Bermain Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di Kelas VI

BERMAIN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DI KELAS VI

LUH WIDYASTUTI

SDN 1 PEGUYANGAN
email: widyasuluhnusa@gmail.com

ABSTRAK

Berangkat dari latar belakang rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas VI , penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dengan penerapan tehnik bermain dan meningkatkan kerjasama siswa sebagai tujuan skunder. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam tiga siklus dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 1 Peguyangan yang berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes dan lembar observasi dengan pengumpulan data kuantitatif yang diolah menjadi data kualitatif. Tentang data hasil belajar siswa, dilihat dari rata – rata siklus I ke siklus II telah terjadi peningkatan, begitu juga di siklus III. Bila dibandingkan dengan kreteria PAP, maka hasil belajar telah mengalami peningkatan dari katagori rendah saat pada siklus I menjadi berada pada katagori sedang pada siklus II maupun siklus III. Sedangkan hasil kerjasama pada siklus I ke siklus II terjadi peningkatan. Dari siklus II ke siklus III menunjukkan keajegan (tetap). Dan apabila dibandingkan dengan PAP maka terlihat dari siklus I berada pada katagori sedang meningkat pada katagori tinggi di siklus II dan III. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan tehnik bermain dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia di kelas VI SDN 1 Peguyangan.

Kata Kunci : tehnik bermain, kerjasama, hasil belajar, siklus

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakakang

Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, pada pembelajaran bahasa Indonesia kegiatan berbahasa mencakup empat aspek ketrampilan yaitu : mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek itu haruslah dikuasai secara terpadu, bersinergi satu sama lainnya, seimbang dan saling mendukung baik oleh pendidik maupun peserta didik.

Tujuan pendidikan Nasional Indonesia adalah agar berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman, takwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Bab II pasal 3).

Bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam pembelajaran utamanya sebagai pengantar atau alat komunikasi antara peserta didik dan sumber belajar. Keseimbangan empat aspek ketrampilan dalam kemampuan berbahasa ini akan dapat meningkatkan bukan saja hasil belajar bahasa Indonesia tetapi juga pelajaran pelajaran lain, sebab bahasa merupakan  alat komunikasi yang berperan penting dalam pembelajaran

Namun belakangan ini , kita dihadapkan oleh beberapa permasalahan dalam dunia pendidikan. Diantaranya adalah bahwa dalam lima tahun terakhir ternyata dari beberapa mata pelajaran yang diujikan secara nasional, pelajaran bahasa Indonesia menduduki peringkat pertama penyebab ketidaklulusan seorang siswa.

Kenyataan yang saya amati di dalam kelas , dari beberapa kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa , masalah yang paling mendasar adalah sulit memahami kalimat dalam soal. Kesulitan tersebut terlihat dari analisis hasil evaluasi dalam ulangan sehari hari ataupun sumatif. Dengan demikian maka dalam pemikiran saya, hal ini perlu dilakukan perbaikan dengan penelitian tindakan kelas sehingga hasilnya diharapkan nanti dapat memperbaiki pembelajaran di kelas saya dan juga dapat diterapkan secara teori di kelas kelas lainnya.

  1. Identifikasi Masalah

Beberapa kemungkinan penyebab permasalahan yang terjadi adalah pertama, siswa kurang tertarik dengan pelajaran bahasa Indonesia. Kekurangtertarikan siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia kemungkinan disebabkan karena menganggap pelajaran Bahasa Indonesia telalu gampang, merasa bisa berbahasa Indonesia tanpa belajar, atau tidak tahu harus belajar apa .

Suasana belajar yang kurang menarik karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan ceramah setiap kali mengajar, apalagi sambil duduk dan hanya membacakan materi untuk siswa, juga membuat siswa bosan dalam belajar dan mulai tidak fokus apalagi siswa merasa apa yang disampaikan gurunya tidak berguna dalam kehidupan sehari hari.

Siswa kurang dirangsang untuk menemukan sendiri pengetahuannya sehingga menyebabkan siswa pasif dan hanya menerima saja. Hal seperti ini menyebabkan  siswa cepat lupa terhadap materi pelajaran .

Namun hal terpenting dalam pemblajaran bahasa Indonesia adalah penguasaan kosa kata yang rendah, sehingga mereka tidak mengerti dengan kalimat apalagi melengkapi paragraph atau membuat paragraph. Kurangnya penguasaan siswa terhadap kosa kata banyak disebabkan karena mereka kurang suka membaca.

