suluhnusa.com – Pulau Pantar adalah salah satu pulau kecil di wilayah provinsi NTT. Pantar merupakan Wilayah Administrasi provinsi NTT, sejak provinsi NTT dibentuk pada tanggal 20 Desember 1958.
Kurang lebih 50 tahun masyarakat pulau Pantar turut berkontribusi dalam membangun provinsi yang kita cintai ini. Walaupun Pulau Pantar tidak seperti pulau-pulau lain yang memiliki sumber daya alam yang cukup dan turut membantu peningkatan PAD bagi provinsi NTT namun di sisi lain dengan SDM yang cukup anak-anak Pantar turut memberikan sumbangsih pikiran bagi kemajuan NTT bahkan bagi kemajuan Bangsa Indonesia yang kaya raya ini.
Namun apa dikata kurang lebih 50 tahun NTT di bawah pimpinan 8 gubernur, namun perkembangan dan kemajuan pembangunan Pulau Pantar masih seperti yang dulu tergolong lamban dan minim. Namun Pantar masih tegak berdiri sambil mengharapkan suatu hal yang mustahil akan terjadi atasnya, tapi hal ini pun tak kunjung ada, hanya janji tinggal janji.
Tidak hanya itu, Pantar bahkan tidak pernah tersentuh program pembangunan yang didanai oleh Pemprov NTT.
Malah menjelang Pilkada serentak, para calon gubernur selalu membuat program pembangunan mustahil yaitu “Membangun NTT dari Desa”!
Desa yang mana yang anda maksudkan Bro?
Desa di Flores atau di Timor atau di Sumba?
Desa di Pantar tidak mennikmati itu Pak!
“Infrastruktur = Nol”
Tidak satupun bangunan pemerintah di Pulau Pantar yang sumber dananya dari APBD 1, padahal ada orang Pantar yang turut serta dalam membicarakan Anggaran untuk pembangunan di provinsi NTT.
Infrastruktur jalan yang diharapkan agar segera dibangun untuk menghubungkan kecamatan yang terisolir justru itu yang tidak akan mungkin disentuh karena satu alasan, bahwa tidak ada ruas jalan provinsi di Pulau ini, padahal jika dibandingkan dengan Daerah lain dan jika diperjuangkan Pantar sudah sangat layak mendapat Perubahan status jalan, dari Jalan Kabupaten ke menjadi provinsi, dimana Jalan yang menghubungkan dua Kabupaten yaitu Kabupaten Alor dan kabupaten Lembata. (Pelabuhan ke Pelabuhan).
Ada lagi yang sangat menyakitkan, kitika gubernur sekarang Bapak Drs. Frans Lebu Raya pernah tidur bermalam selama 2 hari di kampung Saya, di rumah Adat kami, di Latuna, Pantar Barat, Kab. Alor, (Katanya Latuna adalah Kampung Halamannya) saat itu beliau hadir minta restu dari suku-suku yang ada di Latuna, melakukan upacara Adat/Ritual makan adat bersama tokoh Adat dan Masyarakat, kemudian Lego Lego selama 2 malam.
Alhasil Beliau terpilih menjadi Gubernur NTT, Pantar memberikan suara maksimal dengan kemenangan terbesar di seluruh kabupaten Alor, perbandingan persentase suara di atas 80% untuk kemenangan Beliau dan kemenangan PDIP.
Apa balasannya??
Pantar hanya mendapat ucapan terimakasih lewat sebuah baliho yang terpasang di jantung Kota Kecamatan Pantar Barat dan itulah satu-satunya balasan atas pengorbanan masyarakat Pantar. Sangat sakit dan pedih, namun apa yang bisa kami perbuat? itulah kami masyarakat Pantar iklas walau sakit, “hanya memberi tak harap kembali”
Mengakhiri tulisan ini saya ingin menyampaikan harapan saya kepada calon Gubernur NTT yang saat ini melakukan pencitraan diluar nalar yang tidak masuk akal sehat, agar sebisa mungkin memperjuangkan hak hidup kami, Siapa tahu kami juga bisa menikmati kemajuan pembangunan infrastruktur yang layak seperti di daerah lain.
Jika bisa tolong perjuangkan perubahan status Jalan Kabupaten menjadi Jalan provinsi di beberapa ruas yang menghubungkan Kota Kecamatan, karena sejauh ini dilihat dari besaran APBD 2 Kab Alor untuk pembangunan dan peningkatan jalan sangat tidak cukup untuk menjangkau panjang jalan di seluruh wilayah kabupaten Alor.
Untuk itu, apabila salah satu calon gubernur bisa membuat kontrak politik bersama masyarakat dan berkomitmen untuk perubahan Pantar, maka Saya yakin ketika masyarakat mendapatkan apa yang mereka inginkan maka sudah pasti calon gubernur tersebut akan mendapatkan dukungan 100% suara untuk 2 periode di Pulau ini.
Terimakasih dan Shalom!
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Orang Alor Pantar