suluhnusa.com – Sanggar Tari Organisasi Daerah (Orda) Titehena Universitas Kanjuruhan Malang Jawa Timur selalu dipercayakan untuk tampil membawahkan tarian.
Sanggar Tari yang berada dibawah naungan Orda Titehena ini, membawahkan tarian hedung (tari perang) pada setiap momen penjemputan tamu dan atau narasumber untuk kegiatan di Kampus. Termasuk kegiatan kegiatan di Kota Malang hingga ke kedir dan Surabaya.
Selain tampil dalam acara penjemputan, Sanggar Tari Orda Titehena juga terlibat dalam lomba lomba yang diselenggarakan di kampus dan di Kota Malang.
Dalam diskusi literasi yang digelar bersama antara Orda Titehena dan Senat Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) bersama Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Flores Timur, Sanggar Tari Titehena membawakan tarian hedung untuk penjemputan Dekan FBS, Pengurus Agupena Flotim, pengurus Senat Fakultas Bahasa dan Sastra dan Pengurus Orda Titehena di pintu masuk Gedung Auditorium Kanjuruhan Malang, Rabu, 21 Maret 2018.
Ketua Orda Titehena Ardianus Ardianto Palihama mengatakan, salah satu ikon di Orda Titehena adalah Sanggar Tari.
Bagi Adrianus, Orda Titehena sanggat dikenal karena sering tampil membawahkan tarian baik dalam acara penjemputan maupun dalam pelibatan di lomba tentang budaya daerah. “Salah satu ikon Orda Titehena adalah, sanggar tari yang selalu mengisi acara baik pada acara penjemputan maupun pada lomba tentang budaya.
BACA JUGA :
https://suluhnusa.com/humaniora/20171123/mahasiswa-titehena-menari-sambil-kuliah-pancasila.html
Tarian Orda Titehena pernah dibawahkan menjemput Ketua MPR, Bapak Zulkilfi Hasan, Bapak Mahmud MD, dan masih banyak lagi acara penjemputan. Semua peralatan untuk tarian hedung, kami bawah dari kampung Adonara, beberapa asesoris kami rancang di sini, “kata Adrianus.
Ia menambahkan dengan membawahkan tarian hedung di Jawa, secara tidak langsung mempromosikan busana adat, kekayaan budaya Flores Timur.”Di Malang, tari perang sudah tidak asing.
https://suluhnusa.com/seni-budaya/20171211/agar-eksistensi-budaya-tetap-kukuh.html
Sebagai anak Lamaholot kami sangat bangga karena walau kecil kami mengambil bagian dalam gelekat walau berada di tanah orang. Tarian hedung adalah kekayaan kita, maka harus terus dilestarikan.
Salah satunya adalah dengan selalu membawahkan pada setiap momen,”kata Yanto, sapaan Adrianus Adrianto Palihama.
Agussalim Bebe Kewa, Pengurus Agupena Flotim, salah satu narasumber pada diskusi literasi memberi apresiasi pada mahasiswa yang tergabung dalam Orda Titehena.
TERKAIT:
https://suluhnusa.com/seni-budaya/20180321/guru-kampung-tidak-ingin-makan-apel-rusak-ii.html
“Berorganisasi saat menjadi mahasiswa itu akan sangat bermanfaat kelak di lapangan kerja. Teruslah berproses dan terus tunjukan kepada siapa saja kekayaan budaya kita. Karya baikmu di sini, tentu memdapat restu lelihur lewotana Adonara, Lamaholot,”kata Agussalim.
masimus masan kian