Ada cara  yang bisa dilakukan untuk menambah perbendaharaan kata atau membuat anak senang belajar bahasa  yaitu dengan bermain . Bermain yang dimaksud disini akan dilakukan sebagai tehnik pembelajaran dengan tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif

  1. Rumusan Masalah
  2. Apakah tehnik bermain dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa?
  3. Apakah tehnik bermain dapat meningkatkan sikap kerjasama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ?
  4. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk :

  1. untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dengan tehnik bermain
  2. untuk meningkatkan sikap kerjasama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
  3. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Bagi siswa
    1. Dapat meningkatkan hasil siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
    2. Dapat meningkatkan kerjasama siswa dengan siswa lain dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
    3. Belajar menghargai teman sebagai sesama anggota sebuah tim (kelompok)

 

  1. Bagi Guru
  2. Dapat menggunakan hasil penelitian ini dalam pembelajaran di kelas masing – masing .
  3. Dapat mencoba melakukan penelitian serupa di kelasnya masing – masing sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

  1. Bagi Kepala Sekolah

Dapat menjadi masukan dalam membina para guru untuk melakukan tugasnya secara professional

 

KAJIAN PUSTAKA

  1. Tehnik Bermain

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam http://kbbi.web.id/main , bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang senang . Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian atau memberi informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Anggani Sudono dalam http://www.lepank.com/2012/07/pengertian-bermain-menurut-beberapa-ahli.html )

Terutama pada jenjang pndidikan sekolah dasar, tehnik bermain dalam pembelajaran ini sangat baik untuk dilakukan mengingat karakter siswa yang masih di bawah umur (antara 6-12 tahun) dan masih dominan menyukai kegiatan bermain. Teori bermain dari pandangan Dewey (1938) di  http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id/2013/12/teori-teori-bermain-dan-permainan-anak.html ,  percaya bahwa anak belajar tentang dirinya sendiri serta dunianya melalui bermain . Dengan bermain anak dapat mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya serta perkembangan sikap sosialnya akan mningkat mlalui interaksi dengan teman sebayanya.

Dalam pembelajaran bahasa permaianan mempunyai tujuan ganda yaitu memperoleh kegembiraan dan melatih keterampilan berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Permaian dalam pembelajaran bukan merupakan sebuah evaluasi sebab banyak unsur spekulasi yang mempengaruhi kemenangan dalam permainan. Jadi permainan hanya merupakan tehnik yang digunakan dalam pembelajaran sehingga tujuan pmbelajaran dapat tercapai

Tehnik bermain juga memiliki beberapa kekurangan misalnya kelas yang banyak, tidak semua materi dapat menggunakan tehnik permaian. Namun kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan lbih banyak manfaat yang diperoleh selain mnyenangkan yaitu lebih mengaktifkan siswa baik fisik maupun mental, membangkitkan motivasi, rasa solidaritas dan kerjasama serta membuat materi menjadi lebih mengesankan dan sukar untuk dilupakan.

Beberapa tehnik permaianan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

  1. True or false ( benar atau salah ) dapat digunakan untuk mengajarkan susunan kalimat subjek, predikat, objek, keterangan atau mengajarkan kalimat tanya, dengan cara setiap siswa mendapat satu kartu kalimat lalu menentukan kartu ditangannya apakah sesuai dengan pernyataan guru atau tidak. Setiap siswa yang memilih benar atau salah akan memberikan alasan sendiri.
  2. Card Paragraf. Permainan ini dapat dilakukan untuk pembelajaran mengenai menyusun paragraph yang logis dari beberapa kalimat yang diacak lalu siswa menyusun. Kelompok yang paling cepat dialah yang menang
  3. Word Flow . Permaianan ini dapat dilakukan untuk belajar membuat kalimat . Bisa kalimat bebas atau jenis kalimat tertentu . Caranya dengan berkelompok siswa menulis kata secara bergiliran sehingga membentuk suatu kalimat. Kelompok yang paling banyak membuat kalimat yang akan menang.
  4. Sentence Stock Exchange . Permaian ini juga dilakukan dalam menyusun paragraph yang logis namun setiap kelompok mendapatkan beberapa kalimat yang dapat disusun menjadi beberapa paragraph. Dalam permainan ini siapa yang paling banyak membuat paragraph dalam waktu yang ditentukan yang akan menang
  5. Complete Sentence / melengkapi kalimat. Setiap kelompok siswa diberikan satu atau beberapa paragraph yang rumpang, lalu mereka bekerja sama saling melengkapi paragraph tersebut

Beberapa permainan dapat dimodifikasi sesuai keperluan atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

  1. Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Beberapa ahli mendefinisikan hasil belajar sebagai berikut . Menurut Sudjana (2010) dalam https://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/menyebutkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.  Sedangkan menurut Hamalik (2008) dalam artikel yang sama, “hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan”. Dengan demikian hasil belajar adalah sebuah kemampuan yang berupa tingkah laku yang diperoleh setelah melakukan proses belajar dan bisa diamati

Dengan demikian dalam penelitian ini peningkatan yang diharapkan adalah hasil belajar bahasa Indonesia dalam keempat aspek yaitu mndengarkan, berbicara, membaca, menulis ditambah kemampuan tidak langsung yaitu bersastra

  1. Kerjasama

Kerjasama merupakan kegiatan bersama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama atau suatu tindakan untuk mncapai suatu tujuan atau keuntungan bersama (http://www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-kerjasama-menurut-para-ahli) . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu, sedangkan kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan beberapa orang (lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.

West, 2002 dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/ 37983/4/ Chapter%20II.pdf menetapkan indikator-indikator kerja sama sebagai alat ukurnya sebagai berikut :

  1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik.
  2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan terciptanya kerja sama.
  3. Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan kemampuan masing-masing anggota tim secara maksimal, kerja sama akan lebih kuat dan berkualitas.

 

METODE

Penelitian ini merupakan Tindakan Kelas yang didesain dalam tiga siklus . Adapun tahapan dalam setiap siklus adalah sebagai berikut . (1) Tahap Perencanaan, (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, (3) Tahap Observasi / Evaluasi, (4) Tahap Refleksi .

Tiap siklus terdiri dari beberapa pertemuan. Siklus pertama terdiri dari tiga pertemuan memuat materi dengan indikator yaitu menjawab pertanyaan, menentukan ide pokok, menentukan pola kalimat. Sedangkan siklus kedua memuat materi dengan indicator yaitu melengkapi paragraf yang rumpang, menyusun kalimat yang diacak menjadi paragraf yang padu, dan menulis pesan dari media cetak. Siklus ketiga memuat materi dengan indicator yaitu menentukan unsur intrinsic cerita, membuat kalimat kritik dan kalimat pujian   Adapun objek penelitian adalah (1) hasil belajar Bahasa Indonesia, (2) tehnik bermain, (3) kerja sama antar siswa .

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Hasil belajar

Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar bahasa Indonesia meliputi mendengarkan, membaca, berbicara, menulis. Data hasil belajar  dikumpulkan melalui tes. Tes dimaksud untuk mendapatkan data secara kuantitatif . Tes diberikan setiap akhir siklus.

  1. Kerjasama

Data tentang kerjasama akan dikumpulkan melalui proses pengamatan (observasi) dengan lembar pengamatan yang masing masing indikatornya adalah tanggung jawab, saling berkontribusi dan pengerahan kemampuan secara maksimal. Rubrik kerjasama dibuat secara kualitatif kemudian dijadikan data kuantitatif dengan skala 4 . Kriteria observasi yang digunakan untuk menilai kerjasama siswa adalah sbb.

Tabel 3.4 Kreteria Kerjasama Siswa

Skor 1 2 3 4
Aspek / indicator kerjasama :

Tanggung jawab, saling kontribusi, pengerahan kmampuan

Jika tidak ada anggota yang bertanggung jawab, saling kontribusi dan mengerahkan kemampuan dalam kelompok Jika kurang dari setengah anggota kelompok bertanggung jawab, saling berkontribusi dan mengerahkan kemampuan dalam kelompok Jika lebih dari setengah  tapi tidak semua anggota kelompok bertanggung jawab, saling berkontribusi, dan mengerahkan kmampuan dalam kelompok Jika semua anggota bertanggung jawab, saling berkontribusi dan mengerahkan kemampuan dalam kelompok

 

Sedangkan instrument data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Tes

Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait (sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (http://akbar-iskandar.blogspot.co.id/2011/04/pengertian-tes-pengukuran-penilaian-dan.html).

