suluhnusa.com – Kendati Bupati Lembata, Eliazer Yentji Sunur sudah tegas kepada semua kepala desa untuk menutup jalur tikus di daerah pesisir untuk membendung lalulintas orang yang masuk dari luar ternyata tidak bisa menjamin.
Pasalnya, disaat semua kepala desa pesisir siaga menjaga agar orang dari luar tidak masuk ke Lembata, ternyata KMP Ferry yang sudah dilarang membawa penumpang ternyata mengangkut penumpang ke Lewoleba.
Sebanyak 20 an orang menggunakan Ferry penyebrangan dari Kupang ke larantuka dan larantuka ke Lewoleba, 22 April 2020 membawa persoalan baru bagi Lembata.
Sebab setelah mereka tiba di Lembata dan diperikaa ternyata sebanyak tiga orang pelaku perjalanan ini positip Rapid Test.
Hal ini disampaikan oleh Bupati Lembata, di desa Dulitukan, 23 April 2020 saat pelantikan tiga penjabat kepala desa di Kecamatan Ile Ape.
Di hadapan masyarakat dan para undangan Bupati menyesalkan tindakan managemen ASDP Ferry Penyebrangan yang berani mengangkut penumpang.
Menurut Eliazer, positip Rapid Test, berpotensi menjadi positip saat swab PCR.
“Apalagi pelaku perjalanan yang datang dari zona merah. Kita boleh blokir dan tutup semua jalur tikus yang masuk ke desa tetapi ASDP Ferry langgar angkut penumpang. Dan sekarang kita sudah enam orang yang positip Rapid Test,” ungkap Bupati Lembata Eliazer Yentji Sunur.
Lebih jauh Sunur mengungkapkan dirinya mengamati, bahwa hasil rapid test yang positip sejauh ini, berasal dari pelaku perjalanan yang datang dari luar dan masuk ke Lembata.
“Mereka yang positip Rapid Test itu bukan warga Lembata yang selama ini tinggal di Lembata, tetapi mereka yang merupakan pelaku perjalanan dari luar Lembata,” tegas Bupati.
Tiga orang yang positip Rapid Test itu masing masing datang dari Ciamis, Surabaya dan salah satunya ASN saya yang datang dari Larantuka. Ketiganya masih dirawat di rumah karantina.
“Saya belum cek apakah mereka ber KTP Lembata atau bukan, tetapi mereka masuk ke Lembata dan kita tes. Mereka positip. Saya tidak tau pemberlakuan protap kesehatan pelabuhan Ferry di larantuka seperti apa. Saya heran kenapa mereka bisa lolos ke Lembata,” ungkap Bupati Lembata.
Terkait kapal Ferry yang kembali kecolongan membawa penumpang masuk ke Lembata, dirinya sudah menelpon Kepala Dinas Perhubungan propinsi. Tidak boleh membawa penumpang.
“Ini Ferry juga bandel. Kecolongan. Yang izin jalan dan tidak boleh membawa penumpang itu pihak propinsi. Ini kedua kalinya. Saya akan tutup pelabuhan feri. Feri tidak boleh masuk lagi,” ungkap Sunur.
Untuk itu dirinya meminta agar semua pihak bisa membantu pemerintah membendung lalulintas orang yang masuk ke Lembata.
Kalau semua sudah disiplin dan tidak ada orang lagi yang masuk ke Lembata maka aktivitas masyarakat yang selama ini dibatasi bisa dibuka.
“Pasar pasar bisa dibuka. Ekonomi masyarakat bisa bergerak,” tegas Sunur optimis.
Bupati Sunur mengatakan, saat ini setelah menutup semua transportasi laut, maka akses orang dari luar masuk ke Lembata sudah mulai berkurang. Masih adanya sejumlah pendatang dari luar melalui jalan tikus langsung diamankan dan dikarantina. Bahkan, kapal mereka ditahan.
“Jadi sekarang kita sudah bisa identifikasi bahwa yang positif itu dari luar. Jadi kalau kita jaga semua pintu masuk dan tidak.ada yang masuk lagi maka setelah karantina 14 hari kita semua sudah bisa aktivitas seperti biasa. Pasar sudah bisa kita buka,” kata Bupati Sunur.
Bahkan dia sangat optimistis jika pada pertengahan bulan Mei mendatang pasar di Lembata yang selama.ini ditutup sudah bisa dibuka kembali jika tidak ada lagi orang dari luar yang masuk ke Lembata.
Menurutnya, jika semua desa-desa di pesisir disiplin menghalau semua orang dari luar agar tidak masuk dan pasar mulai dibuka, maka ekonomi dengan sendirinya akan membaik.
“Jadi kita harus jaga karena sudah tahu sumber masalah, potensi penularannya. Perketat tidak boleh siapapun masuk ke Lembata,” tegas Bupati Sunur.***
sandrowangak