suluhnusa.com – Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Santa Maria Imaculata Adonara, Sabtu (6/8/18) menggelar Seminar Literasi. Terselenggaranya kegiatan ini, dalam rangka menyongsong Bulan Bahasa yang akan jatuh pada tanggal 28 Oktober 2018.
Sedikitnya ada 200 siswa dan guru SD, SMP dan SMA/K se Pulau Adonara Kabupaten Flores Timur terlibat pada seminar ilmiah yang dipusatkan di aula sekolah ini.
Seminar Literasi kali ini, menghadirkan dua pembicara diantaranya, Yoseph Pehan Betan, S.Ag, Dosen STP Reinha Larantuka dan Maksimus Masan Kian, S.Pd, Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Kabupaten Flores Timur (Flotim). Pehan Betan membawahkan materi tentang “Membangun Pendidikan Moral Anak Sekolah di Era Digital”, sementara Masan Kian membawahkan materi “Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah”.
Romo Antonius Sina Aran, Pr Kepala SMAK Santa Maria Imaculata Adonara pada acara pembukaan mengatakan, gerakan literasi di Flores Timur saat ini berkembang ke arah yang mengembirakan karena banyak elemen yang mulai terlibat dan mengambil peran.
“Sebagai lembaga pendidikan, kami menyadari dan merasa memiliki beban moril untuk berkontribusi dalam mengembangkan gerakan literasi di Kabupaten Flores Timur. Salah satu cara yang kami lakukan adalah menggelar seminar literasi. Tujuannya adalah membangun kesadaran secara kolektif untuk sama – sama bergerak membangun gerakan literasi.Banyak potensi dan kreativitas, mari kita sinergikan untuk kebaikan bersama,’kata Romo.
Yoseph Pehan Betan sebagai pembicara pertama menyampaikan, Literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas.
“Yang menjadi pelaku literasi adalah kita semua. Baik di rumah, sekolah maupun masyarakat. Pada era digital ini sebenarnya mengundang kita untuk kembali ke hakekat kemanusiaan yakni jati diri dan moral kita. Era digital juga menimbulkan tantangan-tantangan berkomunikasi berupa komitmen, ketulusan, keterlibatan dan kesetiaan. Hal ini disebabkan karena ketika kita menggunakan media-media itu secara tidak tepat maka ada jarak yang secara tak kita sadari telah mengabaikan moral dan jati diri kita terhadap sesama di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Penyebab lainnya seperti penyimpangan sosial, pengaruh budaya asing, kurangnya pengawasan dan perhatian ortu, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keefektifan lembaga sosial masyarakat, media masa, ”kata Betan.
Maksi Masan di awal pemaparan materinya, memaparkan fakta akan rendahnya minat baca. Ia mengatakan dari berbagai data. Satu hal yang mengejutkan yakni, yang dilaporkan oleh UNESCO dimana pada tahun 2012 dilaporkan, Anak Eropa dalam setahun bisa menghabiskan 25 buku, sedangkan dari seribu 1000 anak Indonesia hanya ada 1 anak yang bisa menghabiskan satu buku dalam setahun.
Masalah ini, menurut Maksi, diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih yang dimanfaatkan secara kurang produktif.Kecanduan gadget, televisi, berita hoax, juga lingkungan yang kurang kondusif untuk terciptanya iklim ilmiah.
Menurut Maksi, GLS (Gerakan Literasi Sekolah) menjadi salah satu solusi meningkatkan minat baca pada anak. ”Ciptakan ruang baca atau sudut baca yang menarik di kelas dan lingkungan sekolah, bangun pondok baca menggunakan bahan-bahan sederhana, menggiatkan siswa dalam Komunitas Literasi untuk menulis di Majalah Dinding, Buletin Sekolah. Buatkan juga “Tabung Menulis” untuk anak – anak dalam menampung karya tulis mereka, membawa siswa ke alam untuk membangun minat menulis dan membaca, membangun komunikasi untuk siswa menyumbangkan buku, melatih siswa membacakan karyanya, mengapresiasi dan memberi penghargaan, mengadakan kegiatan kreatif seperti pameran buku, memberi hadiah buku saat siswa berprestasi, dan kreasi lainnya,”kata Maksi.***
Adelheid Tada, S.Pd
Guru SMAK Santa Maria Imaculata Adonara