Menurut Riduwan ( 2006: 37) dalam http://imankoekoeh.blogspot.co.id/ 2013/12/tes-pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.htm tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan / latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok.

Tes disini merupakan serangkaian pertanyaan/soal yang digunakan untuk menentukan kemampuan bahasa Indonesia. Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa soal berbentuk uraian dengan jenis tes tertulis.

  1. Observasi

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Ilmu pengetahuan biologi dan astronomi mempunyai dasar sejarah dalam pengamatan oleh amatir (https://id.wikipedia.org/wiki/Pengamatan)

Pedoman observasi digunakan untuk mengumpulkan data interaksi siswa dalam bekerjasama selama pembelajaran berlangsung dan juga kendala yang dialami sebagai catatan untuk perbaikan atau penyempurnaan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Jenis data dalam pnelitian ini adalah berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif  dari hasil tes dan observasi  baik pada pretes maupun akhir siklus . Data yang dikumpulkan kemudian diolah dalam distribusi frekwensi dan rata rata (means)

Rumus Mencari Mean

M =    ATAU  M=

Keterangan :

M = Mean

E = Jumlah

F = Frekwensi

X = Nilai

N = Jumlah individu dalam distribusi

Menghitung Persentase

M% =

Keterangan :

M% = Mean Persentase

M = Mean

SMI = Skor Maksimal Ideal

Data hasil belajar menggunakan kriteria 70 (skala 100) sebagai batas minimal keberhasilan klasikal dan menggunakan kriteria 72 (skala 100) sebagai batas minimal keberhasilan individual. Sedangkan data kerjasama menggunakan kriteria 70 (skala 100). Untuk mengetahui tingkat keberhasilan hasil belajar, dan kerjasama menggunakan persentase dari data masing masing dan dibandingkan dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) yaitu :

 

Tabel 3.5 Kreteria PAP

Persentase Rata-Rata Tingkat
90-100 Sangat tinggi
80 – 89 Tinggi
65 – 79 Sedang
55 – 64 Rendah
0- 54 Sangat Rendah

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Untuk mengetahui kondisi awal secara kuantitatif sejauh mana siswa menguasai materi yang akan diteliti, siswa  diberikan pretes bahasa Indonesia dengan sepuluh soal berbentuk uraian materi mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis . Dari 40 siswa, data tentang hasil belajar yang diperoleh dalam pretes ini adalah rata rata mencapai 50,25 atau 50,25% dan tingkat ketuntasan siswa sebanyak 22 orang atau 55 % .

  1. Deskripsi Siklus I

Pada siklus I diadakan dalam tiga kali pertemuan. Adapun tehnik yang digunakan dalam siklus ini adalah tehnik bermain 123, bermain gotong royong dan bermain benar salah. Data tentang hasil belajar dikumpulkan setiap akhir siklus sedangkan data tentang kerjasama dikumpulkan pada saat proses pembelajaran . Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes tertulis dengan 10 soal uraian

Observasi dilakukan juga untuk mengamati kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran yang nantinya digunaka sebagai bahan refleksi pada siklus berikutnya. Observasi dilakukan secara partisipan, dimana seorang guru diminta untuk mengamati pembelajaran yang dilakukan.

  1. Analisis Data Hasil Belajar Siklus I
  2. Menyajikan Data Dalam Distribusi Frekwensi Tunggal

Tabel 4.2 Data hasil belajar siswa siklus I dalam distribusi frekwensi tunggal

Skor ( X ) Frekwensi ( f ) fx
20 1 20
30 1 30
40 3 120
45 3 135
50 8 400
60 6 360
70 6 420
80 5 400
90 5 450
100 2 200
40 2.535

 

  1. Menghitung Mean / Rata – Rata

M =    ATAU  M=

=  = 63.375

 

  1. Persentase Rata – Rata Hasil Belajar Siswa

M% =

 

=         = 63.375%

 

Jika dibandingkan dengan kriteria PAP, maka hasil belajar pada siklus I berada pada katagori RENDAH

  1. Analisis Data Kerjasama pada Siklus I
  2. Menyajikan Data Kerjasama Dalam Frekwensi Distribusi Tunggal

Tabel 4.4 Data Kerjasama dalam Frekwensi Distribusi Tunggal

Skor (x) Frekwensi(f) fx
16 4 64
18 1 18
22 1 22
24 2 48
jumlah 8 152

 

