8 Orang Reaktif Ancam Zona Hijau, Malapetaka bagi Lembata?

Beranda » Kesehatan » 8 Orang Reaktif Ancam Zona Hijau, Malapetaka bagi Lembata?

MEDIA WLN – Kabupate Lembata yang selama ini masih berstatus hijau terancam akan terpapar corona. Ancaman ini datang dari Kupang melalui transportasi laut, Feri Penyeberangan ASDP yang masuk ke Lembata di hari pertama setelah pemberlakuan New Normal.

Kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur membuka akses transportasi di dalam wilayah NTT di era new normal tanpa rapid test, mulai membawa malapetaka dan korban.

Beruntung, pemerintah Kabupaten Lembata memberlakukan rapid test gratis guna mendeteksi penyebaran virus covid-19, bagi pelaku perjalanan yang masuk ke Lembata.

8 dari 77 Penumpang KMP Ferry  Ile Mandiri yang tiba di Pelabuhan Fery Waijarang, Kota Lewoleba, dari Pelabuhan Bolok Kupang,  Rabu (17/6/2020) pagi, dinyatakan reaktif rapid test.

Sebanyak 77 pelaku perjalanan yang tiba di Pelabuhan ferry Waijarang, Kabupaten Lembata tersebut langsung diantar satgas Covid-19 untuk menjalani rapid test.

Rapid test bagi 77 penumpnag KMP Fery tersebut didistribusi ke dua tempat yakni RSUD dan Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata untuk menjalani rapid test.

“30 di RSUD dan 47 di Dinas Kesehatan. Hasilnya 8 pelaku perjalanan reaktif. Ada yang dari Kedang, dari kota Lewoleba, termasuk warga desa Pada,” ujar Bupati Kabupaten Lembata, Eliazer yentji Sunur, Rabu (17/6/2020) dalam jumpa persnya di Kalikasa, Kecamatan Atadei.

“Delapan orang itu kita tidak mau karatina lagi. Saya sampaikan RT, Lurah atau Kepala Desa dan Camat silahkan jemput dan menyampaikan kepada masyarakat bahwa pelaku perjalanan itu reaktif rapid test, sehingga wajib lakukan karantina mandiri dengan menjaga jarak, pakai masker, selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir,” ujar Bupati Sunur.

Kedatangan pelaku perjalanan ke Lembata dari Kota Kupang dan dinyatakan reaktif disayangkan oleh Bupati Sunur. Dia menyebutkan, mereka yang memaksakan diri masuk ke Lembata dalam situasi seperti ini dinilai egois dan hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan nasib masyarakat Lembata yang saat ini berda di Lembata.

“Cenderung orang sayang diri sendiri. Tidak sayang pada lingkungan dan  tidak sayang pada ratusan ribu masyarakat Lembata dengan ngotot ingin masuk Lembata. Lembata membuka aksesibilitas dengan batasan-batasan. Silahkan dari kupang tidak rapid, tapi datang kita tetap rapid test. Berhati-hati,” ujar Bupati Sunur.

Didampingi Anggota DPRD Kabupaten Lembata, Piter Bala Wukak, Bupati Sunur menandaskan, pemerintah Kabupaten Lembata sedang menguji coba kebijakan membuka akses ke Lembata ini namun, jika eskalasi yang terlihat dari rapid test terus menunjukan trend meningkat, maka Pihaknya tegas menutup Kembali akses dari dan menju Lembata.

“Kita lagi uji coba kebijakan ini. Kalau eskalasinya cenderung meningkat, menurut perintah undang udang, saya akan tutup Kembali. Bener,” ujar Bupati Lembata, Eliazer Yentji Sunur.

Lebih jauh, Sunur menjelaskan, Rapid Test gratis yang dilakukan oleh Pemerintah Lembata hanya berlaku bagi masyarakat yang ber KTP dan tinggal di Lembata. Jika masyarakat Lembata yang selama ini tinggal di kuar Lembata walau ber KTP Lembata akan dikenakan biaya.

Dan untuk delapan orang yang sudah dirapid dan hasilnya reaktif, akan dikirim sampelnya untuk pmeriksaan swab PCR di Kupang.

“Besok saya perintahkan untuk kirim sampel untuk pemeriksaan swab di Kupang. Kita semua berdoa supaya hasil swabnya negatif. Tetapi kalau positip ya jangan salahkan pemerintah, karena kalau swab positip maka dapat dipastikan itu kluster lokal Kupang,” jelas Sunur. ***

sandro wangak

Bagikan:

Sandro Balawangak
Sandro Balawangak

bagaimana engkau bisa belajar berenang dan menyelam, sementara engkau masih berada di atas tempat tidur?

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *