suluhnusa.com_Anak jalanan. Anak yang bukan kerjanya jalan-jalan. Tetapi anak yang mencari rejeki sekedar untuk hidup. Mereka Berpeluh di jalanan. Mereka berkesah di simpang-simpang jalan. Bukan berpangku tangan namun bekerja.
Walau sudah bekerja keras tetapi kasus kasus kekerasan terhadap anak merupakan isu sentral yang banyak dibicarakan dewasa ini. Meskipun telah diberlakukan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, namun masih saja kekerasan terhadap anak marak terjadi. Berita tentang anak jalanan seolah-olah tidak ada henti-hentinya. Derita dan penyiksaan yang mereka alami terkadang membuat kita sedih. Mereka harus berjuang ditengah-tengah kota yang kejam untuk mendapatkan sejumlah uang agar mereka bisa bertahan hidup dan tidak kelaparan.
Di kota Kupang, Saban Hari di Pasar Inpres Naikoten, ada anak yang sebelum ayam berkokok tanda hari menjelang pagi, segerombolan anak sudah menarik gerobak. Mencari pembeli atau pengunjung pasar yang hendak menggunakan jasa gerobak. Tak jauh dari Pasar Inpres, di dekat Persimpangan Polda NTT, ada anak-anak penjual koran harian Lokal yang terbit pagi itu.
Tengok sejenak ke pesisir pantai. Namanya pantai oeba. Lokasi penampungan ikan saat nelayan menjual ikan sejak tengah malam. Ada anak-anak di sana. Menjajahkan ikan. Mendorong gerobak. Dan memikul bakul. Semua itu dilakukan sebelum berangkat ke sekolah saat matahri sudah terbit.
Keuntungan yang mereka terima tidak seberapa, namun itu harus mereka lakukan agar mereka tetap hidup. Karena banyaknya jumlah anak jalanan yang mengais rejeki, maka pemerintah pusat lalu mengeluarkan program soal Kota Layak Anak dan Sekolah Layak Anak. Sehingga kebutuhan dan hak anak dapat terjamin. Dan kota Kupang masuk sebagai Kota Layak Anak.
Walau demikian kekerasan tehadap anak tidak pernah hilang. Masih saja terjadi dan mungkin saja terus terjadi. Tak heran memang anak jalanan yang mendapatkan perilaku yang kurang mengenakkan seperti kekerasan dan kekerasan yang di terima oleh mereka tersebut didapat dari para atasan-atasan mereka ataupun orang tua yang memaksa mereka untuk membantu dalm mencari uang.
Hal ini jelas akan sangat perpengaruh terhadap jiwa psikologis dari setiap anak jalanan yang menerima sikap agresi tersebut. Karena agresi itu sendiri adalah suatu penyerangan atau serbuan ataupun ungkapan kemarahan yang ditandai dengan emosi yang tinggi.
Apabila dilihat secara umum, agresi merupakan setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak orang lain dan korbannya tersebut adalah anak jalanan.Yang dimana tujuan dari agresi itu sendiri adalah untuk melampiaskan emosi dan pelaku agresi tersebut tidak memikirkan dampak dari perbuatannya tersebut.
Orang tua yang sudah terlanjur marah kepada anak jalanan tersebut bisa saja melakukan perilaku agresi tanpa control, yaitu bisa berupa perilaku fisik atau lisan yang disengaja untuk menyakiti anak jalanan tersebut. Perilaku agresi orang tua kepada anak jalanan juga bisa terjadi karena factor dari luar yang mengancam orang tua tersebut dan melampiaskannya kepada anak jalanan.
Apabila dilihat dari sisi anak jalanannya, mereka akan mendapatkan dampak buruk kedepannya. Karena perilaku agresi yang di terima oleh anak jalanan ini dapat terus berlanjut dari generasi ke generasi dan bila perilaku agresi yang dilakukan orang tua kepada anak jalanan ini berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, dapat berdampak pada kepribadian mereka. Misalnya menjadi lebih pendiam, kurang ceria, pendendam, dan lain-lain. Ini akan sangat tidak baik untuk kedepannya.
Bila dilihat dari sisi orang tua, bisa jadi mereka mengami semacam frustrasi yang mengakibatkan mereka melampiskan perilaku agresi mereka kepada anak-anak mereka yang bekerja di jalanan. Orang tua ini biasanya mempermasalahkan hasil setoran yang tidak memenuhi target atau keinginan mereka sedangkan kebutuhan mereka sangat mendesak dan membutuhkan banyak biaya. Karena menurut teori frustrasi-agresi klasik, frustrasi dapat menyebabkan agresi. Namun walaupun seperti itu, biasanya pada kenyataannya, individu yan mengalami frustrasi tidak selalu agresif dan tidak semua agresi adalah hasil frustrasi.
Hal ini harus segera ditangani, karena dapat berdampak buruk bagi jiwa psiklogis setiap anak jalanan yang menerima agresi. Baik itu berdampak saat itu juga maupun kedepannya karena agresi dapat berlanjut dari generasi ke generasi dan tidak akan berhenti. Orang tua juga harus bisa lebih sabar dan mengontrol emosi kepada anak-anaknya. Karena anak jalanan juga telah ikut membantu para orang tua dalam mencari nafkah demi kelangsungan hidup. Lebih baik apabila anak-anak jalanan tersebut juga mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan pada usia seperti itu. Misalnya seperti pendidikan yang layak, perhatian dan kasih sayang yang mungkin sangat jarang mereka dapatkan karena harus mencari uang di jalanan.
Nah, untuk mengatasi dan meringankan beban anak-anak jalanan ini, Jumad, 13 Desember 2013, sebanyak 300 anak jalanan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur menerima bingkisan natal dari sebuah yayasan dan televisi swasta nasional.
Bingkisan natal tersebut terdiri dari sembako dan peralatan tulis diserahkan di aula rumah dinas gubernur Nusa Tenggara Timur saat perayaan natal bersama anak jalanan. Anak-anak tersebut selama ini bekerja sebagai penjual koran, pendorong gerobak, dan pemulung.
Ketua Panitia Natal Fony Melle, saat menghubungi suluhnusa.com mengatakan perayaan natal tersebut mendapat dukungan dari Pemerntah Kota Kupang, sejumlah gereja dan sekolah.
Pemberian bingkisan dan persayaan natal ini menurutu Melle, dikemas dalam semangat Tuhan Yesus Sayang Katong.
Sedangkan Pendeta Ronny Runtu, dalam Kotbahnya seperti di tuturkan Melle, mengatakan Natal bersama merupakan sebuah langka guna mendorong pemerintah daerah memberikan perhatian bagi anak jalanan. Anak-anak tersebut berasal dari sejumlah kabupaten di Pulau Timor yang datang ke Kota Kupang untuk bekerja. Anak jalanan butuh uluran tangan. Mereka butuh perhatian dari pemerintah dan gereja. Apa kabar kawan..??Salam Damai natal dan Bahagia tahun Baru untuk Sahabat-Sahabat di Jalanan. (sandro wangak)