  1. Menghitung Rata-Rata/Mean

M =    ATAU  M=

=    =  19

 

  1. Menghitung Persentase Rata – Rata

M% =   ( SMI = 24)

 

=     = 79,17%

Jika dibandingkan dengan kriteria PAP, maka kerjasama pada siklus I berada pada katagori SEDANG

  1. Uraian Proses dan Hasil Siklus I

Hasil analisis untuk data hasil belajar pada siklus I menunjukkan rata rata 63,375  atau 63,375% dan berada pada katagori rendah. Dilihat dari kriteria keberhasilan secara klasikal yaitu 70,00 maka nilai rata rata tersebut belum dapat memenuhi kriteria keberhasilan secara klasikal. Sedangkan kreteria untuk keberhasilan secara individu, ada beberapa siswa yang belum memenuhi yaitu 22 orang atau 55 %  Namun apabila dibandingkan dengan hasil pretes maka telah terjadi peningkatan secara klasikal.

Sedangkan pada indicator kerjasama diperoleh rata-rata 19 atau 79,17 %  dan berada pada katagori sedang. Penilaian dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua. Pencapaian ini telah memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan. Namun demikian masih ada beberapa kelompok yang belum mencapai ketuntasan dalam hal sikap kerjasama yaitu kelompok 1,6,7 dan 8 .

Setelah diadakan refleksi secara mendalam pada tiap tiap pertemuan pada siklus I, dan berdiskusi dengan guru yang berpartisipasi dalam mengamati pembelajaran pada proses penelitian ini, ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pencapaian nilai rata-rata siswa pada siklus II dapat ditingkatkan sesuai dengan kreteria yang diharapkan.

Pada pertemuan pertama, guru lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan tehnik bermain. Pada pertemuan pertama, penyampaian materi belum maksimal. Berbeda dengan pertemuan kedua, penyampaian materi sudah lebih maksimal dan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Secara umum, tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan siklus I . Kemungkinan nilai siswa belum maksimal karena kurangnya latihan dengan soal soal yang sama. Dalam kerjasama, guru memberikan motivasi agar mereka dapat lebih meningkatkan lagi kerjasama antar kelompok dalam pembelajaran.

 

  1. Deskripsi Siklus II

Siklus II diadakan dengan empat kali pertemuan . Tehnik yang digunakan adalah bermain dengan complete sentence, card paragraf dan pesan berantai. Data akan dikumpulkan dengan tes tulis pada akhir siklus II dengan 10 soal dalam bentuk uraian

Sedangkan dalam proses diadakan pengamatan oleh guru terhadap kerjasama siswa dan oleh rekan sejawat terhadap jalannya proses pembelajaran untuk mngetahui kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang dilakukan serta kendala kendala yang terjadi.

  1. Analisis Data Hasil Belajar Siklus II
  1. Menyajikan Data Dalam Distribusi Frekwensi Tunggal

Tabel 4.6 Data hasil belajar siswa siklus I dalam distribusi frekwensi tunggal

Skor ( X ) Frekwensi ( f ) fx
20 1 20
30 0 0
40 0 0
50 5 250
60 5 300
70 15 1.050
80 4 320
90 7 630
100 3 300
40 2.870

 

  1. Menghitung Mean / Rata – Rata

M =    ATAU  M=

 

=  = 71,75

 

  1. Persentase Rata – Rata Hasil Belajar Siswa

M% =

 

=    =  71,75 %

Jika dibandingkan dengan kriteria PAP, maka hasil belajar pada siklus I berada pada katagori SEDANG

  1. Analisis Data Kerjasama pada Siklus II

 

  1. Menyajikan Data Kerjasama Dalam Frekwensi Distribusi Tunggal

Tabel 4.8 Data Kerjasama dalam Frekwensi Distribusi Tunggal

Skor (x) Frekwensi(f) fx
36 3 108
44 3 132
48 2 96
jumlah 8 336

 

  1. Menghitung Rata-Rata/Mean

M =    ATAU  M=

=    =  42

 

  1. Menghitung Persentase Rata – Rata

M% =   ( SMI = 48)

 

=     =   87,5  %

Jika dibandingkan dengan kriteria PAP, maka kerjasama pada siklus II berada pada katagori TINGGI

 

  1. Uraian Proses dan Hasil Siklus II

Hasil analisis untuk data hasil belajar pada siklus II menunjukkan rata rata 71,75 atau 71,75 % dan berada pada katagori sedang. Dilihat dari kriteria keberhasilan secara klasikal yaitu 70,00 maka nilai rata rata tersebut sudah memenuhi kriteria keberhasilan secara klasikal. Sedangkan kriteria untuk keberhasilan secara individu, ada beberapa siswa yang belum memenuhi yaitu 11 orang atau 27,5 %  .

