suluhnusa.com_Kepolisian Daerah (POLDA NTT), harus segera mengusut porses pemberian ijin LKF Mitra Tiara yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Flores Timur.
Demikian salah satu simpulan dari diskusi panel yang digelar oleh Komunitas Diskusi dan Advokasi (KODA) Nusa Bunga, pada hari rabu tanggal 12 February 2014, bertempat di aula UPT Perkebunan, jalan Polisi Militer-Kupang.
Diskusi Panel yang bertemakan Telaah Atas Fenomena Investasi Bodong di Kabupaten Flores Timur, menghadirkan tiga orang panelis Dr.Thomas Ola Langodai, menelaah fenomena investasi bodong dari perspektif ekonomi; Lasarus Jehamat,S.sos.MA, menelaah fenomena investasi bodong dari perspektif Sosiologis; dan Kasmirus Kopong,S.pd, menelaah perbandingan antara credit union dengan LKF Mitra Tiara dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.
Diskusi yang berlangsung sekitar 3,5 jam ini, dimoderatori oleh Emanuel Antoni Muli, dengan peserta yang terdiri atas Aktivis Mahasiswa ,Orang Tua Lamaholot yang berdomisi di Kupang dan Pers.
Fenomena Investasi Bodong Mitra Tiara menegaskan bahwa masyarakat Flores Timur sedang diguncang oleh arus besar Neoliberalisme. Pemberian ijin operasi LKF Mitra Tiara, mengindikasikan telah terjadi persekongkolan antara Negara yang terpesonifikasi melalui Pemerintah Daerah Flores Timur, dengan kepentingan modal dalam hal ini LKF Mitra Tiara.
“Kaki Neoliberalisme telah menampak dalam berbagai bentuk,sampai ke level lokal sekalipun. Kasus investasi bodong Mitra Tiara di Flores Timur kental menunjukan hal ini. Di sini, kekuatan modal dalam langgam invisible hand – Adam Smith, telah bersekongkol and berselingkuh dengan Negara dalam langgam Pemerintah Daerah Flores Timur”, urai Jehamat dari perspektif sosiologis.
Untuk mengenali praktek investasi bodong, Kasmirus Kopong menguraikan ciri-ciri investasi bodong antara lain adalah modal bisnisnya tidak jelas, profit yang tidak masuk akal, janjikan bagi hasil yang tidak realistik, dan administrasinya tidak jelas.
“Credit union menawarkan dua cara dalam pengelolaan keuangan yakni kembali ke akarnya dimana yang ditekankan adalah kepercayaan local dan cara yang ke dua yakni dengan memberikan pendidikan Financial Literacy”, ujar Kasmirus.
Modus investasi bodong dapat dikenali dalam tiga skema,yakni Skema Ponzi,Skema Pasar Modal dan yang terakhir adalah skema informasi asimetris.
“Terkait Lembaga Keuangan Financial (LKF) Mitra Tiara, dari segi nama Lembaga keuangan Financial,telah menunjukan bahwa telah terjadiasymmetry information.
Nama itu hanya dipahami oleh manajemen, sementara mungkin kebanyakan nasabah tidak memahaminya. Mereka hanya memahami bahwa uang yang disimpan dapat menjadi 2 x lipat dalam waktu 10 bulan. Suatu jumlah yang luar biasa jika dibandingkan dengan menyimpan di bank atau koperasi” jelas Ola.
Selain mengusut proses pemberian izin LKF Mitra tiara, beberapa simpulan lain dari diskusi panel ialah mendesak pihak POLDA NTT untuk segera menangkap Niko Ladi pemilik LKF MItra Tiara; bagi pemerintah daerah flores timur, mendesak pemda flotim untuk memperketat pengeluaran izin dan mengevaluasi keberadaan Lembaga Keuangan Non Bank yang berada di flotim; bagi masyarakat perlu diberikan edukasi dan informasi terkait pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bagaimana membaca peluang usaha pada sector Agraris-Maritim-Merhantilis (AMM).
Simon Kiwang Tabi sebagai Koordinator Koda Nusa Bunga, dalam sambutannya menyampaikan bahwa KODA Nusa Bunga hadir dan merasa terpanggil melihat fenomena-fenomena sosial yang hadir dan mendera masyarakat Flores Timur.
Dan salah satu fenomena yang cukup mendera masyarakat Flores Timur saat ini adalah munculnya beberapa lembaga keuangan bodong berkedok koperasi dan Lembaga Kredit Financial (LKF).
“Kami heran,kenapa kasus-kasus ini terus bermunculan,dan tidak ada pencegahannya,pemerintah dalam hal ini terkesan tutup mata dan bahkan secara tahu dan mau memberikan izin operasinal terhadap lembaga-lembaga bodong tersebut. Bahkan kasus LKF Mitra Tiara yang kini mencuat,dan telah dibawa ke ranah hukum,belum juga ada kejelasannya”,ujar Tabi di sesi yang berbeda (laurens leba tukan/ bosco ritan)
hati2 dengan program sejenis yg makin marak di indonesia.