suluhnusa.com_Ruas jalan sepanjang Pantai Utara (Pantura) Kabupaten Flores Timur mulai dari dari Lato Desa Watowara, Desa Duli Jaya, Serenuho, Lewobele, Ilepadung dan Sinarhading rusak parah. Di beberapa titik terancam putus.
suluhnusa.com bersama awak media Flotim Boni Riberu Wartawan Metro TV, Feliks Janggu Wartawan Pos Kupang dan Wento Eliando Wartawan Flores Pos melewati ruas jalan ini Minggu, 26 Juni 2016.
Awak media Flotim, menemukan kurang lebih 10 titik di ruas jalan Pantura Flotim terancam putus akibat tergerus gelombang laut Flores. Tembok penahan ombak jebol diterjang gelombang laut dan mengikis badan jalan Pantura Flotim. Jalan menjadi sempit dan nyaris putus.
Sangat berbahaya dan berpeluang tinggi untuk celaka jika dilewati kendaraan roda empat.
Kerusakan jalan ini dari tahun ke tahun tidak diperhatikan. Ada perbaikan (hotmiks) sedikit dari Cabang Wairunu Desa Ile Gerong, selebihnya bekas aspal yang sudah pecah dan rusak berat. Kerikil berserakan dimana – mana tak karuan di sepanjang jalan.
Terdapat beberapa lubang mengangga yang sangat membahayakan para pengguna jalan yang melintas di jalan ini.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi alam Pantura Flotim. Di sepanjang ruas jalan terdapat pemandangan alam yang indah dan eksotik. Sangat menjanjikan untuk pengembangan obyek pariwisata.
Pada sisi kiri dan kanan jalan terdapat hamparan kelapa, pisang dan mente yang memberi tanda suburnya wilayah sepanjang Pantura. Kawasan ini sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan dalam menopang perekonomian warga Flotim.
Kanisius Laba, Paulus Hayon dan Stevanus Makin warga Desa Serenuho yang dijumpai di ruas jalan Pantura kepada suluhnusa.com meminta agar jalan di sepanjang Pantura diperhatikan oleh pemerintah.
“Kami berharap jalan sepanjang Pantura bisa diperhatikan oleh pemerintah. Bisa dilihat sendiri kondisi jalan di Pantura. Gelombang laut Flores menjebolkan tembok penahan gelombang dan mengerus badan jalan. Kondisi ini sangat menyulitkan kami untuk akses transportasi ke Larantuka pusat kabupaten Flotim.
Hasil komoditi kami memang limpah namun akses ke pasar sulit karena jalan rusak. Untuk ke Larantuka tarif angkutan pedesaaan Rp.30.000. Pergi dan pulang (PP) Rp. 60.000 diluar biaya barang bawaan. Jika menggunakan jasa ojek, warga harus rela merogoh kocek Rp.100.000 (PP).
Rata –rata warga pasrah dan menjual komoditinya kepada pengusaha dari Maumere Kabupaten Sikka yang datang membeli langsung dengan harga murah, ‘kata Paulus Hayon diamini Kanisius Laba dan Stevanus Makin.
Menurut Anton Hadjon Wakil Ketua DPRD Flotim dalam pernyataannya yang dimuat Flores Pos edisi Kamis 30 Juni 2016 hal.5 mengatakan selama ini harus diakui baik pemerintah dan anggota DPRD mulai dari DPRD, DPRD Provinsi, hingga DPR pusat turun di tengah masyarakat selalu menanyakan status jalan dan jembatan apakah itu jalan daerah, jalan provinsi, atau jalan nasional.
Padahal, masyarakat tidak mengerti soal status jalan seperti itu. Masyarakat tahunya jalan tidak ada atau jalan rusak dan pemerintah perbaiki atau bangun jalan bagi mereka.
“Jadi menurut saya, ketika membangun jalan dan jembatan, kita harus abaikan status jalan, baik jalan daerah, provinsi atau nasional. Harus dianggarkan dan dibangun.
“Selama ini pemerintah dan DPRD Flotim sudah mulai membangun jalan tanpa melihat status jalan tersebut. Kedepan harus terus dikondisikan demikian, sehingga jalan harus dibangun,”katanya. (maksimusmasan kian)