suluhnusa.com_Di sini. Di perantauan bukan mimpi kami. Menjadi pekerja perempuan di perantauan sesungguhnya, bukan mimpi kami sebagai perempuan Lamaholot
Kami di sini (baca: perantauan) karena tuntutan yang mengharuskan kami ada. Tuntutan yang mengiakan kami memilih meninggalkan sebagian dari yang kami punya.
Sesama kita memang berpijak pada satu bumi tapi roda kehidupan ini milik masing masing kita , kadang kala kita di atas sambil menertawakan mereka yang di bawah kita dan kadang pula kita menjadi yang terbawa lalu menyesali nya. Itulah hidup !
Tetapi tiada jalan yang lebih mudah selain mencoba untuk menyelesaikan perjalanan selanjutnya. Sebagai kaum perempuan yang selalu di urutkan pada kedua setelah lelaki bukan selalu benar demikian karena kita punya peran yang lebih tangguh dari laki-laki. Berikut kisah perempuan Lamaholot dalam peran nya sebagai tulang punggung keluarga.
Perempuan Lamaholot tergolong perempuan yang kuat, penyabar dan pekerja keras. Demikan juga dengan Kewa (bukan nama sebenarnya) salah satu perempuan Lamaholot ini. Perjuangannya mempertahnakan pendidikan empat orang anaknya di tengah kehancuran rumah tangganya. Perempuan Lamaholot ini tahan banting dengan setiap persoalan hidup yang begitu panjang. Dari persoalan ekonomi sebagai seorang ibu sekaligus ayah menafkahi empat orang anak sekaligus, menyiapkan setiap tuntutan adat istiadat tepat pada waktunya dan tidak bisa tertunda meskipun harus berhutang. Ditambah lagi dengan persoalan keluarga yang menghampiri , tapi selalu menjawab semuanya akan baik baik saja. Inilah contoh sekelumit kisah perempuan Lamaholot.
·
Tidak hanya itu saja beban akan tanggung jawab akan hutang dan pendidikan anak -anaknya membuat tangguhnya perempuan Lamaholot ini sejenak berpikir untuk mencari jalan meringankan sedikit beban berat di pundaknya .
Maka jalan akhirnya adalah menyeberangi lautan menyisahkan duka demi sesuap nasi dan bayaran masa depan akan buah hatinya. Merantau adalah jalan awal memulakan sebuah Perjuangan melalui tangis dan pelukan ciuman terakhir .
perjuangan untuk mencapai impian atau cita-cita, masih di perhadapkan dengan berbagai kondisi dan konstruksi budaya yang memperlihatkan sisi-sisi kontroversialnya terutama terhadap berbagai persoalan yang membelenggu perempuan lamaholot.
Konstruksi budaya lamaholot, perempuan dalam kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang sebenarnya memiliki kedudukan yang sama dengan kelompok manusia yang lain yakni kaum laki-laki. Bagi orang Lamaholot Perempuan dapat di golongkan dalam kelompok kelas dua.
Berbicara tentang perjuangan bagi segenap Perempuan lamaholot barangkali bukanlah hal yang luar biasa, juga bukan merupakan sebuah tanggungjawab, atau juga bukan merupakan hak,tapi perjuangan itu lebih cendrung bukan menjadi milik seorang perempuan tetapi lebih pada representasi dari julukan untuk kaum adam adalam mempertahankan hidup dan keturunanya untuk mengisi bumi Solor Watan Lema itu.
Catatan ini tidak untuk membangun konstruksi baru terhadap perempuan Lamaholot, tetapi paling tidak dalam skala prioritas pembangunan Perempuan mesti dilibatkan agar tidak lagi mencari jalan untuk merantau dinegeri orang.
Sebab perempuan Lamaholot dilahrikan tidak untuk merantau. Salam dari perempuan lamaholot di Sabah Malaysia.
Fani Stefani
Acra pa nw,,,,,
ini waktu kunjungan turis di waiwaru..ile ape
Perempuan Lamaholot Dilahirkan Tidak Untuk Merantau. Tulisanya and ulasanya sangat bermanfaat & semoga tetap terjaga.