Untuk mengambil air saja mesti ada aturan. Selain ada aturan, juga dibatasi setiap kepala keluarga. Demikian susahnya air di Desa Oebesi. Susah memang sampai ada masyarakat yang mengeluh sembari menangis. Aturannya apa saja ? Lalu bagaimana solusi ?Siapa yang mendatangkan bahagia sembari menghapus air mata warga ?
Desa Oebesi, sebuah desa kecil di tengah diantara lembah di Kecamatan Amarasi Timur. Secara administrasi Desa Oebesi masuk dalam wilaya Kabupaten Kupang. Sehari hari masyarakat bekerja sebagai petani dan peternak. Sebagai wilayah terisolir jauh di dasar Lembah, Oebesi menjadi sulit untuk dijangkau. Bahkan masyarakat desapun mengalami kesulitan. Air adalah masalah utama.
Warga Oebesi saban hari harus berebutan dengan binatang peliharaan untuk mengkonsumsi air. Selain air, warga di sana juga kekurangan listrik dan jaringan telekomunikasi. Kesulitan ini benar benar menyiksa warga.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Desa Oebesi Kornelis Nenoharan kepada Citra Wirasakti di Kantor Desa Oebesi, awal September silam. Dia mengungkapkan warganya memiliki kesulitan air bersi. Betapa tidak setiap hari warga harus berrebutan dengan binatang peliharaan guna mendapatkan air bersih. Khususnya warga dua RT dengan jumlah 133 Kepala Keluarga dan 815 jiwa. Hanya satu sumur galian yang dipakai warga mendapatkan air bersih.
Beruntung, demikian Nenoharan, Babinsa yang ditugaskan dari Danramil Amarasi, Korem 161 Wira Sakti Kupang bersama dirinya dan warga Oebesi tak pernah mengenal lelah. Mereka berjalan keliling kampong. Masuyk dan keluar hutan. Mendaki tebing dan menuruni lembah untuk mencari mata air. Babinsa itu bernama Mikson Banamfatin, berpangkat Sersan Dua. Mikson yang ditugaskan di Desa Oebesi sejak 2008.
Sejak kedatangan suami Lisnawaty Silawan ini dirinya langsung melakukan beberapa program untuk membantu kesulitan warga. Bersama kepala desa, Mikson mencari mata air di antara ngarai dan lembah. Dan ternyata di salah satu lembah di pinggir desa, mereka menemukan mata air. Nama mata air Monto’ov.
Setelah mendapatkan mata air dalam lembah diantara rimbunan pohon bambu, Kepala Desa bersama Mikson lalu mengumpulkan warga untuk membahas bagaimana membuat mat air itu berguna bagi mereka. Berbagai upaya dilakukan. Berbagai usaha diupayakan. Hasilnya, bersama warga mereka menggali mata air itu dan membuatnya menjadi mata air permanen dengan program semensisasi.
Hasilnya mata air monto’ov yangt sejak dahulu kala dikenal keramat itu kini bisa di gunakan warga untuk konsumsi ternak. Karena letaknya sekitar 400 meter dari kampong dan 100 meter dari jalan umum, mata air Monto’ov disepakatoi bersama warga hanya untuk digunakan sebagai konsumsi ternak. Satu kesulitan sudah mendapat solusi.
Pasalnya, sebelum mata air monto’ov ini ditemukan warga bersama ternak peliharaan hanya mengkonsumi air sumur yang berada di pinggir kampong. Nah, setelah mata air monto’ov ditemukan dan diperbaiki, sumur tersebut hanya bisa digunakan oleh warga untuk mendapatkan air bersih.
Itupun, ditaur dengan aturan. Bahwa, warga boleh mengambil air di sumur itu saat ayam turun tanah dan berakhir pada saat ayam naik pohon. Setiap kepala keluarga hanya dijatah delapan ember. Bila menggunakan motor atau gerobak hanya bisa dua kali angkut tetap dijatah delapan ember. Bila melanggar denda 100 ribu.