Dalam hal kerjasama (pada pertemuan satu sampai empat) rata rata menunjukkan sudah mncapai hasil yang diharapkan yaitu dengan rata-rata 42 dan persentase mencapai 87,5 % . Jika dilihat dari nilai kerjasama perkelompok, tidak ada kelompok ang mempunyai nilai dibawah ketuntasan, namun diakui masih ada kelompok yang belum bekerjasama dengan maksimal

Setelah diadakan refleksi secara mendalam pada tiap tiap pertemuan pada siklus II, dan berdiskusi dengan guru yang berpartisipasi dalam mengamati pembelajaran pada proses penelitian ini, ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pencapaian nilai rata-rata siswa pada siklus II dapat ditingkatkan atau minimal tetap pada katagori seperti siklus II

Secara keseluruhan pada pertemuan satu sampai pertemuan empat, penyampaian materi sudah lebih maksimal dan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Secara umum, tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan siklus II . Namun kekurangan waktu tetap menjadi kendala dalam pembelajaran dengan tehnik bermain ini. Walaupun kegiatan inti sudah terlaksana dengan baik atau mencapai syarat minimal, namun kekurangan waktu menyebabkan latihan latihan soal tidak dapat dilaksanakan. Kedepan pada siklus III, akan disediakan waktu khusus satu kali pembelajaran sebelum tes akhir siklus III dilaksanakan sebagai pemantapan materi terhadap siswa.

  1. Deskripsi Siklus III

Siklus III, merupakan kegiatan untuk melihat konsistensi peningkatan dari siklus I ke  siklus II, apakah pada Siklus III terjadi peningkatan, tetap atau terjadi penurunan. Siklus III diadakan dengan dua kali pertemuan. Tehnik yang digunakan adalah bermain dengan couple of card (COC) dan true of fals. Data hasil belajar akan dikumpulkan dengan tes tulis pada akhir siklus III dengan 10 soal dalam bentuk uraian

Sedangkan dalam proses diadakan pengamatan dilakukan oleh guru untuk melihat kerjasama siswa dan oleh rekan sejawat terhadap jalannya proses pembelajaran untuk mngetahui kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang dilakukan serta kendala kendala yang terjadi.

  1. Analisis Data Hasil Belajar Siklus III
  1. Menyajikan Data Dalam Distribusi Frekwensi Tunggal

Tabel 4.10 Data hasil belajar siswa siklus III dalam distribusi frekwensi tunggal

Skor ( X ) Frekwensi ( f ) fx
40 1 40
50 3 150
60 5 300
70 14 980
80 7 560
90 5 450
100 4 400
40 2.880

 

  1. Menghitung Mean / Rata – Rata

M =    ATAU  M=

 

=  = 72

 

 

  1. Persentase Rata – Rata Hasil Belajar Siswa

M% =

 

=         =  72 %

Jika dibandingkan dengan kriteria PAP, maka hasil belajar pada siklus I berada pada katagori SEDANG

 

  1. Analisis Data Kerjasama pada Siklus III

 

  1. Menyajikan Data Kerjasama Dalam Frekwensi Distribusi Tunggal

Tabel 4.12 Data Kerjasama dalam Frekwensi Distribusi Tunggal

Skor (x) Frekwensi(f) fx
9 2 18
10 2 20
11 2 22
12 2 24
jumlah 8 84

 

  1. Menghitung Rata-Rata/Mean

M =    ATAU  M=

=    =   10,5

 

  1. Menghitung Persentase Rata – Rata

M% =   ( SMI = 48)

 

=     =  87,5   %

Jika dibandingkan dengan kriteria PAP, maka kerjasama pada siklus II berada pada katagori TINGGI

  1. Uraian Proses dan Hasil Siklus III

Hasil analisis untuk data hasil belajar pada siklus II menunjukkan rata rata  72 atau 72 % dan berada pada katagori sedang. Dilihat dari kriteria keberhasilan secara klasikal yaitu 70,00 maka nilai rata rata tersebut sudah memenuhi kriteria keberhasilan secara klasikal. Sedangkan kriteria untuk keberhasilan secara individu, ada beberapa siswa yang belum memenuhi yaitu 9 orang atau 22,5 %  .

