“Saya jawab, pertanyaannya bukan bagaimana caranya kami berhasil menyelenggarakan UNBK tanpa listrik dan tanpa komputer. Karena kami sudah selesai melaksanakan dan hasilnya sudah dikirim ke kementrian melalui Dinas Pendidikan Propinsi NTT,” kisah Aloysius Aba Boro Laga Halimaking, Kepala Sekolah SMAN I Ile Ape.
suluhnusa.com – Sejak didirikan tahun 2014 Sekolah Menengah Atas Negeri I, Ile Ape sudah melakukan beberapa kali ujian Nasional. Walau berstatus Negeri, ternyata sekolah tersebut tidak dilengkapi dengan sarana dan pra sarana yang memadai.
Maklum, letak SMAN 1 Ile Ape jauh dari kota, di ujung tanjung Ile Ape. Jika tidak mau dibilang udik, maka layak disebut pelosok. Karena jauh dipelosok tanjung Ile Ape, sejak berdiri sampai pertengahan tahun 2018, sekolah tersebut tanpa ada penerangan listrik. Gelap jika malam hari.
Kondisi ini tidak membuat semangat anak anak di lima desa tanjung Ile Ape patah semangat. Mereka tetap bersekolah dengan fasilitas pendidikan seadanya. Pun demikian dengan guru guru dan pegawai. Mereka senantiasa semangat mendidik anak anak menjadi generasi cerdas dan berkarakter, seturut visi dan misi sekolah itu.
Untuk mwrujudkan visi ‘cerdas dan berkarakter’ Kepala SMAN I Ile Ape, Aloysius Aba Boro Halimaking, terus berusaha mencari jalan, agar kegiatan belajar mengajar di sekolah tetap terjaga kualitasnya. Tamggungjawab sebagai kepala sekolah dengan konidisi yang serba kekurangan menjadikan Aloysius Aba, berprinsip untuk maju sekolah mesti mengambil resiko.
Karena kondisi sekolah tanpa listrik, tanpa tanpa komputer, tanpa laboratorium maka penyelenggaraan Ujian Nasional Berbasis Komputer sejak tahun 2016, 2017 dan 2018 dititipkan di sekolah sekolah lain. Mereka harus menempuh perjalanan sejauh 12 km untuk melakukan ujian di SMK I Ile Ape di Desa Muruona sembari menginapkan peserta UNBK di rumah penduduk setempat.
Kementrian Pendidikan RI melalui Dinas Pendidikan Propinsi NTT berdecak kagum. Heran. SMAN I Ile Ape sukses menyelenggarakan UNBK tanpa listrik dan tanpa komputer.
“Bagaimana caranya ?” demikian pertanyaan dari Kementrian Pendidikan RI, seperti yang diceritakan Alo Aba kepada suluhnusa.com, 11 Maret 2019 di ruangan kerjanya.
“Saya jawab, pertanyaannya bukan bagaimana caranya kami berhasil menyelenggarakan UNBK tanpa listrik dan tanpa komputer. Karena kami sudah selesai melaksanakan dan hasilnya sudah dikirim ke kementrian melalui Dinas Pendidikan Propinsi NTT,” kisah Alo Aba.
Saat itu pula Kementrian Pendidikan RI, memanggil Alo Aba, menghadap ke kementrian karena SMAN I Ile Ape mendapat bantuan satu ruangan Laboratorium yang sudah selesai di bangun pertengahan tahun 2018 silam.
Walau sudah mendapat bantuan ruangan Laboratorium Komputer, Alo Aba tidak hilang akal. Dirinya merasa kseulitan jika tanpa sarana prasarana pendukung lainnya.
“Pada saat saya mendapat bantuan ruangan Laboratorium, dihadapan dirjen saya sampaikan bahwa lebih baik anak anak didik saya duduk di bawah pohon di tanah lapang tetapi bisa mengakses ujian berbasis komputer dari pada mendapatkan gedung laboratorium tapi tidak bisa bikin apa apa,” ungkap Alo Aba.
Usaha yang tekun pasti membuahkan hasil. Bantuan sarana dan prasarana pendukung Laboratorium akan diterima SMAN I Ile Ape Timur di pertengahan tahun 2019. Sayangnya bantuan itu datang saat UNBK 2019 sudah selesai diselenggarakan. Tidak menjadi masalah dan tidak pernah menghambat penyelenggaraan UNBK di sekolah tersebut di tahun 2019.
Sebanyak 63 peserta UNBK SMAN I Ile Ape, tetap mengikuti UNBK yang diselenggarakan secara mandiri di sekolah tersebut pada tahun 2019, karena jaringan listrik sudah terpasang di sekolah tersebut tahun 2018 bersamaan dengan pemasangan jaringan listrik oleh PLN ke lima desa di Tanjung Ile Ape.
“Tahun ini kami menyelenggarakan UNBK mandiri pertama kali. Ada 63 peserta UNBK. Kami sudah melakukan gladi bersih bersama anak anak peserta UNBK dengan menggunakan 10 Komputer dan 12 Laptop pinjaman dari guru guru,” jelas Alo.
Dan benar, seperti disaksikan suluhnusa.com, 11 Maret 2019, di ruangan Laboratorium, sebanyak 20 siswa sedang melaksanakan gladi UNBK. Karena keterbatasan laptop dan komputer, peserta UNBK dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama sebanyak 22 orang yang mengikuti ujian dari pkl. 7.00 sampai 9.00. kelompok kedua sebanyak 21 orang yang mengikuti ujian pada pkl. 09.00 sampai 12.00. Dan kelompok ketiga sebanyak 20 orang yang dijadwalkan akan mengikuti ujian pada pkl. 14.00 sampai 16.00.
“Karena tidak ada jaringan internet kami memutuskan menyelenggarakan UNBK offline. Semua laptop dan komputer sudah terhubung dengan LAN lokal ke server dan setelah itu dilakukan online dengan membawa server ke Kota Lewoleba yang memiliki jaringan internet lebih stabil. Kami sudah siap untuk menyelenggarakan UNBK mandiri yang akan berlangsung senin depan,” ungkap Alo Aba.
“Sekolah ini memang didirikan didaerah sulit. Walau sulit semangat anak anak untuk sekolah sangat tinggi. Terbukti setiap tahun jumlah siswa yang mendaftar cenderung naik. Sehingga kami harus tetap berkomitmen untuk membangun sekolah ini menjadi ldebih baik agar terwujud visi sekola, Cerdas berkarakter. Saya selalu bilang kepada guru guru bahkan siswa orang tua bahwa sekolah ini didirikan di ‘negeri tanpa madu dan susu’ tapi karena tanpa madu dan susu itulah kita bangkit bersama agar ada madu dan susu di negeri ini,” tutup Alo Aba yang juga merupakan kepala sekolah berpretsasi tingkat nasional tahun 2018 itu. ***
sandro wangak