Walau demikian warga merasa terbantu dengan penemuan mata air Monto’ov. Belum habis kesulitan air warga sudah mendapat kesulitan baru yakni jaringan telkomsel, listrik dan rumah juga akses jalan.
Semua kesulitan ini tidak mematahkan semangat Mikson, sang kepala desa dan warga. Mereka bahu membahu saling membantu untuk memecahkan seabrek kesulitan ini. Rumah warga misalnya. Mikson berbekal surat permohonan dan proposal dari Kepala Desa, menghadap Dinas Perumahan dan pekerjaan umum kabupate Kupang. Hasilnya, 35 warga mendapat rumah dan pemasangan listrik gratis.
Menurut Mikson, semua ini dia lakukan karena dirinya sungguh memahami arti TNI bersama warga. Menurutnya, dia tidak tega melihat warga sementara dirinya diminta untuk menjadi solution maker di desa.
Tidak hanya air dan rumah juga listrik. Akses jalan pun dicarikan solusinya. Bersama warga mereka melakukan program padat karya memperbaiki dua ruas jalan. Pertama jalan yang menghubungkan desa Oebesi dan Pakubaun sepanjang 100 meter dan jalan warga menuju ke daerah usaha tani sepanjang 700 meter. Semuanya dikerjakan bersama warga selama tiga hari saja. Luar biasa.
Semua usaha Mikson bersama warga itu, dilakukan semata mata agar masyarakat terbantu dengan kehadiran TNI di desa. sebab sebagai prajurit dirinya harus mengabdi kepada Negara. Dan Negara adalah rakyat itu sendiri.
Tahun 2014, Mikson Banamfatin mendapat kepercayaan dari Telkomsel berkat usahanya untuk membantu warga membangun satu tower telkomsel. Dan saat ini warga desa Oebesi yang jauh dilembah tidak lagi terisolir. Mereka bisa berkomunikasi dengan dunia luar menggunaka jaringan telkomsel ini.
Bagi Mikson, menjadri prajurit TNI tidak mesti mengangkat senjata atau memikul senapan. Tetapi menjadi prajurit TNI harus bisa menjadi sosok terdepan dalam membela kepentingan rakyat. Dan hasilnya, warga Oebesi saat ini bisa tersenyuk gembira. Tak ada lagi genangtan air mata saat mereka hendak mencari air bersih sebab mata air itu sudah ada dihadapan warga berkat ketelatelan Mikson, Kepala Desa Oebesi, Kornelis Nenoharan dan warga oebesi sendiri.
Dan berkat keberhasilan Mikson Banamfatin, menghapus air mata warga Oebesi dengan Air mata itu, dirinya mendapat penghargaan dari Pangdam X Udayana berupa kendaraan operasional pribadi berupa sebuah sepeda motor mega pro. Hadiah ini menurut Mikson, sebagai bentuk tanggungjawab moril dirinya untuk terus mengkampayekan bahwa bersama TNI dan Rakyat, Negara menjadi kuat. Dengan cara, selalu mencari solusi memecahkan kesulitan warga sehingga warga merasa bersama TNI mereka mendapat harapan untuk hidup. (sandrowangak)
Profil Mikson Banamfatin
Nama : Mikson Banamfatin
Pangkat : Sersan Dua
Masuk TNI tahun 1993-pendidikan di Singaraja, Menjadi Caba Babinsa 2013
2006 : bertugas di Oesena – Kabupaten Kupang
2008 : bertugas di Oebesi Amarasi Timur – Sekarang
Istri : Lisnawaty Silawan
Anak :
- Yunita Mayasari Banamfatin
- Yosepthy Dwiko Holan Banamfatin
- Lidya Alya Banamfatin
- Mesi Triwi Intan banamfatin
Alamat : RT 10/ RW 04 Kelurahan Naibonat