Dalam hal kerjasama rata rata menunjukkan sudah mencapai hasil yang diharapkan yaitu dengan rata-rata 21 dan persentase mencapai 87,5 % . Sama Dengan pencapaian pada siklus II.  Jika dilihat dari nilai kerjasama perkelompok, tidak ada kelompok ang mempunyai nilai dibawah ketuntasan, namun diakui masih ada kelompok yang belum bekerjasama dengan maksimal

Setelah diadakan refleksi secara mendalam pada tiap tiap pertemuan pada siklus II, dan berdiskusi dengan guru yang berpartisipasi dalam mengamati pembelajaran pada proses penelitian ini, ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pencapaian nilai rata-rata siswa pada siklus II dapat ditingkatkan atau minimal tetap pada katagori seperti siklus II

Secara keseluruhan pada pertemuan satu dan pertemuan kedua, penyampaian materi sudah bagus dan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Secara umum, tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan siklus III . Namun menurut pengamatan rekan sejawat, penyampaian materi belum sepenuhnya mencapai sasaran. Masih ada siswa yang belum mengerti dengan jelas, tetapi pembelajaran sudah dilanjutkan ke tahap berikutnya. Kemungkinan hal inilah ang menyebabkan beberapa siswa masih belum mencapai ketuntasan. Dengan adanya latihan soal sebelum tes akhir siklus III, membantu siswa lebih paham terhadap materi yang disampaikan.

Kelebihan pada penelitian yang dilakukan dengan menerapkan tehnik bermain, membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar. Selain itu tehnik bermain, menjamin siswa mengingat lebih lama terhadap materi yang disajikan sehingga dapat mengatasi faktor lupa karena siswa kurang konsentrasi. Apalagi dipadukan dengan berkelompok, dapat membangun persaingan yang sehat dalam mencapai hasil maksimal

  1. Interpretasi Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Tabel 4.13 Interpretasi Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Jenis Data Siklus I Siklus II Siklus III Peningkatan
Siklus I-II Siklus II-III
Hasil Belajar 63,375

63,375%

RENDAH

71,75

71,75%

SEDANG

72

72%

SEDANG

 

8.375 %

 

0.25%

Kerjasama 19

79,17%

SEDANG

42

87,5%

TINGGI

21

87,5%

TINGGI

 

8.33%

 

0%

 

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut .

  1. Tentang data hasil belajar siswa, dilihat dari rata – rata siklus I sebesar 63,375 atau 63,375% dan rata-rata siklus II sebesar 71,75 atau 71,75 % maka telah terjadi peningkatan sebesar 8,375 atau 8,375 %. Sedangkan untuk rata-rata siklus III sebesar 72 atau 72 % jika dibandingkan dengan siklus II maka terjadi peningkatan sebesar 0,25 atau 0,25 %. Bila dibandingkan dengan kreteria PAP, maka hasil belajar telah mengalami peningkatan dari katagori rendah saat pada siklus I menjadi berada pada katagori sedang pada siklus II maupun siklus III
  2. Tentang data kerjasama pada siklus I sebesar 19 atau 79,17 % dan pada siklus II sebesar 42 atau 87,5 %. Dengan demikian terjadi peningkatan rata rata sebesar 8,33 %. Sedangkan dari siklus II ke siklus III sebesar 21 atau 87,5 % menunjukkan keajegan (tetap) atau konsistensi terhadap hasil . Dan apabila dibandingkan dengan PAP maka terlihat dari siklus I berada pada katagori sedang meningkat pada katagori tinggi di siklus II dan III.
  3. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian dalam tiga siklus dan melalui refleksi yang dilakukan antara guru dan teman sejawat, terdapat beberapa hal yang menjadi kekurangan dan kelebihan dalam penelitian ini.

Baik pada siklus I, II maupun III, pada umumnya waktu menjadi masalah yang dominan. Sebab disadari penggunaan tehnik bermain apalagi dengan permainan yang berbeda beda membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk persiapan dan memberikan arahan kepada siswa tentang aturan permainan yang harus dilakukan.

