suluhnusa.com – Tahun 2018 telah tiba dan sebentar lagi apa yang di tunggu-tunggu para politikus akan di laksanakan yaitu pesta demokrasi. Tentuh sebagai masyarakat terkhususnya kaum muda pasti merindukan sosok pemimpin yang benar-benar mengemban amanah, namun akhir-akhir ini tidak semua pemuda yang rindu akan hal ini. Banyak yang sudah terjebak dengan praktik-praktik konyol yang dilakukan para politikus.
Sadar tidak sadar pasti semua tahu bahwa, setiap kandidat yang berkompetisi selalu datang dengan menawarkan program yang tidak ada bedanya dengan sebelumnya, yaitu: Pemulihan, perubahan dan pengsejateraan yang jelas terpampang di visi, misinya dengan kemunafikan yang terus berkampanye mengelabuhi kita di setiap ajang ini.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, kursi kekuasaan telah merasuki banyak orang untuk berlomba-lomba mendudukinya dengan menghalalkan segala cara. Salah satunya adalah menyogok (Politik Uang).
Uang! Uang dan uang telah menjadi yang maha kuasa. Sebuah kertas angka yang digunakan untuk merasuk, menghipnotis, mempengaruhi, bahkan mampu memobilisasi masa dalam jumlah yang besar demi kepentingan pribadi dan golongan. Ia telah menjadi senjata utama paling ampuh yang dimiliki para kandidat untuk menghadapi lawan (kandidat lainya) yang pada subtansinya telah banyak memberikan kebijakan terhadap publik karena merasa ini adalah ancaman yang benar-benar serius.
“Siapa yang punya uang banyak dialah pemenangnya”. Itu yang terjadi akhir-akhir ini bahkan mungkin akan terus menerus jika dibiarkan terus.
Fenomena politik uang ini dengan sendirinya telah melunturkan politik itu sendiri. Yang semula politik mempunyai makna yang agung dan bermartabat. Kini menjadi momok yang menakutkan. Bukan hanya sekedar phobia, tetapi faktanya memang demikian.
Akibatnya, saat setelah terpilih bukan mengemban amanah, mala mempertontonkan praktik-praktik konyol korupsi, kolusi dan nepotisme yang terus mewabah sebagai bentuk pengembalian modal. Tidak terelakan lagi. Maka yang pantas untuk kita itu apa?
Eksistensi kita sebagai pemuda itu apa? Yang konon katanya, kita adalah generasi penerus yang selalu memimpikan perubahan.
Apa yang kita teruskan? Praktik-praktik konyol tersebut? Bukan! Ketahuilah bahwa bukan itu yang kita teruskan. Maka tindakan atau perbuatan menolak untuk tidak terjebak dalam hal ini adalah nasib kita semua di masa depan.
Politik uang adalah sebuah lingkaran yang menggiurkan. Jika kamu sudah masuk kedalamnya maka yang paling banter ialah tidak menemukan jalan untuk keluar.
Maka dari itu hindarilah yang namanya politik uang. Jangan biarkan ia mempersempit atau membatasi pola pikir kita untuk sebuah perubahan.
Siapa saja dari kita memang bebas untuk menggunakan hak menentukan pilihan, tetapi yang diharapkan adalah memilih sesuai dengan analisa yang matang. Jika dari semua kandidat yang berkompetisi tidak memenuhi kriteria analisa kita maka lebih baik golput. Yang di ajarkan politik barat bahwasannya, “Suara rakyat adalah suara Tuhan” tetapi jika bukan suara yang benar-benar menganalisa melainkan suara sogokan, maka suara rakyat bukan lagi suara Tuhan, melainkan suara setan.
Akhirnya, saya sebagai manusia menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Dan saya pun hanya bisa memberikan pencerahan atau menyarankan kepada masyarakat pada umumnya dan pada khususnya kamu muda berintelektual yang selalu memimpikan perubahan dan kemajuan.
Mari bersama-sama untuk menyongsong pesta demokrasi kali ini tanpa politik uang.
Sesuatu yang paling berharga dalam diri kita itu hanya satu yaitu IDEALISME, maka jangan menjual keberhargaan yang kau miliki itu.
Oleh: Ama Khurman