suluhnusa.com_ Brimod dan Sabhara dalam tubuh Polri mestinya dipahami sebagai saudara kandung.
Pos Polisi Fautuli hancur berantakan. Diakibatkan ketersinggungan antara anggota Sabhara dan Brimob yang bernaung dalam satu rumah yang namanya rumah Polda NTT.
Brimod dan Sabhara dalam tubuh Polri mestinya dipahami sebagai saudara kandung. Tetapi ternyata hal ini tidak dipahami dengan baik oleh anggota Polri di Polda NTT.
Kejadian penyerangan Pos Polisi Fatululi, Rabu, 7 Oktober 2014, sekira Pkl. 13.20 itu sungguh memalukan. Sebab ibarat, saudara kandung saling membantai.
Kapolda NTT, Brigjen Endang Sunjaya mengatakan, kasus itu berawal dari pesta syukuran wisuda di Kelurahan Kayu Putih. Bahwa anggota Shabara Polres Kupang Kota yang berniat membubarkan pesta tersebut terlibat cekcok mulut dengan anggota Brimob Polda NTT yang saat itu tidak berpakaian dinas Polri.
“Kasus ini berawal dari pesta semalam. Ketika anggota Shabara Polres Kupang Kota yang bertugas dalam operasi miras saat itu terlibat cekcok dengan salah satu anggota Brimob Polda NTT yang akhirnya terbawa hingga munculnya kejadian ini,” ungkap Sunjaya.
Sunjaya mengatakan, kasus ini akan diselesaikan secara internal oleh Polda NTT. Anggota Shabara dan Brimob Polda NTT, akan dipanggil untuk diselesaikan secara internal.
“Yang dirusak oleh anggota Brimob Polda NTT ini adalah barang milik sendiri, sehingga akan dilakukan perbaikan oleh Polri sendiri dan kasus itu akan berakhir di sini saja,” ujar Kapolda.
Kejadian ini menjadi tontonan menarik warga yang melintas di persimpangan Trafic Light Fatululi. Kejadian ini mengakibatkan kaca pantau pos pol fatululi rusak, satu buah tv, satu sepeda motor dibanting.
Saksi mata disekitar Lokasi Kejadian yang nggan namanya disebutkan, mengatakan, sebelum dilakukan penyerangan Anggota Brimob yang diperkirakan berjumlah sekitar 50an orang ini cekcok mulut terlebih dahulu dengan piket pos pol, bernama Endy Boko.
“Mereka cekcok tidak lama, lalu lansung kasih rusak itu kaca jendela, tv. Ada motor juga yang dibanting. Itu anggota Brimob dong datang mangkali ada sekitar 50, pake sepeda motor” ungkap wanita paru baya yang keseharian berjualan ini.
Himbauan Danrem 161 Wira Sakti
Komandan Korem 161 Wira Sakti Kupang mengungkokan mestinya kejadian penyerangan Po Polisi Fatululi tidak boleh terjadi. Sebab salah satu perekat kesatuan dan persatuan itu adalah Polri juga Tentara Nasional Indonesia. Akan tetapi, sering terjadi perselisihan di tingkat bawah antara prajurit TNI dan Anggota Polri. Bahkan anggota Polri dengan Anggota Polri juga. Mestinya Anggota tidak boleh terpancing. Polri dan juga TNI harus bisa memberikan teladan.
Sebab bila TNI-Polri hancur, NKRI diambang kehancuran. NKRI diibaratkan sebagai sebuah bangunan. TNI dan Polri adalah penyngga terdepan. Keduanya saling membutuhkan. TNI POlri harus saling menjaga. Saling menolong dan saling melindungi.
Untuk menghindari konflik antar angkatan di wilayah hukum Korem 161/Wirasakti Kupang, ditegaskan tantangan bela Negara saat cukup berat. Ada potensi perang simetris, perang Proxy, dan lain-lain yang berpotensi mengancam keutuhan NKRI. Untuk menghadapi tantangan-tantangan berat itu, personil TNI 161 Wirasakti Kupang khususnya harus kuat dalam mengilhami doktrin untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Sekedar diketahui, sejak tahun 2012, konflik TNI dan polri sudah terjadi sekitar 27 kali. Pertanyaan yang mucul, kenapa bentrok antara TNI dan POLRI terus terjadi ? siapa yang akan mengamankan dan menjaga keutuhan NKRI ? bukankah militer maupun Polisi merupakan aparat penegak hukum yang memperjuangkan keamanan dan ketentraman warga Negara Indonesia. apabila TNI dan POLRI bentrok, lalu kepada siapa warga akan menyandarkan harapannya ? apakah rakyat harus menjaga keamanan dan melindungi keutuhan NKRI sendiri dengan mengangkat senjata ?
Sebab bukan hanya soal wilayah territorial yang menjadi tanggungjawab prajurit TNI dan Polri tetapi juga pelayanan kepada masyarakat, menciptakan perdamaian dan menjadi agen dalam mewujudkan situasi yang kondusif. Agar rakyat bisa merasa bahwa, “Bersama Rakyat TNI-POLRI Damai dan Bersama TNI-POLRI Rakyat Damai”.
Melihat situasi ini, maka prajurit TNI di wilayah Korem 161/Wirasakti Kupang mesti bisa memerangi musuh bersama yakni ego dalam diri. Termasuk anggota Polri. Sebab ego dalam diri menjadi pemicu munculnya konflik ini. Ego diri, harus menjadi musuh bersama dalam diri setiap prajurit TNI-POLRI.
Hendaknya masing-masing prajurit TNI-POLRI berpikir jernih dan bermoral. Menghargai pengorbanan pendiri dan pendahulu institusi TNI dan Polri. Bersikap Arif dan tidak mengorbankan institusi hanya untuk melindungi oknum yang tidak bertanggung jawab.
Jajaran TNI dan POLRI diharapkan bisa menjadi teladan dan pilar dalam menciptakan dan mempertahankan kerukukan. Kerukunan yang tercipta dikalangan TNI dan POLRI bisa ditularkan kepada segenap elemen masyarakat, sehingga benih-benih konflik sosial di tengah masyarakat bisa diredam .Apabila TNI dan POLRI dapat rukun dan saling kerjasama maka NKRI akan menjadi Negara yang aman dan sejahtera baik di dalam negri maupun diluar negri.
Masyarakat menaruh harapan, keamanan, serta loyalitas dari kesetiaan TNI-POLRI, sebagai penjaga keamanan dan kedamaian. (sandrowangak)