
LEMBATA – Dalam budaya Lamaholot, perempuan kadang dinilai minor, khususnya dalam hal kiprah pengabdian di dunia publik. Perempuan walau sekolah tinggi, hanya berurusan pada ranah domestik. Kendati sudah banyak mengalami perubahan, paradigma berpikir tradisional seperti ini masih ada pada segelintir orang Lamaholot.
Adalah Magdalena Peni Ladjar, salah satu perempuan Lamaholot asal Lembata, yang bersuamikan Putra Tadon Adonara (Barat), Simon Samon Demon, kini mulai berani mengembangkan sayap terjun dalam dunia publik sebagai Direktur sebuah LSM dengan Sekretariat di 7 Maret Kelurahan Lewoleba Tengah Lembata NTT.
LSM tersebut adalah Pelita Harapan dan dikukuhkan sebagai lembaga resmi dengan akta pendirian Nomor 03 Tahun 2023 tertanggal 20 Oktober 2023.
Inisiatip mendirikan LSM, terinspirasi dari beberapa pegiat yang menamakan diri Komunitas Peduli Alam dan Lewotana Lembata, beranggotakan personelnya yang pernah berkecimpung di pelbagai program pemberdayaan masyarakat.
LSM tersebut berkiprah untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, pemberdayaan perempuan kepala keluarga dan anak, penanganan stunting serta penanganan sampah perkotaan yang telah digeluti sejak tahun 2020.
Menurut Peni Ladjar, Alumni Akademi Sekretaris Manajemen Admajaya Makassar pimpinan Yoseph Tupen Palan, dalam perbincangan dengan penulis belum lama ini menuturkan bahwa salah satu kegiatan yang dicanangkan adalah upaya konservasi air.
“Mulai bulan Oktober 2024 s.d. Februari 2025, kami melakukan konservasi air dengan menanam pohon-pohon di sekitar sumber mata air”, beber Peni Ladjar. “Untuk sementara, upaya konservasi air dilakukan di desa Lerek pada sumber mata air Wai Au dan sumber mata air Waimata Lamadua desa Katakeja Kecamatan Atadei Lembata NTT. Kami menggandeng tenaga pakar AMDAL yaitu Piter Pulang, OMK dan Karang Taruna serta masyarakat adat kedua desa untuk melakukan konservasi air dengan fokus pada penanaman pohon pelindung dan penguatan mata air”, jelas Peni Ladjar panjang lebar.
Lebih jauh Peni Ladjar mengatakan, “Program konservasi air ini dengan tagline ‘Sinar Mas’, konservasi air bersama masyarakat adat”, urai Peni memberikan penjelasan.

“Untuk pemeliharaan, digunakan sistim irigasi tetes yaitu di samping anakan pohon, digantung botol bekas air mineral ukuran besar dan diisi air lalu dibuat lubang kecil supaya air menetes perlahan untuk membuat tanah tetap basah dan lembab sehingga tanaman tidak mati. Dan air pun tetap diisi apabila habis”, urai Peni Ladjar memberi alasan. “Proses perkembangan tanaman, dimonitor setiap bulan dengan mengukur tumbuh kembangnya dan menggantikan apabila mati”, beber Peni Ladjar lagi.
Apakah proses reboisasi yang membutuhkan lahan, ada muncul konflik atau klaim kepemilikan? Peni Ladjar secara lugas menjawab, “Lahan yang digunakan adalah milik desa dan sebelumnya sudah diberikan penyadartahuan bagi kedua masyarakat adat dan mereka sangat memahami bahwa itu untuk kepentingan umum maka lahan tidak ada masalah”.
Gagas Sekolah Iklim
LSM Pelita Harapan Lembata, berkolaborasi dengan CJD YAPPIKA-ActionAidan menyelenggarakan sekolah iklim berjalan di SMPN Tanjung Kelapa Lerek dan SMPN Kalikasa, keduanya di Kecamatan Atadei.
Sekolah iklim berupaya mengedukasi generasi milenial yang hebat yang memiliki peran penting dalam menjaga dan melindungi bumi.
“Tidak ada tindakan yang terlalu kecil dan sia-sia dalam upaya ini. Mulailah dari hal-hal sederhana, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang sampah, menghemat air dan energi, serta menggunakan transportasi ramah lingkungan. Ingatlah bahwa setiap tindakan kalian memiliki dampak. Jangan pernah merasa bahwa usaha kalian sia-sia. Jika kita semua berkontribusi, kita bisa membuat perubahan yang signifikan. Mari kita bersama-sama menjaga bumi untuk masa depan kita dan generasi yang akan datang. Kalian adalah harapan kita dan saya percaya kalian dapat melakukan ini”, tulis Peni Ladjar dalam jawaban tertulis melalui WhatsApp.
Jenis tanaman dalam upaya reboisasi adalah anakan beringin, pandan mata air, pinang, jenis bambu yaitu bambu petung, perin dan bulu, jambu hutan, jambu air, pakis, pohon aren/enau dan mangga lokal. Tanaman ini mempunyai potensi besar untuk menangkap air hujan.
Pada bagian lain, Petronela Peni Ladjar, menjelaskan, “Secara pribadi, motivasi membangun LSM karena selama 19 tahun bergerak di bidang pemberdayaan pada PNPM GSC sebagai fasilitator kecamatan dan 1,5 tahun mengurus sanitasi perdesaan. Dengan pengalaman ini, sehingga tergerak membangun LSM sendiri guna mengedukasi dan membangun masyarakat. Salah satu program adalah konservasi air dengan alasan menurunnya debet air minum dari tahun ke tahun dan
ritual seremoni adat untuk menjaga sumber air minum tidak dilakukan lagi oleh masyarakat adat, sedangkan kebutuhan air plus sebaran masyarakat untuk konsumsi air semakin meningkat, maka upaya konservasi air merupakan hal yang sangat urgen” tulis Peni.
Hal ini menarik. LSM Pelita Harapan Lembata, dalam kiprah pemberdayaan, selalu menghargai adat budaya masyarakat setempat. Pelita Harapan yang berfilosofi, kecepatan cahaya melebihi kecepatan suara, dalam program pemberdayaan selalu memperhatikan kelestarian adat istiadat dan budaya khususnya ritual adat pemeliharaan air, karena merupakan suatu peluang untuk kesuksesan program. “Sejak saya mulai geluti ilmu pemberdayaan maka buku saya dari kuliah semester 1 sampai akhir saya tutup. Jadi saya punya ilmu hanya belajar dari masyarakat”, ungkap Peni bediplomasi.
Demikian gambaran sekilas kiprah pengabdian LSM Pelita Harapan di Tanah Lembata yang dinakhodai oleh srikandi, Magdalena Peni Ladjar, Alumni Aksema berkampus di Jalan Arief Rate Makassar. Peran, baru dimulai dan teramat kecil, semoga bisa memancarkan ‘cahaya’ kesejahteraan bagi masyarakat Lembata. Cahaya lebih cepat dari suara, maka dibutuhkan aksi nyata, walau kecil namun akan berdampak, bukan hanya bicara/bersuara saja di ruang hampa. Semoga. +++Simon Kopong Seran.