Selain itu tehnik bermain dalam prosesnya seringkali menimbulkan terjadinya hal hal yang tidak diduga yang harus ditangani secara langsung. Seperti contoh pada saat melakukan permainan Couple of Card ada siswa yang terjatuh karena bertabrakan dengan temannya. Beberapa jenis permainan membutuhkan ruang yang luas untuk membuat siswa leluasa dalam bermain. Karena itu sebaiknya dilakukan diluar ruangan atau di halaman sehingga siswa lebih leluasa. Dan beberapa hal lain seperti penolakan siswa terhadap temannya yang dianggap tidak sesuai dengan dirinya atau merasa tidak cocok dalam berkelompok.

Hal-hal semacam inilah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dengan tehnik bermain. Namun hal ini dapat diatasi dengan memberi waktu khusus untuk latihan soal sebelum tes akhir dan memberikan pengertian kepada siswa atau motivasi yang dapat mempererat persatuan dalam kelompok. Hal ini penting sebab dalam beberapa permainan diperlukan kerjasama dalam menyelesaikan permainan itu sendiri.

Terlepas dari beberapa kendala yang sudah disebutkan diatas, pembelajaran dengan tehnik bermain sangat menyenangkan siswa. Terlihat dari antusiasme siswa dalam mengikuti setiap proses permainan yang dilakukan.  Siswa terlihat bahagia dalam pembelajaran dan seringkali bertanya pada pembelajaran berikutnya permainannya seperti apa.

Kelebihan yang lain adalah pembelajaran dengan tehnik bermain juga membuat siswa lebih mengingat materi yang dipelajari (lebih melekat) atau tidak mudah lupa sebab dalam proses permainan dapat memberikan kesan yang mendalam bagi masing masing siswa. Kesan tersebut akan mengikat materi yang dipelajari pada saat itu. Jadi dengan tehnik bermain siswa tidak mudah lupa terhadap materi yang dipelajari. Tehnik bermain juga meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompoknya sebab sentimen kelompok akan menjadi lebih tinggi akibat persaingan dengan kelompok lainnya.

Dilihat dari siklus I, II dan III seperti pada tabel interpretasi hasil PTK, pada hasil belajar terjadi peningkatan dari hasil pretes, ke siklus I , siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III. Dari katagori rendah ke katagori sedang. Sedangkan untuk data kerjasama siswa dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yang cukup besar dari katagori sedangn ke tinggi, sedangkan dari siklus II ke siklus III tidak terjadi peningkatan namun persentasenya tetap yaitu berada pada katagori tinggi. Dengan demikian penerapan tehnik bermain dapat  meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Peguyangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Simpulan

Berdasarkan hassil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di muka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  1. Penerapan pembelajaran dengan tehnik bermain dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan terbukti dari adanya peningkatan hasil belajar yang dikumpulkan secara kuantitas dari pretes ke siklus I sebanyak 13,125 %, siklus I ke siklus II sebanyak 8.375 % dan dari siklus II ke siklus III sebanyak 0,25 %
  2. Penerapan pembelajaran dengan tehnik bermain juga dapat meningkatkan kerjasama siswa terbukti dari adanya peningkatan kerjasama yang dikumpulkan secara kuantitas dari siklus I ke siklus II sebanyak 8,33 % dan terjadi keajegan dengan nilai tetap pada siklus II ke siklus III sebanyak 0 %
  3. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat diajukan saran saran sebagai berikut.

  1. Kepada rekan guru, hendaknya mengggunakan tehnik bermain dalam pembelajaran. Selain itu agar dalam pelaksanaan pembelajaran ini agar diperhatikan kekurangan ataupun kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini agar hasilnya lebih maksimal lagi.
  2. Kepada kepala sekolah hendaknya selalu memberikan dorongan kepada guru guru untuk menggunakan pembelajaran dengan tehnik bermain dalam materi Bahasa Indonesia dan materi lain yang sesuai serta melakukan pemantauan yang terus menerus dalam pelaksanaannya
  3. Kepada pihak pihak yang terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, utamanya pihak Dinas Pendidikan baik Provinsi maupun Kota dan Kecamatan agar memberikan pelatihan secara terus menerus dalam hal peningkatan profesionalisme guru, baik dalam pembelajaran maupun dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas sehingga bukan hanya meningkatkan profesionalisme guru tapi juga meningkatkan perolehan angka kredit dalam kenaikan jabatan fungsional dan sertifikasi guru.

 

DAFTAR PUSTAKA

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *