SULUH NUSA, TTS – Bendungan Temef yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo selain menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional di Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggalkan kisah unik dan menyeramkan. Sebab, bagi warga Pulau Timor, daerah Temef merulakan daerah yang rawan dan menyeramkan dari para begal dan perampok warga melintas di daerah itu. Temef menjadi areal yang kerap kali lonsor saat musi hujan. Temef juga menjadi tempat para teku (perompak lokal). Hari ini kisah tentang Temef yang menyeramkan hilang. Temef berubah menjadi daerah Pariwisata Baru dengan adanya Bendungan Temef. Bendungan terbesardi Provinsi NTT.
Fernando Rajagukguk.S.ST.MT Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) NTT II merasa kehadiran bendungan Temef memberi multi manfaat. Warga yang melintas pulau Timor merasa aman. Petani bisa menggunakan air sebagai irigasi. Bendungan temef juga akan menjadi ikon Pariwisata Baru khusus di TTS dan NTT.
Fernando, juga menyebutkam besar manfaat pembangunan Bendungan Temef bagi masyarakat NTT yang terutama adalah dengan debit air yang besar karena menampung luapan banjir dari Kabupaten Malaka dan wilayah sekitar TTS (Amfoang), maka akan ada potensi pembangkit listrik, mereduksi banjir Malaka dan sekitarnya, irigasi, wisata dan penyediaan air bakau.
Karena sebagai lokasi wisata maka, menurut Fernando, tetap mengutamakan sarana keselamatan pengunjung jika nanti bendungan ini beroperasi dan menjadi tujuan wisata bagi masyarakat.
“Semua bangunan baik untuk jalan masuk, lopo, pagar pembatas dan lainnya kit bangun dengan kosntruksi yang sangat kuat, karena ini adalah areal berbahaya yang sewaktu-waktu dapat membahayakan pengunjung,” jelas Fernando.
Terpisah Kepala Desa Oenino Yedid TH. Nenobais merasa bersyukur karena bendungan Temef dibangun lengkap dengan sarana pendukung pariwisata yang sangat baik.
“Sebagai Kepala Desa tentu berterima kasih kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara yang telah memberikan kepada kami aset pariwisata yang sangat bagus dan ini akan kami optimalkan pengelolaannya oleh Desa melalui Badan Usaha Desa (Bumdes) Oenino,” katanya.
Dikatakan, untuk mengelola lokasi wisata Temef tentu membutuhkan dukungan sarana seperti Kantor Desa.
“Kantor desa kami sudah sangat buruk dan karena itu kami memohon kepada Balai Sungai agar membantu kami salah satu gedung kantor proyek yang dipakai oleh kontraktor saat proyek berlangsung,” terang Kades Yedid.
Bendungan Temef adalah salah satu dari tujuh bendungan yang dibangun di Provinsi NTT pada era Presiden Joko Widodo.
Setelah sekitar 7 tahun sejak awal digarap 2018 lalu, Bendungan Temef di Nusa Tenggara Timur (NTT) akhirnya rampung dibangun. Keberadaan bendungan sepanjang 533 m dan tinggi 54,35 m itu memberikan banyak dampak positif bagi warga sekitar.
Pasalnya, sembari membangun Bendungan Temef, Waskita Karya juga melakukan pembangunan bak air di Desa Oenino, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Perseroan juga membangun fasilitas umum dan rumah ibadah untuk masyarakat di sama, seperti pembangunan lapangan voli serta mendukung pengecoran Gereja Oenino.
“Penyediaan air bersih penting bagi warga di Desa Oenino, karena NTT mempunyai curah hujan lebih rendah dibandingkan daerah lain. Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perseroan,” ujar Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita.
Waskita juga menggandeng fasilitas kesehatan di sana serta menggelar sosialisasi malaria dan pemeriksaan kesehatan atau Medical Check Up (MCU). Waskita juga menggandeng RSUD Soe untuk melakukan acara donor darah.
“Kegiatan ini sebagai bentuk peningkatan awareness masyarakat mengenai penyakit malaria, sekaligus cara untuk membentuk kepedulian masyarakat terhadap kondisi kesehatan diri sendiri,” jelas Ermy.
“Waskita Karya berkomitmen untuk hadir di tengah masyarakat melalui berbagai program TJSL yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang fokus memberikan kontribusi positif,” pungkasnya.
Sebagai BUMN konstruksi, Waskita tidak hanya berfokus pada pembangunan proyek, tapi juga memperhatikan masyarakat dan lingkungan di sekitar proyek. Maka diharapkan, bantuan dan kegiatan sosial yang dilakukan dapat meningkatkan kesejahteraan warga di sekitar Bendungan Temef.
Bendungan terbesar di NTT ini diresmikan oleh Presiden Jokowi, 2 Oktober 2024 . Letak bendungan ini mencakup tiga desa pada dua kecamatan, yakni Desa Oenino dengan Desa Pane Utara, Kecamata Oenino, serta Desa Konbaki, Kecamatan Polen.
Jokowi patut diberi apresiasi karena menyulap Temef yang seram menjadi ikon pariisata baru yangh nyaman juga berdampak multi positip bagi NTT. +++goe.takene/sandro.wangak