Agar Eksistensi Budaya Tetap Kukuh

suluhnusa.com – Kebudayaan lokal merupakan kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat adat. Namun yang terjadi pada pemuda sangat berbeda dengan apa yang dipahami tentang kebudayaan lokal, bahkan kebudayaan itu sudah terkikis dan tergantikan oleh budaya asing yang sama sekali tidak kita pahami.

Agar eksistensi budaya tetap kukuh, maka kepada generasi penerus dan pelurus perjuangan bangsa perlu ditanamkan rasa cinta akan kebudayaanlokal khususnya di daerah.

Salah satu cara yang dapat ditempuh di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan budaya lokal dalam proses pembelajaran, ekstra kurikuler, atau kegiatan kesiswaan di sekolah. Misalnya dengan mengaplikasikan secara optimal Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Budaya Lokal.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama dan lingkungan.

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Representasi identitas seseorang yang menunjukkan ketundukannya pada aturan atau standar moral yang berlaku dan  merefleksikan pikiran, perasaan dan sikap batinnya yang termanifestasi dalam kebiasaan berbicara, bersikap dan bertak, ini juga merupakan karakter.

Hal ini disampaikan Dewi Indrawati Staf Kebudayaan Kemendikbud mewakili, Dr. Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI dalam Simposium, Melacak Kembali Kearifan Lokal Pendidikan di Indonesia Timur yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Kawasan Indonesia Timur untuk Pendidikan dan Kebudayaan, IKIP Budi Utomo Malang.

Indrawati menjelaskan, Kearifan lokal sebagai pendidikan budaya dalam rangka penguatan pendidikan karakter. Pendidikan budaya dalam rangka penguatan pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa pengajar khususnya untuk muatan lokal yang terdiri dari seni budaya, bahasa dan teknologi, dan guru  sebagai wadah dalam masing-masing bidang tersebut.

“Kehidupan manusia dikelilingi oleh budaya, hal ini disebabkan karena manusia selalu berupaya mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan yang mengharuskannya selalu bersinggungan dengan lingkungan sekitar, baik lingkungan fisik dan non fisik. Proses pembentukan budaya berlangsung berabad-abad dan teruji sehingga membentuk suatu komponen yang handal, terbukti dan diyakini dapat membawa kesejahteraan lahir dan batina. Komponen inilah yang disebut dengan jati diri,” ungkap Indrawati.

Simposium yang dihadiri oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, tersebut diikuti oleh ratusan mahasiswa IKIP Budi Utomo dan mahasisa NTT yang sedang studi di Malang, 7 Desember 2017

Lebih jauh Indrawati menjelaskan dalam jati diri terkandung kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan hasil dari Local Genius dari berbagai suku bangsa, kearifan lokal inilah seharusnya dirajut dalam satu kesatuan kebudayaan (Culture) untuk mewujudkan suatu bangsa yaitu, Bangsa Indonesia.

Budaya dilahirkan beribu tahun yang lalu sejak manusia ada di Bumi. Kebiasaan yang bagai telah menjadi dan membentuk perilaku manusia tersebut diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya itu sendiri merupakan suatu produk dari akal budi manusia, setidaknya apabila dilakukan pendekatan secara etimologi. Budaya dalam hal ini disebut kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat.

Dalam pergiliran budaya antar generasi ini dibutuhkan adanya generasi perantara yang sudah mampu melakukan pemahaman dari generasi tua dan mampu mengkomunikasikan kedalam bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh generasi selanjutnya.

Untuk iu Demikian Indrawati upaya membangun karakter pemuda berbasis kearifan budaya lokal sejak dini melalui jalur pendidikan dianggap sebagai langkah yang tepat. Sekolah merupakan lembaga formal yang menjadi peletak dasar pendidikan. Pendidikan di Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki peranan yang amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Melalui pendidikan di Sekolah diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Jika menilik pada tujuan pendidikan nasional, maka manusia yang berkualitas tidak hanya terbatas pada tataran kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor.Pada praktiknya, mata pelajaran muatan lokal dipandang merupakan pelajaran kelas nomor dua dan hanya dianggap sebagai pelengkap.

Sekolah-sekolah menerapkannya sebatas formalitas untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang dituangkan dalam berbagai peraturan. Kondisi demikian mengindikasikan aplikasi pengajaran muatan lokal di sekolah masih mengambang.

Persoalannya adalah bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter yang sudah dimasukkan ke dalam kurikulum tersebut.

ama digoz

Sedang belajar di Malang

085338441239

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *