suluhnusa.com_Melanesia merupakan ras yang umumnya berkulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat, serta bertubuh atletis.
Masyarakat di 11 Kabupaten di Provinsi NTT termasuk dalam ras Melanesia yaitu orang–orang dengan ciri bermkulit hitam dan berambut kriting.
“Kita di NTT ada 11 Kabupaten yang tergolong Ras Melanesia karena memiliki kesamaan etnis, jelas Gubernur NTTFrans Leburaya di Kupang, Senin 26 Oktober 2015.
Ke 11 Kabupaten yang masyarakatnya tergolong Ras Melanesia yaitu masyarakatKabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Malaka, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende dan Kabupatan Ngada.
Dalam Jamuan makan malam bersama peserta 11 Kabupaten se NTT yang masuk dalam ras Melanesia, Lebu Raya, menegaskan, Melanesia bukan sebuah Negara tetapi merupakan suatu kawasan budaya.
“Festival Ras Melanesia ini bertujuan untuk menjalin persahabatan dan kerjasama antara Negara Ras Melanesia di kawasan Pacific Selatan. Saya tahun ini, saat kegiatan Pesparawi di Ambon, bersama empat Gubernur lainnya sudah menandatangani semacam nota kesepahaman untuk menjalin persaudaraan di antara ras Melanesia. “, ujar Leburaya.
Festival Ras Melanesia direncanakan berlangsung 5 hari, 26-30 Oktober 2015 di kota Kupang. Dalam Festival Ras Melanesia yang akan diikuti sekitar 800 orang peserta, akan di gelar Symposium, Festival Budaya, Pemutaran Film serta kegiatan di kegiatan Budaya di Museum.
Kedatangan para peserta termasuk delegasi dari 7 Negara pada Selasa, 27 Oktober 2015 dan pada hari yang sama mulai digelar pemutaran film yang berkaitan dengan budaya Melanesia di Aula Utama El Tari Kupang dan kegiatan pembukaan juga Galla dinner di Hotel Kristal Kupang, Rabu, oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
“Melanesia berasal dari bahasa Yunani yakni Pulau Hitam. Bahwa pulau ini dihuni oleh orang-orang kulit hitam. Dan Indonesia, khusunya NTT masuk dalam Ras Melanesia sehingga untuk pertama kalinya digelarnya Festival Budaya Melanesia di Kupang,” ungkap Lebu Raya saat makan malam bersama perwakilan 11 Kabupaten se NTT, di rumah jabatan, 26 Oktober 2015.
Lebu Raya berharap, agar Festival Budaya Melanesia ini bukan hanya untuk menjalin hubungan persaudaraan diantara peserta yang sama-sama ber-ras Melanesia. Tapi lebih dari itu ada sasaran besar yakni menciptakan perdamaian di dunia yang bisa dicapai.
“Kita semua bisa turut menciptakan dunia yang damai melalui hubungan komunikasi budaya antar ras budaya Melanesia. Kita akan bangun persahabatan untuk jangka panjang demi pembangunan dan perdamaian negeri dan dunia ini,” kata Lebu Raya.
Sebab, keanekaragaman budaya Melanesia itu tidak boleh di persoalkan namun harus dihargai dan dihormati. Karena dari keanekaragaman itu biasanya ada persamaan dan persamaan itulah yang harus dicari sehingga bisa dijadikan kekuatan untuk menyatukan keanekaragaman budaya dimaksud.
“Inilah momentumnya. Diharapkan secepatnya kita bisa diterima menjadi anggota negara-negara Ras Melanesia. Festival ini akan membuat dunia atau masyarakat Ras Melanesia akan mengenal Indonesia, NTT,” tuturnya.
Gubernur berharap masyarakat NTT bisa menjadi tuan rumah yang baik dan tidak sulit menjadi tuan rumah yang baik.
“Terimalah semua tamu yang datang kesini sebagai saudara sendiri. Jangan biarkan mereka sendirian dan kelaparan, ramahlah,” harap Gubernur Lebu Raya.
Sementara itu, Pater Gregonius Neonbasu, Ahli Bidang Melanesia dari Nusa Tenggara Timur mengatakan, Melanesia merangkum tiga hal penting yaituprosperity, humanity, and solidarity. “Ini akan tersampaikan kepada dunia dan negara-negara asing,” tutur Neonbasu. (sandrowangak)