satu satu danau di Dunia yang berwarna hijau toska
Danau yang berlokasi di Riangpuho, Desa Waibao, Kecamatan Tanjung Bunga di tahun 2017 ini, melalui kreasi Anak Muda Riangpuho, telah menyiapkan beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Salah satunya adalah ‘Rumah Pohon”
“Rumah Pohon” adalah rumah yang dibuat di atas pohon, dan dapat digunakan wisatawan untuk berfoto, selfi, dan atau menikmati secara utuh keindahan Danau Waibelen di atas ketinggian.
Terdapat dua “Rumah Pohon” dari sisi yang berbeda. Satu di bagian timur dan yang lain di bagian utara. “Rumah Pohon” di bagian timur dibuat sejak Bulan Februari 2017 oleh Jemmy Paun, Pengurus Agupena Flores Timur yang mengajar di SMPN Satu Atap Riangpuho, Orang Muda Desa Waibao. Pohon yang digunakan untuk membuat rumah ini adalah Pohon Asam.
Pada bagian atas dibuatkan atap seperti rumah, dan disiapkan bale – bale. Untuk bisa sampai di atas, wisatwan menaiki tangga yang diikat pada pohon tersebut. Tingginya, kurang lebih 20 meter.
Sejak dibangun, tempat ini ramai dikunjungi wisatawan. Awalnya tidak ada tarif menggunakan jasa “Rumah Pohon” namun saat ini untuk membiayai jasa penjaga dan perawatan, setiap wisatawan dikenakan biaya Rp.5.000. Di sekitar tempat ini, dimanfaatkan warga untuk menjual makanan ringan dan juga kerajinan – kerajinan desa setempat.
Terinspirasi dari ‘Rumah Pohon” yang dibangun pertama ini, Karolus Suban Koten bersama pemuda lain di Riangpuho Desa Waibao merancang “Rumah Pohon’ kedua yang lebih unik, lebih tinggi dan lebih menarik. Rumah pohon yang kedua ini dibangun persis di sisi kiri pintu masuk menuju ke danua Waibelen.
Karolus, pemuda Riangpuho yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD) ini mampu berpikir kreatif dan mendesain “Rumah Pohon” dengan tiga tingkat. “Rumah Pohon” ini dibangun di atas Pohon Reo yang sudah dipangkas beberapa dahan dan ranting kemudian disambungkan antara satu dahan dengan dahan yang lainnya menggunakan kayu dan papan.
Dari permukaan tanah kita akan menaiki sebuah tangga untuk tiba di tingkat pertama. Dari tangga pertama, pengunjung dapat melalui tangga berikutnya untuk sampai di tingkat kedua dan selanjutnya ke tingkat ketiga.
Di tingkat pertama, Danau Waibelen sudah nampak. Pemandangan semakin jelas saat pengunjung berada di tingkat kedua dan tingkat ketiga.
Menurut Karolus penjaga tempat ini, yang paling ramai dijadikan tempat untuk foto dan selfi adalah tingkat ketiga. Di tingkat ketiga, pemadangan Danau Waibelen terlihat jelas tanpa ada halangan sedikitpun.
Di tempat ini hampir setiap hari warga berkunjung. Bukan saja wisatawan lokal, wisatawan manca negara juga mulai ramai menggunaka jasa “Rumah Pohon” ini.
Karolus Suban Koten, ditemui di Danau Waibelen, Minggu (27/8/17) mengaku senang karena karya sederhana yang dibuat secara swadaya bersama orang muda Desa Waibao mendapat penerimaan yang bagus dari warga Flores Timur pada khususnya dan warga di luar Flores Timur pada umumnya.
“Ini karya kami anak kampung yang tidak sekolah. Karya kami masih jauh dari sempurna. Semoga dengan tampilan sederhana ini, dari hari ke hari bermanfaat dan memberikan daya pikat dan daya hibur sendiri bagi siapa saja yang berkunjung ke tempat ini,’tutur Karolus.
Karolus mengatakan, bagi wisatawan yang menggunakan jasa di “Rumah Pohon” Danau Waibelen, sangat murah meriah.
“Menggunakan jasa di Danau Waibelen ini serba Rp.5.000. Jasa parkir Rp. 5.000/sepeda motor/ mobil, dan memanfaatkan rumah pohon dikenakan tarif Rp. 5.000. Namun kadang, kami tidak memaksa warga jika tidak membawa uang, cukup sumbangan sukarela. Setiap hari kamiu buka. Kadang samapi malam. Jumlah pengunjung yang paling banyak biasanya pada hari libur seperti hari libur keagamaan dan pada saat hari Minggu. Keuntungan yang kami peroleh tidak tetap namun yang pasti perhari berkisar antara Rp. 50.000- Rp. 100.000,’kata Karolus.
Karya anak – anak kampung secara swadaya patut mendapat apresiasi. Apalagi hasil karya mereka memberi manfaat dalam mempromosikan objek wisata di daerah.
[maksimus masan kian]