suluhnusa.com – MESKI wilayah Lembata baru memasuki musim penghujan, namun banjir yang meluap di Kali Wai Ma, Desa Riang Dua, Kecamatan Nubatukan, Senin (26/11), dan akhirnya merobohkan jembatan tersebut.
Jembatan darurat yang baru selesai dibangun dan digunakan pada beberapa bulan terakhir ini, ambruk pada Senin (26/11) malam.
Terputusnya jembatan yang dibangun pada bulan Februari 2018, dengan anggaran APBD II, senilai Rp.1,6 miliar, disebabkan banjir yang menggerus Oprit jembatan sepanjang 3 meter. Karena itu, banjir tidak lagi melewati gorong-gorong yang sudah dibangun hingga memutus jembatan tersebut.
Akibatnya arus lalu lintas dari dan menuju tiga Kecamatan Di Pesisir Lembata itu macet total.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lembata, Paskal Tapobali, kepada wartawan, Selasa (27/11), menjelaskan, ambruknya jembatan yang baru digunakan April 2018 itu karena padatnya material sampah yang menyumbat gorong-gorong.
“Akibat banjir pada hari pertama sudah menggerus oprit. Pada hari kedua, Oprit pada bagian Timur Jembatan itu akhirnya putus sepanjang 3 meter. Memang kemarin itu hujan lebat di Desa Riang Dua dan wilayah gunung. Kalau melihat muka air, pada hari kedua ini tidak seberapa sebab tidak melampaui bagian Mercu jembatan,” ujar Pascal Tapobali.
Paskal Tapobali menjelaskan, Bupati Lembata memerintahkan penanganan emergensi dengan melakukan normalisasi kali Wai Ma.
“Kita sudah upayakan normalisasi, dengan mengalirkan air kembali ke gorong-gorong krmudian memperbaiki Oprit, dengan membangun Oprit yang kuat. Untuk sementara, arus lalulintas kita alihkan melalui jalur jalan yang lama, walau memutar agak jauh,” ujar Tapobali.
Mantan Aktivis PMKRI Kecam Kualitas Jembatan
Aksi penanganan darurat paska jebolnya Jembatan Waima di Kabupaten Lembata Selasa (27/11/2018) diwarnai aksi unjuk rasa Bedi Roma.
Bedi ini hadir di antara kerumunan warga yang sedang menyaksikan proses pembukaan jalur darurat sementara untuk warga yang hendak bepergian melewati jalur tersebut.
Jembatan Waima merupakan jembatan yang menghubungkan ruas jalan antara Kecamatan Nubatukan dan Nagawutung.
Jembatan yang dibangun dengan total anggaran Rp 1,6 miliar tersebut diketahui putus pada Senin (26/11) malam sekitar pukul 19.00 Wita.
Dalam orasinya, Mantan aktifis PMKRI ini meluapkan kekecewaannya terhadap Pemerintah Kabupaten Lembata yang dinilainya telah gagal merencanakan konstruksi bangunan jembatan ini.
“Ini kecelakaan perencanaan tanpa memperhitungkan arus air, maka model seperti ini hasilnya,” tegas Bedi.
Ia juga menyalahkan pemerintah yang memaksakan pembangunan jembatan dengan konstruksi yang tidak memenuhi syarat dan pembangunannya terkesan dipaksakan menggunakan dana emergensi.
“Kita paksa bangun pakai dana emergensi, harusnya analisa emergensi terhadap kecelakaan bencana itu didahulukan sehingga konstruskinya bisa tahan dengan baik dan benar,” tandas Bedi.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lembata, Paskalis Tapobali menjelaskan, pembangunan Jembatan Waima sudah sesuai prosedur yang benar. Ia menjelaskan bahwa yang bagian yang jebol tersebut adalah oprit yang berfungsi menahan obutmen jembatan.
“Ini Rp 1,6 miliar dengan stuktur utama jembatan masih kuat. Kemudian yang menjadi soal itu kan opritnya, karena air yang mengalir itu dia lari ke kiri kanan dinding sehingga dia menggerus badan oprit berserta dengan tanah urukan semuanya,” kata Paskalis.
Ia juga menjelaskan, bahwa jembatan ini dibangun menggunkan dana emergensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sudah mendesak. “Pembangunan ini segera dan darurat karena masyarakat sudah setengah mati dan mengeluh,” kata Paskalis.***
sandro wangak