SULUH NUSA, LEMBATA – Modal dasar pembentukan KSP senilai 250 juta rupiah, berasal dari program anggur merah yang di gelontorkan almahrum mantan Gubernur NTT, Frans Leburaya tahun 2016 silam, ditambah 200 juta rupiah dari modal anggota.
Lesunya perekonomian di tingkat masyarakat Desa, ternyata sudah memporak porandakan 54 KSP dari total 150 KSP yang pernah berdiri di Lembata. Salah satunya Koperasi Desa Ataili, Kecamatan Wulandoni,Kabupaten Lembata, NTT.
Jumad, 25 Februari 2022, Koperasi simpan pinjam (KSP) Sisi Rimba, Desa Atawai, Kecamatan Nagawutun, dan KSP Desa Ataili, Kecamatan Wulandoni, menjadwalkan Rapat Umum Tahunan (RAT).
Kedua Koperasi itu termasuk 53 Koperasi Desa yang masih eksis dan berkategori sehat.
Koperasi simpan pinjam itu didampingi Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lembata.
Namun, perjalanan mengikuti RAT dua KSP yang tumbuh dan berkembang di Dua Desa, menumbuhkan kepercayaan diri warga untuk menata ekonominya secara mandiri.
“Ini aset perekonomian di kampung. Dalam perjalanan 7 tahun, KSP Desa Ataili sudah membantu sektor pendidikan, kesehatan, pembangunan dan usaha usaha kecil di kampung ini,” ujar Yohanes Lalang, Kabid Koperasi, Dinas Koperindag Kabupaten Lembata.
Sementara itu, Yosep Lampo, Ketua KSP Desa Ataili, menyebut, KSP yang dipimpinnya itu memiliki 53 anggota dengan aset senilai 197 juta rupiah. Ia menyebut, pada tahun buku 2021, KSP nya mencatat nilai simpanan sebanyak 148 juta rupiah.
Usai RAT, Jumad, 22 Februari 2022, Yosep Lampo diganti Wence Buran sebagai ketua KSP Desa Ataili.
“Ini bukan angka yang kecil. Meski dengan jumlah anggota yang relatif sedikit. Berkat Ketekunan, konsistensi, dan disiplin, baik oleh Pengurus, pengawas dan anggota, KSP ini masuk kategori Sehat. Dan yang membanggakan adalah sepanjang tahun buku 2021, pengurus dan anggota KSP Desa Ataili berhasil membendung uang sebanyak 148 juta rupiah, keluar dari Desa,” ujar Yohanes Lalang, Kabid Koperasi, saat memberi sambutan mewakili Kepala Dinas Koperindag Lembata.
Sedangkan, KSP Sisi Rimba, Desa Atawai, Kecamatan Nagawutun, merupakan Koperasi terbaik ketiga di Kabupaten Lembata.
Menurut Ketua KSP Sisi Rimba, Yosep Labaona, koperasi ini tumbuh sejak menerima dan mengelola dana dari program almahrum mantan Gubernur NTT, Frans Leburaya, Anggur merah senilai 250 juta rupiah pada tahun 2016, ditambah modal anggota senilai 200 juta.
Ia menyebut, aset KSP yang dipimpinnya itu senilai Rp. 443.435.800,- dalam kurun waktu 5 tahun.
Disebutkan, hingga 31 Des 2021, terdapat 153 anggota dengan total SHU 20.6070.000,- yang dibagi kepada 5 komponen.
Selama tahun buku 2021 atau selama 12 bulan, KSP Sisi Rimba berhasil membendung uang senilai Rp. 292.801.800,-. yang tercatat sebagai penerimaan, diperoleh dari simpanan pokok, wajib, bunga, sukarela, angsuran pokok, modal sendiri dan administrasi.
Adapun, pelayanan pinjaman tahun 2021 senilai, Rp 246.000.000,- dan angsuran pokok pinjaman, Rp.203.990.000,-
Yosep Labaona mengatakan, 90 persen anggota KSP Sisi Rimba adalah petani. Sisanya pengusaha penimbun hasil dan usaha perbengkelan.
Menurut Labaona, para petani anggota KSP Sisi Rimba menggantung sumber penghasilan dari komoditi berupa kemiri, kelapa dan jambu mente untuk dapat membayar kewajibannya sebagai anggota KSP.
“Ada juga dengan cara gemohing atau kerja bersama sebuah kebun. Biaya jasa pengerjaan kebun itu untuk angsuran kewajiban di koperasi,” ujar Yos Labaona. Ia menjelaskan bagaimana cara para petani setempat tertib tertib mengangsur pinjaman.
Disebutkan, anggota KSP adalah orang didalam kampung sehingga para anggotanya memiliki beban moril yang besar untuk membayar.
Menurut Yos Labaona, kredit yang diambil dari KSP Sisi Rimba kini menghidupkan sektor usaha kecil dan menengah di Desa seperti Kios, usaha transportasi kendaraan roda dua dan empat, serta membangun rumah.
Labaona menegaskan, pihaknya menempatkan Prioritas pinjaman untuk kebutuhan pendidikan generasi muda Desa Atawai.
Digitalisasi KSP
Yohanes Lalang, Kepala Bidang Koperasi, Diskoperindag Kabupaten Lembata, menjelaskan, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyediakan anggaran senilai 50 juta rupiah, untuk digitalisasi KSP Desa.
“Saat ini Semua KSP di Lembata siap digitalisasi. Semua transaksi melalui aplikasi dengan sistim online. Kita sudah laksanakan pelatihannya. Pemprov NTT fasilitasi program koperasi digital dengan anggaran 50 juta per koperasi. Saat ini sudah go life, aplikasi sudah tersedia,” ujar Yohanes Lalang.
Namun disebutkan, kendala utama digitalisasi KSP adalah jaringan internet yang tidak merata di Seluruh Lembata. (*hosea).