suluhnusa.com-Penjabat Bupati Lembata, Sinun Petrus Manuk, harus rela menyerahkan jabatannya kepada seorang perempuan. Naifnya, perempuan itu masih belum dewasa umurnya. Sekira berumur 15-18 tahun.
Sebab, menurut pertimbangan dan evaluasi kinerja Penjabat Bupati yang dilakukan beberapa NGO International menyimpulkan untuk mengurus nasib perempuan Bupatinya harus anak perempuan. Sejauh ini, perempuan selalu diperlakukan tidak adil. Dimarginalkan. Sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mengakhiri berbagai bentuk ketidakadilan, diskriminasi dan kekerasan terhadap anak perempuan. Meskipun demikian, perjuangan untuk menciptakan situasi yang ideal harus terus dilakukan. Dan karena itu Piter Manuk penjabat Bupati Lembata itu, harus relakan jabatannya kepada seorang anak perempuan.
Kerelaan menyerahkan jabatan ini pun sudah disampaikan oleh Pieter Manuk sendiri kepada NGO intrnational dibawah kendali Plan international program area Lembata.
“Saya memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak perempuan di Lembata untuk menjadi bupati selama sehari. Bahkan anak muda yang lainnya pun boleh menjadi pimpinan SKPD selama sehari yang sama,” Kata Penjabat Bupati Lembata, Drs. Sinun Petus Manuk.
Kesediaan Manuk ini disampaikan untuk mendukung kegiatan Plan Internasional program area Lembata, dalam Event Girls Leadership, Because I Am A Girl.
Kegiatan ini diselenggarakan bukan hanya du level Kabuopaten, tetapi juga di level provinsi dan nasional. Di level provinsi, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya sudah menyatakan kesediaannya untuk mendukung anak perempuan dalam event “Girl Leadership: Sehari jadi Gubernur” pada saat Audiensi yang dilakukan bersama Plan Internasional Indonesia pada tanggal 14 September lalu.
Sedangkan pada level Nasional, event ‘Girl Leadership: Sehari jadi Menteri” ini pun sudah disepakati oleh menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise dan menteri Tenaga Kerja, Muhammad Hanif Dhakiri.
“BIAAG Movement sejalan dengan misi pemerintah, yang mendorong anak perempuan untuk tampil dan berprestasi di berbagai bidang. Kita harus buka kesempatan seluas-luasnya bagi anak perempuan untuk belajar, memimpin, mengambil keputusan, dan berkembang dengan potensi maksimalnya. Hal ini membantu kita mempersiapkan, baik anak laki-laki maupun perempuan, untuk menjadi pemimpin yang kelak akan memimpin bangsa ini,” kata Yohana demikian tulis Tari Pujiwati, Communication Specialist Plan International program area Lembata, kepada suluhnusa.com, 23 september 2016.
Menurutnya, Hari Anak Perempuan Internasional bisa dijadikan momentum untuk menunjukkan komitmen semua pihak, terkait upaya pemberdayaan dan perlindungan anak perempuan di Indonesia.
Kesempatan jadi menteri sehari di KPPPA dan Kemnaker ini terbuka bagi semua anak di Indonesia. Anak-anak yang termarjinalkan, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus juga didorong untuk ikut kompetisi ini. Mereka yang terpilih mendapat kesempatan kunjungan belajar ke luar negeri.
Sementara itu, Mingming, Country Direktur Plan Internasional Indonesia mengatakan, sebagai organisasi kemanusiaan independen yang berkomiten agar anak terbebas dari kemiskinan, kekerasan & ketidakadilan, Plan International Indonesia mengimplementasikan sejumlah program, mencakup perluasan akses anak perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, serta pencegahan pernikahan usia anak.
Di tingkat global, Plan International menjadikan Hari Anak Perempuan Internasional untuk memulai gerakan pemberdayaan anak perempuan, yang diistilahkan sebagai ‘Because I Am A Girl (BIAAG) Movement’. Gerakan ini mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan juga dunia usaha untuk memberikan kesempatan bagi anak perempuan untuk belajar, memimpin, mengambil keputusan, serta mengembangkan potensi maksimalnya, guna meningkatkan kualitas hidup anak perempuan di seluruh dunia.
Mingming menambahkan, sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mengakhiri berbagai bentuk ketidakadilan, diskriminasi dan kekerasan terhadap anak perempuan. Meskipun demikian, perjuangan untuk menciptakan situasi yang ideal harus terus dilakukan.
Sekedar informasi, Plan International adalah organisasi hak anak dan kemanusiaan independen yang berkomiten agar anak hidup terbebas dari kemiskinan, kekerasan dan ketidakadilan. Sudah lebih dari 75 tahun organisasi ini menjalankan komitmen dan kemitraan yang kuat untuk membantu anak dan kaum muda.
Tujuannya sederhana agar anak anak dan kaum muda memiliki keterampilan, pengetahuan dan kepercayaan diri untuk meraih hak mereka demi kehidupan yang utuh di masa kini dan masa depan. Khususnya anak perempuan dan perempuan, yang paling terpinggirkan. Plan bekerja di lebih dari 70 negara.
“Di Indonesia, Plan International memulai kerjanya pada 1969 berdasarkan nota kesepahaman dengan Pemerintah Indonesia. Saat ini kami bekerja di 4 propinsi: DKI Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dan mensponsori lebih dari 40.000 anak”, tulis Tari. (sandrowangak)