suluhnusa.com_Semangat Komunitas Wisata Menulis (KWM) Kabupaten Flores Timur untuk mendatangi obyek –obyek wisata di Flotim semakin tersulut, setelah berhasil membuka tabir keindahan air terjun di Wai Muwu Kecamatan Lewolema pekan kemarin.
Kali ini memilih hari yang sama, setiap Sabtu dalam minggu. Tak sekedar refresing doang, namun pergi untuk melihat dan menyaksikan, kemudian menyuguhkan dalam tulisan publikasi untuk mengambarkan keindahan obyek wisata dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kampung ke kampung yang lain.
Hari itu, 16 Mei 2015. Kami menyisir pantai selatan kecamatan Ile Bura hingga melingkar masuk ke kecamatan Wulanggitang Boru. Star dari kota Larantuka kurang lebih Pkl. 10.00 Wita. Melewati Jalan utama jalur jalan negara yang menghubungkan Kabupaten Flores Timur dan Sikka. Hotmiks sepajang jalan membuat kami meluncur mulus.
Tak butuh waktu lama, keindahan alam Flores Timur sudah bisa dinikmati sepanjang perjalanan di jalan utama. Saat beristirahat pertama kali setelah kurang lebih 45 menit dari kota Larantuka, tepatnya setelah kampung Eputobi Desa Lewoingu, mata kita sudah dimanjakan dengan pemandangan pulau Konga di tengah lautan, dipandang dari ketinggian pada sisi kiri jalan utama.
Satu Jam berjalan, kami berbelok ke arah kiri, jalannya sedikit menurun. Tempat ini dikenal dengan Nobo. Letaknya kurang lebih 12 KM sebelum masuk ke Boru. Jalan ini, tak lagi hotmiks. Aspal nampak kasar, jalan berlubang ditengah dan disisi kiri, kanan badan jalan. Gelombang darat akibat aspal yang tak rata, mengiringi perjalanan kami.
Tak jauh dari cabang, kami terhenti disebuah pantai yang oleh warga setempat mengenalnya dengan pantai Nurabelen. Di pantai ini, teman – teman tak menyia- nyiakan waktu untuk berfoto dengan latar hamparan air laut yang biru dan nampak diseberang, berdiri juluran pulau Solor bagian barat.
Nurabelen memiliki pantai yang sangat luas saat air surut. Walau tidak berpasir putih, pantai ini sangat bersih dan masih alami. Banyak warga pada setiap hari minggu memanfaatkan tempat ini untuk refresing dan melepaskan kepenatan. Tempat ini selain memiliki pantai yang luas, juga cocok untuk berendam dan bermain diair laut, karena hempasan gelombangnya tidak besar.
Di pesisir pantai, ditumbuhi kelapa dan beberapa pohon lain yang rindang menambah keindahan tempat ini. Lima belas menit kami berada di tempat ini. Ingin berlama – lama, namun mengingat perjalanan masih jauh dan masih banyak keindahan alam lainnya, di depan kami, perjalanan harus dilanjutkan. Laju sepeda motor dijalan berlubang semakin kencang.
Tibalah kami di Lewotobi, Desa Birawan yang merupakan pusat kecamatan dari Kecamatan Ile Bura. Tak jauh dari Lewotobi, kami masuk ke kampung Lewouran. Di tempat ini, ada warga yang berhati baik, memberikan kami tumpangan untuk beristirahat, dan menyuguhi kami air putih dan kopi. Kami juga dihidangi kacang tanah yang digoreng tanpa minyak pada kuali tanah dimana saat matang, terasa sangat gurih.
“Hidangan kacang tanah ini, sangat cocok dengan jagung titi yang ada di jok motor sana, bisa diambil jagung titinya ade Engki”, kata Wento Eliando yang menjadi ketua Tim perjalanan kami. Siang itu, di rumah itu, kami kenyang dengan Kopi, Jagung titi, dan Kacang tanah.
Perjalanan harus dilanjutkan. Pkl 13.00 Wita kami beranjak dari Lewouran. Tak jauh dari kampung ini, dari atas ketinggian, kita dapat melihat ujung dari Pulau Solor, dan hamparan laut lepas yang merupakan rute Feri dalam perjalanan Larantuka – Kupang. Nampak oleh kita ada empat pulau kecil berdekatan dengan ukuran yang berbeda.
Ada Pulau Kambing dengan ukuran pulau yang lebih besar, disekitar pulau kambing terdapat sebuah pulau kecil yang disebut pulau kecil, di belakang pulau Kambing terdapat Pulau yang bernama Pulau Besar dan pada jarak yang lebih jauh, berdekatan dengan Pulau Solor terdapat Pulau Sewangi.
Lelah tak terasa, keringat yang membasahi dahi, hingga menetes di tubuh ini tak menyurutkan langkah untuk terus memaju sepeda motor mengapai yang indah pada pesisir pantai Selatan Ile Bura menuju Wulanggitang. Bunyi desiran ombak terdengar dikejauhan semakin dekat terdengar semakin jelas. jalananan yang tadinya lebih rata, kali ini harus menurun, sesekali mendaki, dan sedikit berkelok.
Kami harus terhenti di depan SD Katolik Lewo Awang. Rayuan gelombang yang menghantam bebatuan dipesisir pantai, membuat penasaran hati ini dan ingin melihat dari dekat. Benar- benar amazing, hempasan ombak dibebatuan, menghasilkan busa putih dengan sekian bentuk dan ukiran bertingkat- tingkat, menciptakan keindahan dibibir pantai itu.
Sementara itu, dari selah – selah kelapa, anak – anak umuran SD sementara asyik bermain layang – layang di pantai itu. Menyapa mereka, dibalas dengan senyuman tersipu gambaran anak – anak kampung. Sungguh khas menyadang predikat sebagai pantai selatan yang menerima hempasan ombak dari lautan lepas. Sore itu, kami sangat menikmati. Dari banyak sisi, dengan kamera yang kami miliki, jepretan demi jepretan kami abadikan sisi – sisi indah dari pantai ini. Meninggalkan tempat ini dengan berat hati, sebab keindahan itu semakin menyata saat air laut itu perlahan mulai surut dan memunculkan deretan pesisir pantai dengan pasir yang bersih dan mengkilat jarang ditemukan ditempat lain selain tempat ini.
Tenaga masih tersisa, kampung demi kampung dipesisir pantai selatan, dengan keindahannya kami susuri. Setelah Lewoawang, melewati Bornilam, Riangbaring, Watobuku, Tabana, Balawatang, hingga akhirnya masuk ke Boru pusat kecamatan Wulanggitang.
Di Boru kami sudah ditunggu oleh keluarganya Hans Wain salah satu anggota KWM. Di tempat ini, Kami disuguhi pisang yang baru saja dipetik masak dari pohonnya. Boru memang terkenal dengan buah- buahan. Jika masuk diwilayah ini pada musim yang tepat maka, kita akan dihidangkan sekian macam buah- buahan, seperti rambutan, advokad, anggur, Salak, dan lain- lain.
Bersama dengan mentari tenggelam di ufuk barat, dalam laju motor pelan, kami melewati jalan utama kembali menuju ke Kota Larantuka. Kami baru tiba di Larantuka pada Pkl. 20.00 Wita. Sungguh sebuah petualangan yang mengukir kenangan indah dalam lembaran sejarah petualangan. Nantikan kami di kampung, desa dan dusun kecilmu. (Maksimus Masan Kian)
2 foto pertama adalah Pantai lewoawan. Bukan Pantai nurabelen.