
suluhnusa.com_Anggota RI, Nyoman Dhamantra kembali menyambangi sejumlah Dadia dan Desa Adat dalam rangka Reses dan sekaligus Penyerapan Aspirasi dengan tema “Koperasi sebagai Penyangga Ketahanan Ekonomi Rakyat dan NKRI”.
Pada kesempatan tersebut Dhamantra juga melakukan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI.
Dalam kegiatan yang dilakukan di Banjar Lebah Desa Bukian, Kec. Payangan Kabuaten Gianyar, Nyoman Dhamantra yang juga merupakan anggota Fraksi PDI-P dari Dapil Bali mendapat sambutan hangat dari para hadirin yang terdiri dari Kepala Desa, Bendesa Adat, Kelian Adat, tokoh masyarakat, sekehe truna truni, dan beberapa perwakilan masyarakat sekitar Payangan, Gianyar.
Pada rangkaian acara tersebut para hadirin diingatkan kembali mengenai wawasan kebangsaan yang tertuang dalam 4 Pilar MPR RI. Antara lain adalah Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan Undang-undang Dasar 1945.
Dalam ceramahnya, Dhamantra menyatakan bahwa Pancasila sebagai filosofi bangsa Indonesia yang telah digali oleh Soekarno ini mudah dihafal dan dipahami, tetapi sulit untuk diterapkan. Oleh karena itu, baik rakyat maupun pemimpinnya banyak yang belum menerapkan Pancasila.
“Pancasila mudah dihafal dan dimengerti, namun susah menerapkannya. Meski harus diakui akhir-akhir ini, diabaikan dan jadi bahan lelucon, seperti kasus ‘Goyang Itik’-nya Zaskia” lanjutnya.
Lebih jauh dijelaskan, apabila seluruh perilaku kita disinari oleh cahaya Ida Hyang Widhi dengan menerapkan sila pertama yaitu ketuhanan, maka kita dapat memanusiakan manusia dengan adil dan beradab. Dari sana lahirlah persatuan dan perdamaian. Sudah tentu diikuti dengan musyawarah dan mufakat dalam pengambilan keputusan, sehingga terjadinya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kedepan Dhamantra berharap, ikatan keluarga (Dadia), desa adat (Pekeraman) dan warga masyarakat Bali dapat menjadi model dalam menjalankan 4 Pilar Kebangsaan ini. Sekaligus mengajak untuk tidak khawatir berlebihan dengan isu yang lagi marak beredar, yaitu bangkitnya PKI, atau paham radikal lainya di Indonesia.
“Saya tidak khawatir dengan isu komunis bangkit, begitu juga dengan isu negara agama (Islam). Dulu saja, ketika mereka mempunyai kekuatan politik tidak bisa, apalagi sekarang, sudah ketinggalan zaman” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dhamantra lebih mengkhawatirkan isu permasalahan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang dapat memecah-belah kesatuan dan ketahanan NKRI.
“Ketika satu orang kaya hartanya sama dengan sejuta orang miskin, dan yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin semakin miskin sampai sulit makan. Apalagi Bali.telah dijadikan ajang uji coba “kapitalisame” yang massif, seperti rencana Reklamasi Benoa, KSPN dan sejenisnya. Ini harus dievaluasi, untuk dihentikan! Kondisi ini akan semakin bertolak belakang dengan Pancasila sila ke-5, keadilan sosial,” tandasnya.
Untuk itu Dhamatra mengajak memperkuat Koperasi. Kelembagaan koperasi harus diletakkan sebagai penyangga ketahanan ekonomi rakyat dan NKRI. Melalui Koperasi, pemerataan dan keadilan sosial ekonomi menjadi mungkin, mengingat keadilan sosial lahir setelah mengamalkan sila-sila lainnya.
“Dengan Koperasi yang berlandaskan kepada ketuhanan, kita akan mendapatkan rahmat Hyang Widhi, dan dari sanalah kita bisa memanusiakan manusia sehingga tercipta kemanusiaan yang adil dan beradab. Dari sana akan lahir persatuan dan perdamaian dengan permusyawarahan mufakat. Dengan itu baru akan adil bagi seluruh rakyat,” pungkas Dhamantra.(ng.karyadi/sandrowangak)


